Bekerja di dunia profesi yang kebanyakan dikerjakan oleh kaum pria, bukanlah hal mudah bagi perempuan. Namun, sekarang perempuan pun sudah setara dengan pria. Meskipun demikian, perempuan perlu membekali diri dan memperluas wawasan agar siap tayang setiap saat
Tidak gampang panik dan selalu mengandalkan komunikasi adalah salah satu kunci Gina Tampubolon, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.5 BBPJN Provinsi Sumatera Utara melaksanakan tugas di lapangan. Bagi anak kedua dari empat bersaudara ini, apa pun yang terjadi, dirinya tidak terlalu bawa ke dalam pikiran, apalagi sampai harus panik.
Pengalaman menjalani karier selama 18 tahun di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, mengasah ibu tiga anak ini untuk adaptif dalam semua kondisi di pemerintahan.
Gina sempat ditugaskan keliling di beberapa dinas. “Saya pernah menjadi Sekretaris Dinas PU selama 3 tahun; Sekretaris Inspektorat pernah 3 tahun; di Dinas perindustrian 1 tahun,” kata Gina, alumni Teknik Sipil Universitas Katolik Santo Thomas, Medan, lulus tahun 2000 (stambuk 1993) ini.
Sebelum alih tugas ke Kementerian PUPR, di BBPJN Sumatera Utara, Gina—yang lahir di Bandung, 18 Februari 1975—sempat dipercaya menjadi auditor madya selama 2 tahun.

Dari pengalaman itu, pada 2021 ketika mulai bertugas di BBPJN Sumatera Utara, istri dari Particius Marselino Rajagukguk, ST ini ditempatkan di Bagian Tata Usaha BBPJN Sumut di Tim Hukum.
“Di Bagian Tata Usaha, saya ditempatkan untuk membantu menangani penyelesaian tindak lanjut temuan, dan pengaduan di BBPJN Sumut,” kata penyuka olahraga tenis meja ini.
Dari berbagai pertimbangan pimpinan, Gina pun dipromosikan menjadi PPK 2.5 pada Juni 2023 dengan lingkup tanggung jawab meliputi Balige By Pass, Dolok Sanggul By Pass, dan Siborong-borong By Pass.
“Namun, selain tugas itu, saya juga diperbantukan di ruas PPK 2.1 di daerah Dairi, khususnya jalan daerah, yakni ruas Jalan Rantebesi-Laulebah, Kecamatan Tanah Pinem,” ujarnya.
Tak Muluk-muluk
Ditanya soal prestasi dan obsesi selama menjalani karier, Gina menyatakan, ia belum pernah mendapatkan prestasi atau penghargaan. Ia juga tak punya obsesi yang muluk-muluk. Tak ada ambisi untuk mengejar jabatan tertentu.
”Selain memang tidak ada penilaian kinerja dan kompetensi di kabupaten, selama bekerja tidak ada penghargaan yang saya terima. Namun, bagi saya, di saat setiap pekerjaan bisa saya selesaikan tanpa ada masalah, saya anggap itu sudah merupakan prestasi,” kata Gina.
Hal yang lain Gina alami setelah pindah ke Kementerian PUPR. Ia mengakui bahwa asesmen yang dilakukan pada dirinya disesuaikan dengan latar belakang pendidikannya dan keahliannya.
Bagi Gina, bekerja dengan baik terutama dalam tanggung jawab sebagai PPK seperti sekarang ini, dirinya selalu memegang teguh apa yang dipesankan oleh kedua orangtuanya ketika dirinya masih kecil.
”Orangtua saya selalu menekankan bahwa segala sesuatu mesti diperbuat sesuai dengan Firman Tuhan. Mengasihi sesama harus menjadi gaya hidup selama bekerja. Selain itu, membangun komunikasi. Sebab, saya tahu, setiap problem bisa saja terlihat susah, tetapi jika ada komunikasi yang baik, pasti akan ditemukan jalan keluar,” ujarnya.
Tak dimungkiri, peran orangtua dalam hidup Gina begitu besar. Ayah dan ibunya—yang juga bekerja di Kanwil PU—merupakan sarjana Teknik Sipil. Ia mengatakan bahwa ia kuliah di Teknik Sipil pun atas arahan dari orangtuanya.
“Waktu masih SMA, sebagai remaja saya tidak tahu harus melanjut ke mana. Mungkin orangtua saya melihat kemampuan saya, akhirnya saya disuruh kuliah di Teknik Sipil,” ujar Gina yang juga penyuka olahrga renang ini.
Perempuan Juga Bisa
Menjadi pekerja sekaligus menjadi ibu rumah tangga, bagi Gina, sudah jalan yang ia pilih. Ia mengakui bahwa karena kondisi pekerjaannya yang lebih banyak di lapangan, ada sebagian pekerjaan rutin rumah tangga yang tidak sempat dilakukannya.
”Akan tetapi, karena ada dukungan dari suami dan juga anak-anak, hal itu tak menjadi masalah. Kami sepakat untuk makan di luar rumah saja,” kata Gina.

Suaminya, yang juga berprofesi sebagai seorang politisi, tak pernah komplain. ”Setiap hari libur dan pada malam hari, disitulah saatnya kami bercengkerama. Makan keluar bersama. Kemudian sekali-sekali di akhir pekan, jika tidak ada pekerjaan kantor, kami piknik bersama,” kata Gina.
Waktu kebersamaan yang minim, dengan kecanggihan teknologi, menjadi teratasi. Masih bisa bertatap muka dan saling tukar cerita, tetap dilakukan setiap hari.
Praktis saat ini, mereka di rumah hanya tinggal berempat sebab anak pertamanya sedang kuliah D-4 jurusan Event Management sebuah universitas di Bali. Anak keduanya masih duduk di bangku SMA dan anak bungsu masih duduk di bangku SD. Ketiga anaknya adalah perempuan semua.
Teruslah Belajar
Kepada semua generasi muda, khususnya perempuan, Gina menitip pesan agar jangan mudah menyerah. Ia mendorong perempuan Indonesia untuk memperluas wawasan, banyak membaca, banyak cari tahu. Tidak hanya sekadar mengandalkan kecantikan. Dengan wawasan yang luas, perempuan siap tayang di mana pun.
”Tunjukkan bahwa kita, perempuan, bisa karena ditunjuk, bisa karena memenuhi syarat untuk dipilih. Hal ini juga yang saya terus sampaikan kepada anak-anak saya,” ujarnya.
Menurut Gina, pengetahuan penting, tetapi juga komunikasi dan manajerial yang utama juga harus dikuasai. Sebab, situasi di lapangan selalu beda setiap hari di setiap tempat. “Karena itu, teruslah belajar,” pungkasnya. (HRZ/PAH)
Baca Juga: Kartini Pasaribu, Tidak Suka Menunda-nunda Pekerjaan