JAKARTA, LINTAS — Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait menyatakan komitmen pemerintah untuk menghadirkan keadilan dalam pembangunan perumahan di Indonesia, terutama kepada masyarakat bawah (wong cilik).
Salah satu kebijakan yang diambil adalah penggratisan Rumah Susun (Rusun) Pasar Rumput bagi warga yang terdampak kebakaran di Manggarai selama satu tahun mulai 27 Oktober 2024 dan mereka yang akan direlokasi akibat penataan kawasan Sungai Ciliwung.
Kebakaran yang melanda permukiman padat penduduk di Jalan Remaja pada 13 Agustus 2024 meninggalkan banyak keluarga tanpa tempat tinggal. Dalam konferensi pers di Rusun Pasar Rumput, Minggu (27/10/2024), Maruarar menegaskan pentingnya menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang terpaksa kehilangan rumah.
“Ini adalah bentuk perhatian pemerintah kepada rakyat yang mengalami musibah,” ujarnya. “Kita tidak boleh membangun tanpa memikirkan nasib mereka yang terdampak. Mereka harus merasa bahwa pemerintah ada untuk mereka.”
Maruarar menggarisbawahi bahwa kebijakan ini bukan hanya soal memberi tempat tinggal, tetapi juga bagian dari komitmen yang lebih besar untuk menciptakan pembangunan berkeadilan. Dalam pandangannya, pembangunan harus memanusiakan manusia, terutama rakyat kecil yang sering kali terpinggirkan dalam berbagai kebijakan.
Penataan Sungai Ciliwung
Salah satu proyek ambisius yang diusung Maruarar adalah penataan kawasan Sungai Ciliwung. Dengan pendekatan yang lebih holistik, Maruarar berupaya mengatasi masalah banjir yang telah menjadi momok bagi warga Jakarta.
“Kita harus memikirkan solusi jangka panjang untuk masalah ini,” ujarnya.
“Penataan kawasan sungai tidak hanya akan mengurangi risiko banjir, tetapi juga memberikan kesempatan bagi warga untuk memiliki hunian yang lebih baik.”
Upaya ini tidak hanya menawarkan rumah bagi mereka yang direlokasi, tetapi juga berpotensi memperbaiki kondisi lingkungan sekitar. Dengan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD, Maruarar berharap bisa menciptakan sinergi antara proyek pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Menurunkan Tarif Sewa

Dalam upaya untuk membuat perumahan lebih terjangkau, Maruarar juga meminta agar biaya sewa Rusun Pasar Rumput diturunkan menjadi Rp 1,25 juta per bulan dari sebelumnya Rp 3,5 juta. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak penghuni dan memastikan fasilitas tersebut digunakan sesuai tujuannya.
“Biaya sewa yang tinggi hanya akan menguntungkan segelintir orang,” jelas Maruarar. “Kita harus memastikan bahwa fasilitas ini dapat diakses oleh mereka yang benar-benar membutuhkan, yaitu wong cilik.”
“Jadi, tentu berkeadilan itu tidak sama rata. Sebagai contoh yang ada penghasilannya mungkin Rp 5 juta dengan Rp 10 juta kan tidak sama ya? Mesti ada subsidi silang kan. Tapi angkanya ketemunya Rp 1.250.000 (berpenghasilan rendah),” tegasnya.
Melalui kebijakan ini, Maruarar berusaha menjawab kritik yang selama ini menganggap program perumahan publik sering kali tidak menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan menyesuaikan tarif sewa, dia berharap bisa mengubah stigma bahwa hunian layak selalu mahal dan tidak terjangkau.
“PD Pasar Jaya tidak untung, tapi jangan rugi juga. Saya enggak mau juga rugi,” ujarnya
Meski gebrakan ini mendapat respons positif dari banyak pihak, tantangan tetap ada. Sejumlah pihak menilai, Maruarar harus menghadapi berbagai kendala dalam implementasi kebijakan ini, termasuk resistansi dari pihak-pihak yang mungkin merasa terancam oleh perubahan kebijakan yang diambil.
Selain itu, keberlanjutan program ini, kata Maruarar, juga akan sangat tergantung pada dukungan dan kolaborasi dengan pemerintah daerah serta masyarakat. (GIT)