JAKARTA, LINTAS – Menjawab berbagai tantangan, seperti krisis iklim, peningkatan polusi dan penurunan keanekaragaman hayati, Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen menjalankan pembangunan rendah karbon.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPN) Suharso Monoarfa saat penandatangan perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Inggris melalui Foreign Commonwealth and Development Office (UK-FCDO), Sabtu (7/10/2023). Perjanjian itu terkait dengan Program Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Development Initiative/LCDI) serta peluncuran fase berikutnya dari Program Hibah LCDI.
“Krisis ini saling berhubungan dalam ekosistem kita. Terlebih krisis ini juga mengancam pencapaian target pembangunan, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045,” ujar Suharso dikutip dari siaran pers, Sabtu (7/10/2023).
Baca Juga: Gandeng Bappenas, MRT Jakarta Kampanyekan Penggunaan Transportasi Publik
Suharso juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Pemerintah Inggris dalam melanjutkan program Hibah LCDI. Kerja sama ini juga diharapkan dapat meningkatkan perencanaan dan implementasi ekonomi berkelanjutan di Indonesia melalui PRK dan ketahanan iklim. Menurut Suharso, ini sejalan dengan agenda pembangunan yang telah diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, serta untuk mendukung pencapaian target net-zero emisi pada 2060 atau lebih awal.
Integrasi PRK
Program Hibah LCDI akan memperkuat implementasi PRK di berbagai wilayah di Indonesia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan mengintegrasikan PRK dan ketahanan iklim ke dalam dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah, baik di tingkat nasional maupun daerah. Program ini juga akan meningkatkan kapabilitas, mengembangkan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan, dan menguji teknologi rendah karbon yang inovatif.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Pemerintah Inggris untuk Indo-Pasifik, Anne-Marie Trevelya, menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi dan inovasi yang pesat di Indonesia memberikan peluang besar bagi kedua negara untuk menjalin kerja sama yang lebih erat, mulai dari perdagangan dan investasi hingga kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Inisiatif pembangunan rendah karbon akan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berkelanjutan dan memiliki ketahanan terhadap dampak perubahan iklim serta memberikan manfaat bagi masyarakat di Inggris, Indonesia, dan seluruh Indo-Pasifik,” ujar Trevelya. (MDF)
Baca Juga: Sektor Transportasi, Penyumbang Terbesar Polutan di DKI Jakarta