Jakarta kini bukan lagi ibu kota negara. Seperti kita tahu bersama, Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur menggantikan posisi Jakarta. Akan tetapi, fungsinya sebagai kota industri dan perdagangan tetap takkan tergoyahkan.
Tak bisa dimungkiri, secara infrastruktur, Jakarta adalah kota yang lengkap dan modern. Bahkan, dengan berbagai infrastruktur itu, kota yang dulu bernama Batavia ini menjadi barometer nasional, bahkan di tingkat regional negara-negara ASEAN.
Dalam tulisan ini, keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok akan dibahas terutama terkait sumbangannya dalam perekonomian di Indonesia.
Indonesia adalah negara maritim. Sebutan ini dikenakan kepada Indonesia karena dua per tiga dari luas wilayahnya adalah laut dan merupakan negara kepulauan. Adapun luas wilayah perairan Indonesia adalah 6.315.222 kilometer persegi dengan panjang garis pantai 99.093 kilometer persegi, dikutip dari Big.go.id. Sementara, menurut Buku Statistik Indonesia 2024, luas daratan Indonesia adalah 1.892.410,09 kilometer persegi dan jumlah pulau sebanyak 17.001.
Dengan kondisi geografisnya, tak mengherankan, Indonesia memiliki banyak pelabuhan di berbagai wilayahnya. Pelabuhan menjadi simpul transportasi yang penting di Indonesia, tidak hanya sebagai titik naik-turun penumpang, tetapi juga berfungsi sebagai tempat kapal bersandar dan bongkar-muat barang.
Jumlah pelabuhan di Indonesia pada tahun 2020, berdasarkan laporan Kementerian Perhubungan, adalah 2.439. Di antara ribuan pelabuhan tersebut, yang terbesar adalah Pelabuhan Tanjung Priok. Lalu, apa signifikansi keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok bagi Indonesia?
Sejarah
Pelabuhan Tanjung Priok, yang juga dikenal sebagai Pelabuhan Jakarta, terletak di Jakarta Utara. Berdiri di atas lahan daratan seluas 929,55 hektar dan areal perairan seluas 2.205,3 hektar. Dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Johan Wilhem van Lansberge. Mengutip dari Kompas.com, pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada tahun 1877 dan selesai pada tahun 1883.
Untuk melaksanakan fungsinya, Pelabuhan Tanjung Priok didukung oleh tiga terminal utama, yakni Area Tanjung Priok I, Area Tanjung Priok II, dan Area Terminal Support, dikutip dari laman Indonesia Port Company Terminal Peti Kemas (IPCTPK).
Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Priok memiliki 81 tempat berlabuh dengan total panjang lebih dari 12.830 meter dengan kedalaman samping berkisar antara 3 hingga 14 meter. Juga, memiliki 21 gudang seluas 101,972 meter persegi, mencakup 62 yard konvensional, dan tempat penyimpanan terbuka mencapai total 1.995.074 meter persegi, dikutip dari Lca.logcluster.org.
Selain itu, Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II ini memiliki fasilitas intermoda yang lengkap dan memadai, membuatnya mampu menyediakan jalur ke seluruh kota di Indonesia. Juga, memiliki teknologi dan fasilitas modern yang membuatnya mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional (direct call), dikutip dari Ipctpk.co.id.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, dalam jangka panjang, Pelabuhan Tanjung Priok ditargetkan menangani peti kemas hingga 18 juta TEUs (twenty-foot equivalent unit) per tahun, dikutip dari Porttechnology.org. Sementara itu, pada tahun 2021, mengutip dari Shippingcargo.co.id, pelabuhan ini telah menangani hingga 6,85 juta TEUs per tahun.
Barometer Perekonomian Indonesia
Sejak didirikan pada akhir abad ke-19, Pelabuhan Tanjung Priok terus mengalami peningkatan hingga mencapai keadaannya sekarang, yakni sebagai pusat perdagangan terbesar di Indonesia, baik perdagangan antarpulau di seluruh wilayah Indonesia maupun ekspor-impor. Bahkan, pada tahun 2024 ini, masuk tiga terbesar se-Asia Tenggara.
Saat ini, setiap harinya, Pelabuhan Tanjung Priok menangani lebih dari 30 persen komoditas non-migas di dalam negeri Indonesia. Juga, sekitar 50 persen dari seluruh arus barang yang keluar dan masuk Indonesia melewati pelabuhan ini.
Hal inilah yang membuat Pelabuhan Tanjung Priok disebut sebagai pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia. Bahkan, disebut sebagai barometer perekonomian Indonesia, dikutip dari Ipctpk.co.id.
Tak hanya mendapat predikat sebagai pelabuhan terbesar dan tersibuk se-Indonesia, pada tahun 2024, Pelabuhan Tanjung Priok berhasil mencapai posisi 23 peringkat global pelabuhan kontainer versi World Shipping Council. Pencapaian ini sangat luar biasa karena pada tahun 2022 Pelabuhan Tanjung Priok menempati peringkat 281. Capaian ini sekaligus membawa Pelabuhan Tanjung Priok menduduki peringkat ketiga di kawasan ASEAN.
Adapun data peringkat kinerja Pelabuhan Tanjung Priok yang didasarkan pada The Container Port Performance Index (CPPI) 2023 tersebut, dirilis oleh Grup Bank Dunia bersama S&P Global Market Intelligence, dikutip dari Rri.co.id.
Atas pencapaian ini, Pendiri dan CEO Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi, menyampaikan apresiasinya.
“Pencapaian ini sangat luar biasa karena pada tahun 2022 Pelabuhan itu di peringkat 281. Pelabuhan Tanjung Priok kini berada pada peringkat ketiga di kawasan ASEAN setelah Pelabuhan Tanjung Pelepas Malaysia dan Singapore,” kata Setijadi, dikutip dari Kosadata.com (10/6/2024).
Setijadi menambahkan, kinerja pelabuhan kontainer sangat memengaruhi daya saing produk dan komoditas dalam rantai pasok global. Karena seperti tercantum dalam rilis itu, lebih dari 80 persen volume perdagangan global dikirim melalui transportasi laut dan lebih dari 60 persen pengirimannya dengan kontainer.
Sebagai pelabuhan terbesar di Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok memiliki peran strategis sebagai pelabuhan hub internasional. Ia menghubungkan pelabuhan-pelabuhan regional lain di Indonesia bagian Barat, Tegah, dan Timur dengan pola pelabuhan terintegrasi (integrated sea port).
Dengan peran strategis tersebut, PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia (PMLI) menilai, sangat penting bagi Pelabuhan Tanjung Priok untuk menjadi pelabuhan yang mengedepankan sustainability dalam menunjang operasional pelabuhan. Upaya ini dapat dicapai dengan mewujudkan Eco Port, yakni pelabuhan yang menerapkan upaya-upaya sistemik yang bersifat ramah lingkungan dalam proses pembangunan, pengembangan, dan pengoperasian pelabuhan.
Dengan penerapan Eco Port, berbagai isu lingkungan hidup di pelabuhan secara sistematis dapat diatasi yang berimplikasi pada optimalisasi kinerja pelabuhan dalam jangka panjang.
Semoga Pelabuhan Tanjung Priok dapat terus memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia, bahkan dunia. Juga, menjadi inspirasi bagi pelabuhan-pelabuhan lainnya di Indonesia. (MSH)
Baca Juga: Pelabuhan Terbesar di Dunia, dari Tanpa Awak hingga Ramah Lingkungan