Dua pertiga dari 5.176.800 km2 wilayah Indonesia merupakan laut, di kawasan mana terdapat 17.508 pulau dengan total penghuni 382 juta jiwa. Heteroginitasnya mencakup 74 suku dengan bahasa dan tradisi berbeda.
Tidak heran jika masyarakat mengidentifikasi “Zambrud Katulistiwa” ini sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Julukan kredibel ini muncul setelah Inggris, Jepang, dan Belanda berhenti menjajah negeri ini (selama 374 tahun).
Sebagaimana diketahui, Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945 di bawahkepemimpinan dua Bapak Bangsa, yaitu Soekarno–Hatta. Dalam hubungan itu Bung Karno pun digelari Aktor Besar NKRI atas perjuangan bangsanya, di samping kebolehannya sebagai pendekar Pancasila dan Nasionalisme Indonesia.
Pendeklarasian Proklamasi itu berlangsung serba darurat di halaman kediaman Bung Karno (waktu itu), yakni Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Namun saat ini semua sudah berubah.
Bahkan gedungnya pun sudah di bongkar. Kini di pojok depan pekarangannya terpampang dua patung raksasa yang menyimbolkan kharisma keduanya sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia.
Selanjutnya pada bulan September 2024 ini Presiden RI ke-7 telah siap mengantar penerusnya (Prabowo Subianto) untuk memulai tugas perdananya pada 20 Oktober 2024 sebagai Presiden RI ke-8. Itulah yang menginspirasi pilihan judul penulisan ini, “Goodbye September” 2024.
Selain itu kiprahnya juga berkaitan dengan banyaknya lembaga atau instansi yang telah menyisihkannya sebagai bulan pilihan bersejarah.
Pada 17 September 2024 ibu kota negara baru IKN Nusantara yang dibangun di Kaltim dibuka terbatas untuk umum. Disusul pendaratan Presiden Jokowi di Bandara Nusantara menggunakan pesawat kepresidenan (RI-85) pada 29 September 2024. Dan seterusnya.
Pelantikan pasangan Prabowo–Gibran Rakabuming Raka akan berlangsung pada tanggal 20 Oktober 2024 di Jakarta, Ibukota peninggalan kolonialis. Pendeklarasian Proklamasi dulu itu berlangsung serba darurat di halaman kediaman Bung Karno (waktu itu), yakni Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Namun saat ini semua sudah berubah, bahkan gedungnya pun sudah di bongkar.
“Tanpa air tak akan ada kehidupan, dan pelaut tangguh tak lahir dari lautan yang tenang. Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar yang kuat, makmur, dan damai,” kata Joko Widodo, “kita harus memiliki jiwa Cakrawarti Samudera”.
Jokowi juga sekaligus pemimpin business as usual. Ia berani pasang badan dalam mengambil kebijakan tidak popular, seperti blusukan memasuki selokan tertentu. Meskipun Jokowi “berani” ambil risiko dalam berbagai kebijakan, namun putusannya termasuk konstruktif pada awal kepemimpinan.
Ini antara lain dengan mengurangi subsidi BBM yang dinilai masyarakat mulanya kurang tepat sasaran. Namun terbukti kebijakan revitalisasi tersebut cukup tepat, karena ini membatasi subsidi yang hanya dinikmati kalangan atas.
Pembangunan infrastruktur secara masif telah ia lakukan sejak tahun pertama pemerintahannya (2009). Pilar-pilar pembangunan sejumlah proyek strategis seperti perumahan dan jalan raya telah ia tangani secara 3T (Terdepan, Terpinggir, dan Termiskin) di banyak tempat dengan sedikit resistensi.