JAKARTA, LINTAS – Di tengah ancaman krisis iklim dan pesatnya disrupsi teknologi, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti menegaskan pentingnya penerapan bangunan gedung hijau (BGH) dan bangunan gedung cerdas (BGC) sebagai solusi mengurangi emisi karbon sektor konstruksi.
Hal ini disampaikannya saat membuka ARCH:ID 2025, ajang konferensi dan pameran arsitektur terbesar di Indonesia yang digelar di ICE BSD City, Tangerang, Kamis-Minggu (8-11/5/2025).
“Arsitektur bukan hanya soal estetika, melainkan juga tanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan konsep reduce, reuse, recycle dan teknologi, seperti building information modelling (BIM), kita bisa mencapai net zero emission pada 2060,” kata Diana dalam sambutannya.
Acara yang mengusung tema “Performative Archipelago” ini, menurut dia, menjadi momen tepat untuk mengoptimalkan kekayaan alam dan budaya Indonesia sebagai negara kepulauan. Pemerintah telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui regulasi seperti Permen PUPR Nomor 21 Tahun 2021 (BGH) dan No 10/2023 (BGC).
Wamen Diana mendorong kolaborasi arsitek, insinyur, pengembang, hingga akademisi untuk memperkuat inovasi berbasis lokal. “ARCH:ID harus jadi wadah sinergi menciptakan arsitektur berkelanjutan,” ujarnya.
Presiden Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Georgius Budi Yulianto menyebut ARCH:ID 2025 sebagai edisi kelima dengan ambisi menarik lebih dari 30.000 pengunjung, melampaui capaian 2024 (22.000 orang).
“Tema tahun ini adalah tantangan untuk membangun kepulauan yang tangguh lewat desain berdaya cipta,” ujarnya. (HRZ)
Baca Juga: AHY Ingin Bendungan Jadi Tempat Wisata hingga Sumber Energi Terbarukan
