Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
10 February 2025
Home Profil Bina Aleida Saroy, Terapkan Skala Prioritas

Bina Aleida Saroy, Terapkan Skala Prioritas

Share

Bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan sekaligus menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga bukan lagi hambatan bagi perempuan. Dengan memiliki manajemen waktu yang baik dan menerapkan skala prioritas, semua tugas dan tanggung jawab pun bisa diselesaikan.

Bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bagi Bina Aleida Saroy adalah sebuah impian yang menjadi kenyataan.

Terinspirasi dari kakak perempuan yang juga bekerja sebagai PNS, Aleida yang lahir di Papua pada 27 September 1985 mencoba peruntungan dengan mengikuti tes masuk calon PNS (CPNS) melalui daring (online).


”Sebenarnya saat masih kecil, saya memiliki cita-cita menjadi wartawan. Saya beranggapan kalau wartawan bisa pergi ke berbagai event dan tempat. Namun, jalan Tuhan menentukan lain. Setelah lulus SMA di Jayapura, saya meneruskan kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 di Surabaya, Jawa Timur, jurusan Teknik Sipil lulus 2010. Jadilah sekarang bekerja di PUPR, yang notabene sesuai dengan jurusan saat kuliah,” kata penyuka coklat dan buah alpukat ini.

Awalnya Aleida sudah mencoba berkali-kali mengikuti tes masuk PUPR, tetapi selalu gagal. Baru pada 2014, lewat tes online, ia dinyatakan lulus dan langsung mengikuti latihan on job training (OJT) hingga diangkat sebagai PNS pada 2015.

Perjalanan menjadi insan PUPR pun mulai digeluti anak bungsu dari enam bersaudara ini. Ia mengawali dengan menjadi staf pada 2016. Bagi Aleida, budaya kerja di PUPR bukan sesuatu hal yang asing. Ada inspirator yang terus dia jadikan rujukan, yakni adik dari ibunya yang saat itu juga masih bekerja di PUPR. Sebelum pensiun, om dari Aleida, Edu Sasarari, dipercaya menjadi Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Papua.

”Om saya itu adalah salah satu panutan saya. Dalam bekerja PUPR, saya banyak belajar dari beliau dan selalu mendorong saya untuk selalu mencintai pekerjaan,” kata Aleida—yang menamatkan sekolah TK hingga SMA di sekolah negeri di Jayapura ini.

Dari om-nya, Aleida banyak menimba ilmu yang tidak dipelajari di bangku kuliahan.

Perjalanan Karier

Setelah empat tahun menjalani pekerjaan sebagai staf, pada 2020, Aleida mendapatkan promosi. Tepat pada Agustus 2020, ia mendapatkan kepercayaan menjadi PPK Pengawasan di balai yang sama.

Dengan jabatan baru, Aleida mengaku terus membenahi dirinya. Pengalaman yang ia peroleh waktu menjadi staf selama empat tahun, yang telah digunakan untuk belajar banyak hal, saatnya ia terapkan dan eksplorasi.

Sebagai PPK Pengawasan, Aleida diberi tanggung jawab mengelola kontrak paket pekerjaan pengawasan teknik oleh konsultan supervisi. Karena masih tergolong relatif baru, Aleida belum memiliki pencapaian yang sampai diganjar dengan penghargaan.

”Masih baru, jadi belum ada penghargaan yang saya terima,” kata Aleida kepada Balai Pabar.

Ia mengakui, dengan menjadi PPK, waktu yang harus diberikan kepada pekerjaan semakin besar. Bahkan, bagi dia, sebagian besar waktu untuk pekerjaan.

Memang Aleida tidak menampik, di awal-awal menjadi PPK, dirinya sedikit mengalami tantangan, terutama dalam membagi waktu, membagi peran. Di sisi lain berperan sebagai PPK yang harus menuntaskan pekerjaan, di waktu yang sama ia harus berperan mengurus ketiga anaknya yang masih usia balita.

”Kalau saya pribadi kesulitan sebagai seorang ibu dari tiga anak, yakni putra kelas 1 SD (6 tahun), putra usia 3 tahun, dan putri usia 10 bulan. Tentunya saya kesulitan dalam hal ruang gerak. Tetapi, Puji Tuhan, dengan dukungan pimpinan serta rekan di kantor semua dapat berjalan dengan baik. Juga peran suami yang menjadi teman diskusi,” kata penyuka refleksi atau terapi air laut ini.

