Bekerja, bekerja, dan bekerja. Sepertinya, ketiga kata tersebut begitu melekat pada diri orang ini. Rentetan pengalaman karier di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kepala Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Bangka Belitung (BPJN Babel) Saut Parulian Munthe, ST, MM, MT,IPM, adalah sosok pekerja keras dan disiplin.
Sebagai seorang pegawai “workaholic”, Saut Munthe sang pemikir ini selalu berusaha untuk bisa menempatkan diri di mana pun berada. Bagi orang yang baru pertama bertemu mungkin akan memberikan penilaian yang berbeda, tetapi siapa sangka dibalik sikap yang kaku ada keramahan, apalagi di tengah-tengah saat rapat, tak jarang Saut Munthe, melempar candaan untuk mencairkan suasana, sehingga dialektika pun menjadi penuh warna.
“Saya dilantik pada 3 Juli tahun 2020 sebagai Kepala Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan di BPJN Babel, tugas, dan fungsinya adalah bertugas melakukan pengendalian perubahan kontrak kerja konstruksi pembangunan jalan dan jembatan. Berikutnya, yang paling utama adalah melaksanakan pengendalian penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), terakhir melakukan pengujian terhadap pengerjaan kontruksi yang sudah dikerjakan PPK, khususnya paket-paket pembangunan,” ujar Saut Munthe, saat ditemui, Senin (11/7/2022), di Kantor BPJN Babel.
Selama 29 tahun pengabdiannya, Saut Munthe telah banyak merasakan asam garam bekerja di lapangan, termasuk sejumlah jabatan strategis yang pernah diembannya, baik itu pembangunan jalan maupun jembatan di Kementerian PUPR.
Di antaranya tahun 1993 sebagai Pengawas Lapangan di Proyek Pembangunan Jalan Skouw-Batas PNG, serta menjadi pengawas lapangan sampai 2002; Koordinator Pengawas Lapangan(2003) Bagian Proyek Pembangunan Jalan Yetti-Senggi-Tengon;
Asisten Pengawasan dan Pelaporan Satker Pembangunan jalan-Jembatan Wilayah II Provinsi Papua (2004-2006); Asisten Teknik, Pengawasan, dan Pelaporan Satuan Kerja (Satker) Pembangunan Jalan dan Jembatan Irian Jaya Barat (2006);
Kepala Satker Non Vertikal Pengembangan Permukiman Irian Jaya Barat (2007); Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Jembatan Manokwari, nomenklatur lama: BBPJN X Papua (2008);
PPK Pembangunan Jalan dan Jembatan Manokwari-Sorong 1 BBPJN X Papua (2009); PPK Pembangunan Jalan dan Jembatan Manokwari 1 BBPJN X Papua (2010); PPK 04, 02, dan 19 Satker Pelaksanaan Jalan dan Jembatan PJN Wilayah II Provinsi Papua Barat (Manokwari) BBPJN Papua (2011-2014);
Kepala Satker PJN Wilayah II Sulawesi Tengah BBPJN VI Makassar(2015-2016); Kepala Satker PJN Wilayah IV Provinsi Papua Barat BPJN Papua Barat (2016-2017); Kepala Satker PJN Wilayah I Provinsi Papua (2017- Maret 2020); dan saat ini dirinya didapuk menjadi Kepala Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan BPJN Babel hingga sekarang.
Penerima Satyalencana Karya Satya X Tahun pada 2013 ini, mengutarakan, di balik deretan pengalaman dalam membangun jalan dan jembatan, ada dua proyek pembangunan yang berkesan hingga saat ini, karena diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Yaitu Pembangunan Jembatan Dolago Lengkung Setengah S Beton Km 89, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah dan pembangunan Jembatan Youtefa (sebelumnya bernama Jembatan Holtekamp) yang terletak di Teluk Youtefa, Tobati, Kota Jayapura, Provinsi Papua, yang memperoleh dua penghargaan tertinggi dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)
Pembangunan Jembatan Youtefa dengan bentang tengah sepanjang 433 meter merupakan jembatan monumental di Papua, yang terbuat dari rangka baja box dengan total nilai kontruksi jembatan yang melintang di atas Teluk Youtefa yang didanai melalui tiga jenis alokasi anggaran, yaitu dari APBN, ABPD Provinsi Papua, dan APBD Kota Jayapura.
