Setiap pilihan selalu ada konsekuensinya. Hanya orang yang berani ambil tanggung jawab dan memiliki ketegasan menjalankan tugas sesuai aturan yang bisa melewati berbagai tantangan. Srikandi yang berkarier di PUPR selalu punya cerita untuk menegaskan bahwa pria dan perempuan setara.
Nursari Puji Lestari, ST sempat merasa shock pada hari pertama ditempatkan di Satuan Kerja PJN 1 Kalimantan Barat. Waktu itu ia diminta bergabung di Bagian Teknik Satker sebagai anggota staf membantu asisten teknik dan langsung diberi tugas mengevaluasi pra-kualifikasi (PQ) tender paket kontrak tahun jamak (multi-years contract/MYC). Hal ini membuat dirinya langsung lembur, padahal diakuinya, ia belum ada pengalaman sama sekali di bidang tender.
“Sedikit shock dengan pola kerja yang langsung maraton. Jadi, benar adanya kalau orang PU sejati tidak ada patokan waktu kerja. Harus siap dan sigap 7×24 jam. Bahkan, saya merasa 24 jam itu pun serasa masih kurang saja,” kata Sari–panggilan akrabnya, yang merupakan alumni dan S-1 Teknik Sipil di ITS Surabaya itu.
Bekerja di PUPR sebenarnya bukan cita-cita dari anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan (Alm) Ir Amir Syarifuddin, MM dan (Almh) Sukamsih, SE, itu. Sedari kecil, putri berdarah Makassar (ayah) dan Jawa ini terinspirasi menjadi pengusaha seperti yang dilakoni ibunya.
Namun, setelah tamat kuliah, cita-cita menjadi pengusaha gagal. Ia justru didorong ibunya untuk menjadi pegawai negeri sipil saja. Pada 2010, ia lalu mendaftar formasi CPNS di Kementerian PUPR TA 2010 khususnya di Direktorat SDA. “Alhamdulillah diterima masuk. Masuknya ke Bina Marga. Waktu itu, tugas pertama sebagai anggota staf teknik di PJN 1 Kalbar,” ujar alumni SLTP 2 Sidoarjo dan SLTA 1 Sidoarjo tersebut.
Selama bekerja di PUPR, Sari, demikian teman-temannya akrab memanggilnya, mengaku mendapatkan tantangan terutama karena manfaat hasil kerjanya langsung dirasakan masyarakat. ”Sebagai insan PUPR, harus bisa menjalin komunikasi dengan aparat daerah setempat, masyarakatnya, dan aparat penegak hukum yang ada. Agar pekerjaan dapat berjalan dengan aman, tepat mutu dan waktu,” ujar ibu dari dua putra ini.
Rawan Intervensi
Sari juga bercerita bahwa jabatan sebagai PPK rawan mendapatkan intervensi dari berbagai pihak, terutama dari mereka yang ingin memengaruhi kebijakannya untuk kepentingan pribadi.
”Ada saja pihak-pihak yang mencoba menghubungi dan meminta agar saya mengikuti kemauan mereka. Belum lagi ada oknum-oknum aparat penegak hukum yang meminta jatah. Namun, sejauh ini tidak pernah saya gubris. Selama saya benar, saya tegas mengikuti aturan.”
Nursari Puji Lestari
Sari tidak memungkiri bahwa hatinya sudah melekat di PUPR karena ia bisa bertemu dengan banyak karakter orang. “Setiap tahun banyak bertemu dengan pekerjaan baru, orang-orang baru, dan lingkungan baru. Pekerjaan di PUPR juga melibatkan masyarakat secara langsung karena hasil pekerjaan kita dapat langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Serta berhubungan dengan APH setempat sebagai bentuk kerja sama,” kata penyuka steak ini.
Semangat dalam menjalankan tugas, diakui Sari, salah satunya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua sejak dirinya masih kecil. Orangtuanya mengajarkan bahwa segala tindakan harus dilandasi dengan tanggung jawab; harus dapat berdiri sendiri atau mandiri, tidak menggantungkan diri ke keluarga atau orang lain. Orangtuanya juga sangat peduli pada pentingnya pendidikan.
“Ayah dan ibu saya selalu berpesan bahwa dalam hidup, pendidikan merupakan nomor satu. Selain itu, baik dalam kondisi sukacita maupun dukacita selalu bersedekah,” ungkap Sari.
Berangkat dari nilai-nilai itulah Sari pun melakoni bahtera rumah tangganya. Ia dan suaminya mendidik anak-anak mereka seperti yang diwariskan orangtua Sari. Meskipun bekerja sebagai pegawai negeri sipil, Sari tetap tidak lupa menjalani peran sebagai istri dan seorang ibu.
Diakuinya, ada beberapa kesulitan dialaminya, terutama pada saat anak-anaknya masih balita dan menyusui. Pada saat itu, dia kesulitan dalam membagi waktu, antara mengurus anak dan tanggung jawab di kantor. “Di daerah, untuk fasilitas ruang menyusui masih belum ada sehingga harus mencari tempat sendiri,” ujar Sari.
Hal lain, kata Sari, ia harus membuat plan schedule harian sehingga jelas waktu untuk bekerja dan waktu untuk keluarga. Belum lagi dirinya harus bisa menguasai diri dalam mengambil keputusan, terutama karena perempuan cenderung menggunakan perasaan dalam melakukan segala sesuatunya. Kalau tidak hati-hati, hal tersebut tentu berpengaruh dalam memutuskan suatu hal.
Perempuan Juga Bisa
Sari mengakui bahwa masih ada orang di PUPR yang memandang sebelah mata kemampuan perempuan. ”Keberadaan wanita di PUPR, terutama di lingkungan pekerjaan konstruksi kurang dianggap, serta rawan terhadap berita-berita negatif,” kata Sari, pencinta olahraga sepeda dan jogging ini.
Karena itulah, Sari ingin membuktikan bahwa anggapan itu usang. Dengan kini menjabat sebagai PPK, Sari mengirim pesan, bahwa perempuan pun juga bisa melakukan pekerjaan yang selama ini didominasi oleh kaum pria.
“Perempuan yang bekerja di lingkungan dengan mayoritas pria merupakan tantangan tersendiri. Srikandi PUPR harus memiliki berpendidikan dan rasa percaya diri tinggi serta yakin akan kemampuannya,” kata Sari.
Kepercayaan dari pimpinan terhadap Sari tentu dibalas dengan kinerja yang baik. Kinerja itu didukung oleh sikap hati yang berdasarkan sejumlah prinsip, antara lain menyelesaikan tugas sesegera mungkin, bertanggung jawab, dan memiliki rasa hormat serta menyayangi instansi tempat bekerja. (DWO/HRZ)