Jakarta, Lintas – Meskipun teknik geodesi bukanlah latar belakang pendidikan yang umum dimiliki oleh kalangan pegawai Ditjen Bina Marga, berkat keahliannya itu, Ir. Rachman Arief Dienaputra, M.Eng, sebagai Sarjana Teknik Geodesi justru menjadi salah satu pelopor Peta Digital Jaringan Jalan di Ditjen Bina Marga.
Rachman Arief Dienaputra, lulusan S1 Teknik Geodesi ITB yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian PUPR ini menceritakan kepada Lintas (10/21), bahwa di keilmuan Geodesi, Ia mendalami aspek yang terkait dengan Geografic Information System (GIS). Suatu hal yang saat itu belum banyak dipahami di Bina Marga namun sangat dibutuhkan.
“Saat itu, sekitar tahun 1993, yang paham GIS hanya satu, yaitu pak Yudis Hutabarat. Saya diajak oleh beliau. Karena saya paham GIS, saya hidupkan peta digital di Bina Marga. Yang tadinya petanya ditulis pakai tangan dengan Rapido, menjadi peta digital. Itulah cikal bakal Peta Digital Jaringan Jalan di Ditjen Bina Marga, oleh tim saya dan beberapa teman-teman saya seperti pak Rifantik dan Almarhum pak Sudibyo”, tutur pria yang akrab disapa Arief ini.
Berkat peta digital hasil karyanya, Ditjen Bina Marga dapat memilih rute alternatif jaringan jalan yang terbaik, dan teknik ini digunakan terus oleh Bina Marga hingga tahun-tahun mendatang. Aplikasi keilmuan inilah yang kemudian mendorongnya untuk mendalami ilmu lain saat ia berkesempatan untuk melanjutkan studi S2 ke Belanda. Di sana, Ia mendalami bidang Transportation Planning.
“Atasan saya waktu itu, pak Parema, menyarankan kepada saya untuk belajar ilmu lain, jangan GIS terus. Maka sekitar tahun 1997 saya mengambil Transportation Planning di Belanda dan saya kombinasikan keilmuan Geodesi saya dengan Transportation Planning ini”.
Awal Bergabung dengan PUPR
Arief menjalani masa sekolahnya sejak SD hingga Perguruan Tinggi di Bandung. Ia baru pindah ke Jakarta saat mulai bekerja. Perkenalannya dengan Kementerian PUPR berawal saat Arief memberikan presentasi di Hotel Indonesia sebagai salah seorang pemakalah pada sebuah seminar.
“Setelah saya turun dari panggung, saya dihampiri oleh pak Yunis Hutabarat. Beliau mengatakan kepada saya, ‘Pak Arif, Bina Marga butuh orang seperti Bapak. Kalau bisa, Bapak bantu kantor saya’. Maka datanglah saya ke kantor beliau di lantai 5 gedung Bina Marga”, kenang Arif.
Setelah pertemuan itu, maka pada 1 Juli 1993, Arief resmi menjadi pegawai di Bina Marga. Ia berkarir di Bina Marga hingga menjadi Kepala Seksi Keterpaduan Pengembangan Sistem Jaringan Jalan. Lalu di tahun 2009 Ia mulai pindah-pindah tugas ke direktorat lain, diantaranya sebagai Kepala Bidang Sarana Usaha di Ditjen Bina Konstruksi, kemudian sebagai Kepala Bagian Perencanaan, dan akhirnya dipromosi menjadi Direktur Kerja Sama dan Pemberdayaan (KSP). Setelah itu Arief sempat kembali ke Bina Marga, kemudian ke Biro Perencanaan, dan akhirnya pada bulan Agustus 2021 lalu Ia ditugaskan di BPIW.
“Jadi saya sudah mengalami 4 unit kerja di PUPR, mulai dari Bina Marga, Bina Konstruksi, Sekretariat Jenderal, dan sekarang BPIW. Tidak tahu nanti akan dipindahkan kemana lagi, tapi semuanya saya nikmati. Itu adalah proses yang harus saya lalui. Di setiap posisi ada tantangannya masing-masing, tinggal bagaimana kita menyiasati tantangan menjadi peluang. Dimanapun kita berada, kita harus bisa memunculkan diri kita supaya kita bisa bekerja sesuai dengan harapan pimpinan kita”, ujarnya.
Tugas BPIW
Tentang tugasnya di BPIW, Arief menjelaskan bahwa harapan dari Menteri PUPR adalah agar BPIW bisa menjadi integrator program untuk Kementerian PUPR.
“Jadi bagaimana saya bisa mengkolaborasikan teman-teman Ditjen Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya, dan Perumahan di dalam pemograman di Kementerian PUPR. Bagaimana BPIW bisa memposisikan dirinya sebagai planner sekaligus sebagai budgeter”, urai Arief.
Menurut Arief, tugasnya tidak hanya menyusun Rencana dan Strategi (Rensra) atau Master Plan, tapi juga bagaimana mengimplementasikan Master Plan yang ada ke ranah nyata agar dapat mendukung Kementerian PUPR.
“Artinya BPIW harus bisa memilih dari sekian banyak prioritas nasional ini, mana yang harus kita dahulukan pembangunannya. Tentunya yang harus kita dahulukan adalah lokasi-lokasi yang apabila kita lakukan pembangunan di lokasi tersebut, akan memberikan impact pertumbuhan wilayah yang lebih besar dibandingkan jika kita membangun di lokasi-lokasi yang lain”.
Selain itu, Arief menambahkan, BPIW harus bisa berkolaborasi dengan Kementerian Lembaga yang lain.
“Misalnya, sekarang ini banyak sekali Pelabuhan-pelabuhan yang harus dibangun, sementara Bina Marga juga alokasinya terbatas. Artinya saya harus bisa menjadi penghubung antara Bina Marga dengan Kementerian Perhubungan untuk berkolaborasi, memilih mana yang super prioritas dari yang prioritas tersebut, karena semuanya menjadi prioritas sekarang”.
Harapan dan pesan bagi pembaca
Kepada para pembaca, khususnya generasi milenial, Arief menitipkan pesan, “Buat teman-teman ASN, bekerjalah sesuai dengan aturan yang ada, kemudian buka wacana untuk berkomunikasi dengan teman-teman Kementerian Lembaga yang lain, dan banyak membaca”.
Arief juga berpesan agar generasi muda dapat menikmati setiap proses dalam karirnya.
“Segala proses pasti ada suka dan duka, jangan dukanya yang diperbesar. Kalau dukanya diperbesar, akan memberikan energi negatif buat kita. Pasti teman-teman akan mengalami tantangan berhadapan dengan pimpinan, berhadapan dengan rekan kerja, itu adalah suatu proses yang tidak bisa kita hindari. Jadi bagaimana kita mengelola diri kita supaya semuanya bisa menjadi energi positif buat kita”.
Terakhir, Arief berpesan agar kita menyayangi ibu kita, karena menurut pengalamannya, ketika kita menyayangi orang tua kita, banyak mukjizat kemudahan-kemudahan yang akan kita terima.
Demikian wawancara Lintas bersama Rachman Arief Dienaputra, yang latar belakangnya sebagai Sarjana Teknik Geodesi tidak pernah menghambat karirnya, bahkan dapat Ia manfaatkan bagi kemajuan teknologi di kalangan Kementerian PUPR. (LA)