Selain menjadi ikon baru Jayapura, “Si Pelengkung Merah” sebutan untuk Jembatan Youtefa, juga menjadi peningkat hubungan perekonomian antara Indonesia dan Papua Niugini, yang selama ini melalui pos lintas batas negara (PLBN) Skouw.
Keberadaan jembatan ini mampu mempercepat perjalanan menuju PLBN Skouw di Distrik Muara Tami.
“Pembangunan Jembatan Holtekamp sangat berkesan bagi saya, karena jembatan ini merupakan struktur jembatan baja box pertama dan terpanjang di wilayah Papua. Apalagi pembangunan jembatan ini dikerjakan oleh anak bangsa, serta sudah dibukukan oleh PT Gramedia Printing yang didukung National Geographic Indonesia dan dicetak dalam dua bahasa yang berjudul Titian Asa di Timur Indonesia: Jembatan Youtefa Mahakarya Pemecah Rekor Dunia,” ujar Saut Munthe.
Hal lain yang membanggakan dari pembangunan jembatan tersebut, Saut Munthe mengungkapkan, perlunya kehati-hatian dalam pembangunannya ditambah tekanan permintaan untuk dilakukan percepatan pembangunan.
Seharusnya deadline pembangunan jembatan dikerjakan dalam empat tahun, ternyata kami bisa menyelesaikannya lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan, yaitu dalam tiga tahun pembangunan jembatan selesai.
“Yang menarik dan menjadi terobosan, di mana pembuatan pelengkung pengerjaannya menggunakan metode perakitan (erection) tiga bentang pendekat (side span) dan dua bentang tengah (main/center span) dibuat utuh di luar Jayapura, yang dilakukan Divisi Kapal Niaga PT PAL, di Surabaya, Jawa Timur.
Dan rangka jembatan baja box dibawa secara utuh dengan menempuh jarak ribuan kilometer melalui perjalanan laut ke lokasi pembangunan di Teluk Youtefa, Jayapura, Provinsi Papua,” ungkapnya bangga.
Selanjutnya, pembangunan jalur akses jalan jembatan sepanjang 9,9 km dan pembangunan jembatan pendekat sisi Jembatan Youtefa bentang 60 meter, yang merupakan paket terpisah dari proyek pembangunan Jembatan Holtekamp.
“Kami juga di sini melakukan percepatan pembangunan,” tegasnya. Proyek yang paling berkesan lainnya adalah proyek pembangunan Trans Papua, di mana ruas jalan dari Jayapura menuju Wamena merupakan ruas jalan yang sudah lama dinantikanoleh masyarakat Papua, khususnya masyarakat pegunungan.
Proyek pembangunan jalan Trans-Papua dengan konstruksi Japat (sifat dari jalan agregat padat tahan cuaca) diselesaikan tahun 2018 proyek tersebut akhirnya tembus.
Ketika pembangunan proyek ini sudah terbuka, pekerjaan pun langsung dilaksanakan. Hal yang tidak disangka-sangka, respons masyarakat begitu positif. Pemandangan itu terlihat bagaimana antusias warga membawa bahan makanan dan bahan bangunan.
Terbukannya akses jalan Jayapura-Wamena, harga bahan pokok maupun harga semen pun langsung turun drastis. Sebelumnya, mahal luar biasa karena semua itu harus diangkut dengan pesawat. Contoh, harga semen per sak perkiraaan Rp 600.000 sampai dengan Rp 700.000, saat itu bisa turun di antara Rp 300.000 sampai dengan Rp 400.000 per sak.
Bertugas di BPJN Babel
Tugas dan paket di BPJN Babel menurutnya tidak terlalu banyak. Pada tahun pertama (2020) Saut Munthe menduduki jabatan kepala seksi, hanya mengawasi satu paket jembatan gantung.