Dalam kondisi itu, Aleida pun membuat skala prioritas sehingga dapat terstruktur dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, baik sebagai ASN maupun sebagai seorang ibu.

Suaminya, seorang PNS yang bertugas sebagai perancang peraturan daerah di Kantor Wilayah Kemenkumham Papua Barat, sangat mendukungnya dalam berkarier.

Aleida bersama keluarga.

”Saat pagi hari saya dibantu oleh asisten rumah tangga mengurus anak-anak. Setelah beres baru berangkat ke kantor. Saya bersyukur, saya punya anak yang tidak rewel saat orangtua mereka berangkat ke kantor,” kata Aleida.

Kalau ditanya bagaimana bagi waktu, kata Aleida, “Jam kerja harus fokus untuk pekerjaan. Kecuali situasi mendesak, seperti anak sakit. Di luar jam kerja, itu waktu untuk keluarga. Namun, tetap standbye sehingga keperluan mendesak terkait pekerjaan bisa tetap tertangani. Sekali lagi dengan tetap membuat skala prioritas.”

Di saat libur, Aleida selalu memanfaatkan waktu berwisata dengan anak-anak. “Kami selalu menyempatkan diri jalan-jalan di pantai menikmati matahari pagi di saat libur,” kata Aleida.

Kepiawaian membagi waktu dan membuat skala prioritas, Aleida pun dikenal totalitas dalam pekerjaan. Bahkan, dalam kondisi rumit sekalipun, misalnya saat hanya memiliki satu anggota untuk mengurus paket pekerjaan konsultan supervisi di BPJN Papua Barat, Aleida pun mampu melaksanakannya.

Aleida mengaku tidak pernah mengeluh dengan kondisi kekurangan sumber daya manusia di tempat kerjanya. Bagi dia, dengan komunikasi semua bisa dilaksanakan. “Karena kami hanya berdua, ya, saya dan teman saya itu lebih banyak bekerja di satu ruangan yang sama. Tak ada perbedaan meja PPK dan anggota. Prioritas saya adalah pekerjaan selesai,” katanya.

Aleida menyadari bahwa apa yang dicapainya kini tak terlepas dari peran orangtua yang membesarkan dan mendidiknya lewat nilai-nilai yang baik. Ayahnya yang PNS dan ibunya adalah ibu rumah tangga biasa, selalu mengingatkannya untuk tidak malas.

”Saya selalu dan terus ingat, papa dan mama selalu mengatakan, ‘Kalau mau makan harus kerja. Cukupkan diri dengan apa yang menjadi bagianmu’. Satu lagi, ‘harus bertanggung jawab’, ” kata Aleida.

Bukan karena Tuntutan Jender

Sebagai orang Papua dan perempuan yang bekerja di tanah kelahirannya, Aleida mengaku sangat bangga. Jauh di dalam hatinya yang terdalam punya keinginan agar kaumnya, orang Papua, semakin banyak yang berkiprah dan memberikan kontribusi membangun bangsa ini.

Salah satu yang berkesan dan membanggakan dirinya, bahwa melalui pekerjaannya ia bisa memberdayakan satu-dua orang Papua. “Bagi saya ini sangat membanggakan,” ujarnya.

Di tempat kerjanya penghargaan terhadap jender sudah sangat bagus. Tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Siapa pun memiliki kesempatan yang sama.

“Di PUPR perempuan dihargai dan diberdayakan sesuai dengan kapasitas dirinya. Apalagi, perempuan dalam bekerja pada umumnya selalu memperhatikan sisi keindahan, kerapian, dan kekeluargaan. Hal itu mengingat karakter bawaan perempuan,” ujarnya.

Karena itu, bagi seluruh perempuan Indonesia, Aleida berpesan teruslah belajar. Khususnya bagi perempuan Papua. “Buktikan diri bahwa kita ditunjuk atau dipercaya mengerjakan pekerjaan besar karena memang kita mampu, bukan hanya sebatas memenuhi tuntutan jender. Jadi, jangan berhenti belajar. Dengan begitu perempuan Indonesia lebih bahagia dan menjadi berkat serta berdampak bagi lingkungan sekitar,” kata Aleida.*

Oleh:

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.