Secara kebetulan, nomenklatur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berganti menjadi Kementerian Pekerjaan Umum (PU) seiring dengan dilantiknya Prabowo Subianto sebagai Presiden Ke-8 Republik Indonesia. Sehingga, peringatan Hari Bakti PU mendapat momentum karena kesamaan nama dengan Kementerian PU yang baru di bawah pimpinan Menteri Dody Hanggodo.
Pemisahan antara Kementerian PU dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) bukan tanpa pertimbangan. Salah satunya adalah fokus Kementerian PU yang tidak lagi bertumpu pada pembangunan infrastruktur yang masif sebagaimana era Presiden Joko Widodo, melainkan fokus pada swasembada pangan dan swasembada energi yang lebih ditekankan Presiden Prabowo.
Tanggal 3 Desember setiap tahun, Kementerian PU memperingati Hari Bakti PU dengan berbagai kegiatan yang dilakukan dengan maksud mengenang jasa para pahlawan PU yang gugur saat melaksanakan tugas. Peringatan yang merupakan “puncak kegiatan” Kementerian PU selama setahun ini erat kaitannya dengan peristiwa heroik yang terjadi pada 3 Desember 1945 di Gedung Sate, Bandung. Peristiwa ini kemudian dijadikan simbol semangat pengabdian dan perjuangan para pegawai Kementerian PU dalam mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia tidak lama setelah Indonesia merdeka.
Sejarah mencatat, setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, tetapi situasi keamanan di berbagai wilayah masih belum stabil dan bahkan boleh dikatakan masih kacau. Hal ini disebabkan adanya upaya Belanda untuk kembali menjajah Indonesia melalui pasukan NICA (Netherlands-Indies Civil Administration). Bandung tercatat sebagai salah satu pusat pertempuran sengit antara rakyat Indonesia dan pasukan sekutu yang mendukung Belanda.
Pada 3 Desember 1945 itulah Gedung Sate, yang saat itu digunakan sebagai kantor Departemen Pekerjaan Umum, diserang oleh pasukan sekutu. Serangan bertujuan merebut kontrol atas gedung strategis yang sekarang masih berdiri utuh di Kota Bandung tersebut. Dalam serangan itu, tujuh pegawai PU gugur setelah melakukan perlawanan heroik untuk mempertahankan Gedung Sate. Disebutkan, mereka bertahan meski kalah dalam jumlah dan peralatan. Ini menunjukkan semangat juang yang tinggi para pegawai PU saat itu. Jenazah mereka kemudian ditemukan di sebuah lubang tidak jauh dari lokasi gedung.
Upacara bendera merupakan kegiatan utama peringatan Hari Bakti PU yang dilakukan secara nasional di kantor pusat Kementerian PU, kantor balai di daerah, hingga unit-unit kerja di seluruh Indonesia. Dalam upacara ini biasanya dibacakan sejarah singkat peristiwa 3 Desember 1945 dan penghormatan kepada tujuh pahlawan PU yang gugur tersebut sehingga tidak ada satu pun pegawai Kementerian PU dan balai-balai di daerah yang tidak memahami jalannya peristiwa sejarah ini.
Sesungguhnya dalam konteks kekinian, peristiwa ini harus dijadikan tombak semangat para pegawai Kementerian PU dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya seperti heroisme yang dimiliki para pahlawan PU yang gugur tersebut. Apalagi tantangan ke depan semakin berat. Ziarah dan tabur bunga kepada para pahlawan PU di tempat peristirahatan terakhir mereka tidak sekadar melaksanakan kebiasaan as usual, melainkan semangat bekerja sekuat tenaga sampai keringat penghabisan demi mewujudkan pembangunan infrastruktur yang sedang digarap atau diselesaikan.
Pun dalam kegiatan bakti sosial berupa pembangunan atau perbaikan infrastruktur sederhana, seperti jalan desa, jembatan kecil, atau fasilitas umum; penyediaan air bersih atau sanitasi di daerah-daerah terpencil, dan; donasi sembako, peralatan sekolah, atau bantuan kepada masyarakat kurang mampu, dilakukan dalam semangat kebersamaan yang tulus bahwa Kementerian PU ada untuk kepentingan rakyat. Bakti sosial adalah simbolisasi “manunggaling” pegawai Kementerian PU dengan mayasrakat yang menjadi mayoritas pengguna infrastruktur yang dibangun Kementerian PU di berbagai daerah dan kota.
Kegiatan lain di Hari Bakti PU ini adalah pameran dan seminar di mana dalam pameran pembangunan menampilkan pencapaian Kementerian PU di bidang infrastruktur, perumahan, dan tata ruang di seluruh Tanah Air. Pun kegiatan seminar atau diskusi tidak lepas dari pencapaian dan semangat kementerian ini dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur. Sedangkan berbagai lomba dan kompetisi merupakan bagian dari “leisure”, pesta atau “hura-hura” dengan cara berbagi kebahagian di antara pegawai.
Kegiatan yang tidak kalah penting Hari Bakti PU adalah penyampaian pidato atau pesan khusus Menteri PU kepada seluruh pegawai dan masyarakat terkait semangat Hari Bakti PU. Sebagaimana kegiatan sebelumnya, pesan ini biasanya menekankan komitmen terhadap pembangunan infrastruktur yang berkualitas, merata, dan berkelanjutan. Adalah momen yang ditunggu-tunggu segenap pegawai Kementerian PU saat menantikan pidato dan pesan dari Menteri Dody Hanggodo terkait langkah Kementerian PU di masa mendatang.
Peringatan Hari Bakti PU bukan sekadar penghormatan kepada sejarah, tetapi juga menjadi ajang refleksi dan inovasi untuk mempersiapkan sektor pekerjaan umum menghadapi tantangan masa depan yang tidak mudah di tengah anggaran Kementererian PU yang tidak sebesar saat Kementerian ini masih Bernama PUPR di bawah pimpinan Menteri Basuki Hadimuljono.
Namun, di bawah arahan Presiden Prabowo, momentum Hari Bakti PU ini hendaknya dapat memperkuat semangat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam membangun Indonesia yang lebih maju dan mandiri, khususnya tercapainya swasembada pangan dan swasembada energi. (Pepih Nugraha)