Pada tahun 2021 mengawasi satu paket jembatan gantung dan satu paket pembangunan Jembatan Nibung Baru, dan di tahkun 2022 mengawasi dua paket, yaitu pertama Jembatan Air Terong 1 CS yang ditangani PPK 2.1 Kabupaten Belitung
Satker PJN II Bangka Belitung dan kedua Jembatan Kanyut Kabupaten Bangka, yang ditangani PPK, 1.3 Satker PJN I Bangka Belitung. Saut Munthe menjelaskan, bahwa sebenarnya di Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan tidak ada paket penanganan yang melekat pada Seksi Pembangunan, tetapi lebih kepada pemantauan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan terhadap paket-paket pembangunan jalan dan jembatan.
“Meskipun peran saya sebagai Seksi Pembangunan, tetapi saya tetap membantu teman-teman di Seksi Preservasi (terkait masalah uji kelayakan AMP, pengawasan, dan pengendalian di preservasi juga), serta perizinan di tata usaha (TU). Karena kebetulan saya sudah pengalaman di bidang-bidang tersebut, jadi teman-teman yang di sini saya bantu,” lanjutnya.
Pada tahun 2021 BPJN Babel sedang mengupayakan pengadaan alat laboratorium dan saat ini sedang dibangun gedung laboratorium. Harapannya pada September tahun ini sudah selesai dan di tahun 2023 bisa dilakukan sertifikasi kelayakan laboratorium.
Menikah tahun 2006, Saut Munthe, telah dikarunia tiga orang anak, di mana anak pertama saat ini dudukdi bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), anak kedua di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan anak ketiga di bangku Sekolah Dasar (SD).
Ketika masih bertugas di Papua, terutama saat menjadi Kepala Satker PJN I Jayapura (BBPJN Papua) yang berada di Jayapura dan ruas yang ditangani kurang lebih 723,01 km, hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk pekerjaan, sehingga jarang pulang, baru bisa pulang setelah dua sampai tiga bulan sekali, yang terkadang justru akhirnya sang istri yang datang ke Papua untuk mengunjunginya.
Tentunya, keadaan tersebut sekarang sudah jauh berbeda, Saut Munthe lebih punya waktu senggang untuk menjalin komunikasi bersama keluarga, baik itu melalui jaringan telepon dan melalui video call atau pun pada akhir pekan menyempatkan untuk pulang ke Jakarta.
“Selain bertelepon, kalau ada waktu senggang dan punya kesempatan libur di hari Sabtu-Minggu dan kalau dapat tiket pesawat, biasanya selepas bekerja di hari Jumat, sorenya langsung terbang ke Jakarta untuk bertemu istri dan anak-anak. Di hari Senin, saya sudah berada di Pangkalpinang untuk kembali bekerja seperti biasanya,” ungkapnya.
Di tengah kesibukan bekerja dan membagi waktu untuk keluarga, selain disiplin dalam bekerja Saut Munthe, tidak pernah melewatkan waktu di akhir pekan untuk olahraga.
“Sabtu atau hari libur, kalau saya tidak ada kegiatan pasti meluangkan waktu untuk berolahragasatu setengah jam, seperti jogging di pagi hari dan sore hari,” ujarnya.
Terakhir, Saut Munthe mengatakan, perlunya perhatian, terlebih kepada para pegawai harian (non-PNS) di Kementerian PUPR yang masa kerjanya sudah cukup lama, bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kedua, terkait pengembangan serta peningkatan infrastruktur di desa-desa dan khususnya di daerah-daerah terpencil yang ada di Indonesia.
“Infrastruktur jalan dan jembatan adalah pendukung utama penggerak roda ekonomi masyarakat. Jika jalan dan jembatannya rusak, maka aksesibilitas masyarakat juga terganggu. Untuk itu kemantapan jalan harus terus ditingkatkan maupu ketersediaan jembatan, khususnya daerah-daerah yang belum tersedia akses konektivitas,” tutup Saut Munthe.
Baca Juga: Dadi Muradi, Keputusan yang Cermat Harus Mempertimbangkan Prioritas