Cianjur, Lintas – Sebanyak 200 keluarga terdampak gempa Cianjur, yang terjadi pada 21 November 2022 dengan magnitudo 5,6, menempati rumah tahan gempa RISHA, dinding bata ringan, plester aci, dan rangka atap menggunan baja ringan. Rumah hunian tetap ini merupakan program tahap I Kementerian PUPR dalam penanganan pascabencana gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dikutip dari rilis yang diterima Majalah Lintas, Kamis (9/3/2023), mengatakan, Kementerian PUPR melaksanakan pembangunan hunian tetap Relokasi Tahap I sesuai dengan lahan yang disediakan Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk merelokasi masyarakat terdampak yang tinggal di kawasan zona merah sesar Cugenang.
“Sesuai dengan lahan yang disediakan Pemerintah Kabupaten Cianjur, lokasinya di Cilaku sekitar 2,5 hektar dan Mande sekitar 30 hektar. Warga ini semula tinggal di zona sabuk merah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap gempa dan gerakan tanah/ longsor. Sangat berbahaya jika tetap tinggal di zona merah,” ujar Menteri Basuki.
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto mengatakan, Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa II berusaha secepat mungkin melaksanakan penanganan pascabencana melalui pembangunan hunian tetap. Sebab, masyarakat terdampak bencana gempa bumi di Cianjur segera membutuhkan tempat tinggal yang layak. Terlebih, banyak rumah yang mengalami kerusakan dengan kategori rusak berat, terutama yang berada di zona merah sesar Cugenang.
“Kementerian PUPR langsung bergerak di lapangan dan berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Cianjur untuk mendata sejumlah infrastruktur dan perumahan masyarakat yang mengalami kerusakan dan perlu penanganan. Setelah dilaksanakan pendataan, khususnya rumah masyarakat yang rusak dan berada di jalur sesar Cugenang, akan menjadi zona merah dan tidak boleh dibangun hunian kembali,” kata Iwan.
Kawasan Relokasi Huntap Tahap I yang diberi nama Bumi Sirnagalih Damai tersebut spesifikasi bangunannya menggunakan struktur rumah tahan gempa RISHA, dinding bata ringan dan plester aci. Rangka atap bangunan menggunakan baja ringan dan penutup atap galvalum.
Adapun lantainya menggunakan keramik ukuran 60 cm x 60 cm dengan pintu dan jendela berbahan UPVC, serta plafon gypsum. Bangunan tersebut, kata Iwan, dilengkapi pula dengan jaringan listrik 900 watt dan jaringan air PDAM. Jalan lingkungan juga tersedia dan dicor beton serta dilengkapi fasilitas balai warga, taman bermain dan penghijauan serta masjid.
“Pembangunan Huntap Tahap I ini kami lakukan secepat mungkin dan menjadi bagian dari operasi kemanusiaan Kementerian PUPR untuk membantu masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Cianjur sehingga tidak perlu terlalu lama tinggal di tenda pengungsian. Pembangunan hunian tetap ini dibangun dengan RISHA selama tiga bulan mulai awal Desember 2022 dan dapat dihuni oleh masyarakat pada awal Maret 2023. Kami juga ingin masyarakat segera memanfaatkan bangunan ini bersama keluarganya dan memiliki semangat hidup baru,” harap Iwan.
Bersyukur
Salah seorang penerima bantuan, Imaria (57 tahun) yang dulu tinggal di di Kampung Cisarua RT 001 RW 004, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, mengaku sangat senang karena mendapatkan bantuan hunian tetap dari pemerintah. Terlebih, lokasinya sangat strategis dan tidak jauh dari jalan raya serta sarana transportasi yang mudah.
“Rumah saya dan tetangga juga rusak dan tanahnya banyak yang amblas. Dari BMKG juga mengatakan bahwa lokasi tersebut menjadi zona merah dan tidak boleh dibangun hunian kembali. Jadi, saya cuma bisa mengucapkan alhamdulillah dan sangat senang karena mendapatkan rumah baru dan direlokasi ke hunian tetap ini,” kata Imaria saat ditemui di kawasan relokasi Huntap Tahap I, Kamis (2/3/2023).
Hal senada diungkapkan oleh Ganjar (39 tahun) yang sebelumnya tinggal di Kampung Rawacina, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur. Ganjar datang ke kawasan relokasi Huntap Tahap I bersama anaknya untuk melihat langsung kondisi bangunan yang akan ditempatinya. Ganjar bersyukur karena setelah tiga bulan tinggal di tenda pengungsian, ia dapat melihat langsung rumah yang dibangun dengan teknologi rumah tahan gempa RISHA. (*/HRZ)