Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, terus berupaya meningkatkan konektivitas dan infrastruktur transportasinya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pergerakan barang dan orang di seluruh negeri.
Salah satu proyek mega yang mencolok adalah Jalan Tol Trans-Sumatera, sebuah jalur tol yang ambisius dan strategis yang bertujuan menyatukan Sumatera dari ujung barat hingga timur.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah, mengatasi tantangan logistik, dan membuka potensi ekonomi di Pulau Sumatera.
Dengan panjang lebih dari seribu kilometer, Jalan Tol Trans-Sumatera membentang dari Bandar Lampung di ujung selatan hingga Banda Aceh di ujung utara, melewati kota-kota besar seperti Palembang, Jambi, Medan, dan Pekanbaru.
Pemerintahan Joko Widodo kemudian menerbitkan Peraturan Presiden No 100 Tahun 2014 yang kemudian diubah dengan Peraturan Presiden No 117 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Jalan di Sumatera.
Salah satu aspek penting dari proyek ini adalah peran perusahaan konstruksi seperti PT Hutama Karya yang mendapat kepercayaan untuk membangun JTTS, dan berkomitmen membangun serta memelihara sebagian dari trase tol ini.
Dengan total panjang jalan tol yang lebih dari 2.700 kilometer, Hutama Karya, dengan keahlian dan pengalaman dalam proyek-proyek infrastruktur skala besar, menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan mimpi besar ini.
Jalan Tol Trans-Sumatera bukan hanya sekadar lintasan aspal, melainkan jembatan penyatuan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat.
Dengan memangkas waktu perjalanan, mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan raya utama, dan membuka aksesibilitas ke wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau, jalan tol ini menjadi tulang punggung bagi perkembangan ekonomi dan pariwisata di Sumatera.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo mengatakan upaya ini diharapkan mampu untuk memperkuat konektivitas transportasi darat di wilayah Sumatera.
“Sejalan dengan target yang ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), kita targetkan lima ruas JTTS Tahap I sepanjang 196 km dapat selesai pada Semester I, dan terbitnya 9 Sertifikat Laik Operasi (SLO),” kata Tjahjo, di web Hutama Karya, Selasa (6/2/2024).
Sementara itu target penyelesaian JTTS Tahap I yang dikerjakan Hutama Karya meliputi lima ruas.
-Jalan Tol Sigli–Banda Aceh Seksi I Padang Tidji–Seulimum sepanjang 25 km;
-Jalan Tol Binjai–Langsa Seksi III Tanjung Pura–Pangkalan Brandan sepanjang 19 km;
-Jalan Tol Indrapura–Kisaran Seksi II Lima Puluh–Kisaran sepanjang 32 km
-Jalan Tol Kuala Tanjung–Tebing Tinggi–Parapat Seksi III dan IV Tebing Tinggi–Pematang Siantar sepanjang 58 km.
-Jalan Tol Padang–Pekanbaru Seksi I Padang–Sicincin sepanjang 37 km, dan Seksi V Bangkinang–Pangkalan Tahap I (Bangkinang–Koto Kampar) sepanjang 25 km.
Tjahjo juga menjelaskan untuk mengakselerasi pembangunan JTTS, HK mengapresiasi dukungan pemerintah atas penyertaan modal negara (PMN) 2024 sebesar Rp 18,6 triliun yang di dalamnya termasuk anggaran penyelesaian sejumlah ruas JTTS Tahap I.
Upaya Pelestarian Lingkungan
Tidak hanya itu, proyek ini juga mendukung upaya pelestarian lingkungan dan keselamatan transportasi. Hutama Karya membangun terowongan perlintasan gajah di Tol Pekanbaru – Dumai, pada Tol Sibanceh juga akan dilengkapi dengan terowongan perlintasan satwa liar untuk mengakomodir habitat satwa liar sekitar.
Perlintasan satwa liar di Tol Sibanceh tepatnya di Seksi 1 (Padang Tidji – Seulimeum), rencananya akan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yakni perlintasan dengan struktur konstruksi jembatan untuk gajah di KM 13+755 hingga 13+871.
Perlintasan dengan menggunakan produk beton tulang pracetak berbentuk segi empat untuk reptil di KM 10+000 hingga 15+100, dan perlintasan dengan konstruksi jembatan kanopi jaring kabel untuk primata di KM 11+000 hingga KM 13+0000.
“Sebagai contoh, Jalan Tol Pekanbaru–Dumai telah menjadi jalan tol pertama di dunia dengan fasilitas underpass gajah,” ujar Tjahyo.
Ikhtiar keberlanjutan tersebut dilakukan pada pembangunan Jalan Tol Sigli–Banda Aceh Seksi I Padang Tidji–Seulimum yang akan dilengkapi dengan 12 terowongan satwa dengan panjang total 201 meter untuk menjaga kelestarian satwa di sekitar jalan tol.
Selain itu dengan memberikan alternatif transportasi yang lebih efisien, Jalan Tol Trans-Sumatera dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan risiko kecelakaan di jalan raya.
Infrastruktur ini membuka peluang untuk pengembangan kawasan-kawasan sekitarnya, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, seperti proyek infrastruktur besar lainnya, Jalan Tol Trans-Sumatera juga menghadapi tantangan dan kritik.
Diperlukan manajemen yang baik untuk mengatasi dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi yang mungkin timbul akibat konstruksi dan operasional jalan tol ini.
Dengan segala kompleksitasnya, Jalan Tol Trans-Sumatera tetap menjadi perwujudan ambisi untuk mewujudkan Sumatera yang lebih maju dan terhubung secara menyeluruh.
Kesuksesan proyek ini tidak hanya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera tetapi juga membawa dampak positif bagi seluruh nusantara. (CHI)
Baca Juga: Hutama Karya Targetkan Jalan Tol Trans-Sumatera Tahap I Selesai pada 2024