JAKARTA, LINTAS — Dengan dioperasionalkannya Flyover Djuanda, kemacetan di simpang tiga Bundaran Aloha–yang merupakan akses ke Bandara Djuanda, Sidoarjo, Jawa Timur–kini sudah terurai. Dengan demikian, kelancaran arus lalu lintas berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Dikutip dari rilis pers yang diterima Majalahlintas.com, disebutkan, sebelum jembatan layang ini selesai, kemacetan parah selalu terjadi di lokasi tersebut karena adanya pelintasan kereta api. Hal ini sering menimbulkan kemacetan lalu lintas.
“Pembangunan infrastruktur jembatan, flyover dan underpass akan memperlancar konektivitas dan aksesibilitas lalu lintas, di samping memberikan alternatif bagi warga untuk meningkatkan produktivitas perekonomian,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Kini persimpangan Bundaran Aloha, tepatnya antara pertemuan Jalan Nasional Surabaya-Sidoarjo dengan Jalan Akses Bandara Juanda, sudah lancar dan risiko kecelakaan pada pelintasan kereta api jurusan Surabaya-Malang pun bisa diminimalisasi.
Seperti diberitakan sebelumnya, pembangunan Flyover Djuanda dengan panjang 858 meter ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR. Kontrak dimulai pada 1 November 2022 dengan kontaktor pelaksana PT Wijaya Karya (Persero)-PT Nindya Karya (Persero), KSO. Menggunakan dana SBSN tahun 2022-2024 (MYC), pembangunan jembatan layang Djuanda menghabiskan anggaran senilai Rp 363,29 miliar.

Konstruksi Flyover Juanda memiliki dua struktur jembatan layang, yakni flyover A yang menghubungkan dari arah Sidoarjo menuju Jalan Akses Bandara Juanda sepanjang 435 meter dan flyover B yang menghubungkan Akses Bandara Juanda menuju Surabaya sepanjang 423 meter.
Selain itu, guna keselamatan pengendara, Flyover Djuanda juga dilengkapi lampu penerangan yang ditanam di struktur parapet menyorot ke arah jalan per jarak 3 meter sepanjang struktur flyover. Adapun pada area oprit dan frontage dipasang lampu PJU tiang yang menggunakan sumber daya panel surya.

Ornamen bangunan flyover juga akan memperhatikan aspek beautifikasi dengan mengedepankan seni dan budaya lokal serta dilengkapi lanskap. Adapun penamaan Flyover Aloha menjadi Djuanda sebagai upaya menghormati jasa Pahlawan Nasional Djuanda Kartawidjaja pencetus Deklarasi Djuanda tahun 1957 dan penggagas pembangunan bandara internasional di Jawa Timur. (*/HRZ)
Baca Juga: Tujuh Fakta Menarik dari Flyover Juanda di Sidoarjo