Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
23 January 2025
Home Berita Atasi Masalah Transportasi Publik, Kemenhub Jalankan Program Pembelian Layanan

Atasi Masalah Transportasi Publik, Kemenhub Jalankan Program Pembelian Layanan

Share

JAKARTA, LINTAS – Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan terus menjalankan program berbasis layanan untuk menjawab kebutuhan yang tinggi akan moda transportasi publik di perkotaan dengan standar pelayanan minimal.

Program Pembelian Layanan (Buy The Service/BTS) ini adalah sebuah program yang diluncurkan oleh pemerintah sejak tahun 2020 untuk memberikan layanan angkutan perkotaan dengan skema pembelian layanan dari operator.

Baca Juga: Pemerintah Daerah Didorong Jadikan Transportasi sebagai Program Prioritas

“Kementerian Perhubungan sejak tahun 2020 tidak membagi armada, tapi kami membeli layanan.  Namanya Buy the Service atau BTS,”  kata Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan Suharto saat wawancara dengan Majalahlintas.com di kantornya, Senin (28/8/2023).

Program tersebut, kata Suharto, sementara hanya dijalankan di 10 kota karena kemampuan fiskal Kemenhub yang terbatas. Ke-10 kota tersebut yaitu Palembang, Medan, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Surabaya, Denpasar, Makassar, Banjarmasin. 

Penggeseran 72 Persen

Diakui bahwa program ini belum maksimal. Akan tetapi, setidaknya program ini merupakan wujud kehadiran pemerintah dalam memberikan pelayanan transportasi publik yang dilakukan bekerja sama dengan operator.

“Skema ini menjadikan risiko itu ditanggung oleh pemerintah. Begitu roda angkutan umum berputar berapa kilometer, maka kami akan membayar rupiah per kilometer kepada operator,” kata Suharto.  

Dari hasil evaluasi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, program ini dinilai berhasil menggeser pengguna kendaraan pribadi roda dua ke angkutan umum sebesar 72 persen.

“Ini dampak yang luar biasa. Data dari Korlantas, kematian akibat kecelakaan dalam 5 tahun belakangan ini lebih kurang 25.000 orang meninggal per tahun.  Kalau dibagi per bulan bagi per hari dari rata-rata satu 3-4 orang meninggal dan 72 persennya adalah pengguna roda dua,” kata Suharto. 

Bus angkutan umum TransPatriot yang beroperasi di Kota Bekasi. | Dok. Dinas Perhubungan Kota Bekasi

Dengan penggeseran 72 persen pengguna roda dua ke angkutan umum bisa meminimalkan terhadap fatalitas akibat penggunaan sepeda motor. Apalagi, saat ini banyak pelajar yang menggunakan sepeda motor saat pergi ke sekolah.

“Terkait pelajar pengguna sepeda motor ini, Kemenhub kini menyediakan angkutan sekolah yang akan diserahkan kepada pengelola sekolah. Kami kini sedang melakukan verifikasi atas sejumlah proposal dari berbagai lembaga pendidikan,” kata Suharto.

Empat Komponen BTS

Menurut Suharto, dalam skema BTS, ada empat komponen yang disediakan oleh Direktorat Perhubungan Darat, yakni pertama terkait dengan operasional.  Kedua, terkait masa pemberdayaannya atau kompetensi sumber daya manusia (SDM) atau awak kendaraan. Ketiga, terkait masalah perawatan armada. Keempat adalah berkaitan dengan masalah pengawasan.  

Terkait kepuasan masyarakat terhadap program BTS, sebesar 79,14 persen masyarakat sangat puas. Sebab, lewat BTS ini angkutan tidak lagi mengetem seperti layanan angkutan konvensional. Namun, dengan skema BTS ini, bus akan beroperasi sesuai SOP yang telah ditetapkan. Misalnya jarak waktu antarkendaraan (headway) setiap 15 menit. “Ada tidak ada penumpang, angkutan wajib jalan. Dengan begitu, penumpang pun mendapatkan kepastian soal waktu,” katanya.

Selain itu, program BTS ini juga menerapkan pembayaran nontunai. “Seperti halnya di DKI Jakarta, di 10 kota yang menjadi daerah percontohan diberlakukan cashless. Ini juga sebagai akuntabilitas kami sehingga setiap Rp 1 dana ABPD atau APBN harus dipertanggungjawabkan,” kata Suharto.

Penggunaan Teknologi

Salah satu unsur penting yang membuat program BTS efektif yakni penggunaan teknologi seperti pemasangan CCTV yang mengarah pada pengemudi, ruang penumpang dan sisi luar bodi bus untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada para penumpang. Keberadaan CCTV tersebut terhubung  langsung dengan ruang kendali yang akan memonitor secara real time

“Kami akan bisa memantau apakah sopir lagi mengantuk. Kemudian, lewat CCTV itu bisa memiliki data terkait apa saja yang terjadi selama perjalanan. Misalnya, kalau ada pengendara roda dua yang sengaja menabrakkan diri ke bus atau angkutan dengan modus agar mendapatkan uang,” kata Suharto. (HRZ/PAH/SMJ/ROY)

Baca Juga: Jakarta Termacet Ke-2 di ASEAN, Angkutan Massal Perkotaan Mendesak Dibenahi

Oleh:

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.