Home Berita Transjakarta Targetkan Pendapatan Non-Subsidi Rp380 Miliar di 2025

Transjakarta Targetkan Pendapatan Non-Subsidi Rp380 Miliar di 2025

Share

JAKARTA, LINTAS – PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menargetkan peningkatan signifikan dalam pendapatan non-subsidi pada tahun 2025. Jika pada tahun sebelumnya perusahaan berhasil mengantongi Rp218 miliar, tahun ini angka tersebut ditargetkan naik menjadi Rp380 miliar.

Direktur Utama PT Transjakarta, Welfizon Yuza, menegaskan bahwa berbagai strategi tengah disiapkan untuk mencapai target ini, termasuk optimalisasi dari sektor naming rights.

“Target pendapatan non-subsidi tahun ini adalah Rp380 miliar. Teman-teman di divisi bisnis harus memastikan kontribusi dari berbagai sektor, termasuk naming rights, iklan, retail, dan aktivasi. Saya sendiri menjaga angka tersebut agar tetap tercapai,” ujar Welfizon dalam temu media, Selasa (18/3/2025).

Fokus pada Naming Rights dan Kolaborasi

Dalam upaya mencapai target, Transjakarta juga berfokus pada ekspansi program naming rights. Saat ini, sudah ada enam halte yang memiliki naming rights, termasuk yang terbaru dari tahun lalu sebanyak lima halte.

Welfizon menjelaskan bahwa naming rights bukan sekadar transaksi bisnis, tetapi juga menjadi sarana kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan swasta dan bahkan musisi.

“Naming rights ini bukan sekadar jual beli hak penamaan, tetapi menjadi wahana kolaborasi untuk membangun kota. Pendapatan dari program ini akan dikembalikan untuk peningkatan layanan, misalnya perbaikan akses di Halte Paragon Swadharma. Saat ini, halte tersebut masih menggunakan tangga tinggi, dan ke depan akan dibangun lift untuk kemudahan akses,” ungkapnya.

Untuk tahun 2025, Transjakarta menargetkan penambahan beberapa halte yang akan mendapatkan naming rights. Saat ini, sejumlah perjanjian masih dalam tahap negosiasi, termasuk kemungkinan dari sektor perbankan. Salah satu yang paling dekat adalah Halte Senen Sentral, meski Welfizon masih merahasiakan calon mitra yang akan bekerja sama.

Selain naming rights, Transjakarta mengandalkan empat sumber pendapatan non-subsidi lainnya, yaitu:

  • Iklan – mencakup iklan di bus dan halte.
  • Retail – penyewaan ruang usaha di halte dan titik strategis lainnya.
  • Aktivasi – kegiatan promosi, seperti booth produk dan sampling di halte.
  • Kolaborasi Strategis – kerja sama dengan berbagai mitra untuk mendukung program sosial dan keberlanjutan.

Salah satu contoh nyata dari kolaborasi ini adalah program pembagian takjil gratis selama Ramadan. Setiap hari, Transjakarta membagikan 220 ribu paket takjil kepada pelanggan tanpa menggunakan anggaran perusahaan atau subsidi pemerintah. Program ini sepenuhnya didukung oleh mitra strategis seperti Sprite, Aqua, Sunpride, dan berbagai brand lainnya.

“Kalau dihitung-hitung, nilai takjil yang dibagikan itu lebih besar dari harga tiket Transjakarta yang Rp3.500. Ada susu, ada snack, itu sebenarnya seperti memberikan tiket gratis kepada pelanggan. Semua ini didanai oleh mitra kami yang mendukung program pemerintah dan keberlanjutan,” jelas Welfizon.

Ia menambahkan, dengan strategi yang mencakup naming rights, iklan, retail, dan berbagai kolaborasi lainnya, Transjakarta optimistis dapat mencapai target pendapatan non-subsidi Rp380 miliar pada tahun 2025. (CHI)

Oleh:

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.