JAKARTA, LINTAS – Kondisi jalan nasional yang terdampak longsoran banjir bandang di Kelurahan Rua, Kecamatan Ternate Pulau, Kota Ternate, Maluku Utara, sudah bisa dilalui oleh kendaraan. Rencana jangka panjang, di lokasi banjir akan dibangun jembatan di atas kali mati.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah II Maluku Utara Anggiat Napitupulu kepada majalahlintas.com, Jumat (30/8/2024), mengatakan, pihaknya bersama tim SAR gabungan terus berupaya membersihkan jalan nasional dari material longsor.
“Hingga sekarang kami terus bersiaga dan terus berkoordinasi dengan tim SAR gabungan untuk bersama-sama mengatasi dampak banjir bandang ini,” ujar Anggiat.
Banjir bandang terjadi akibat hujan yang turun sejak Jumat, 23 Agustus 2024 hingga puncaknya, Minggu, 25 Agustus 2024. “Pukul 03.30 WIT terjadi luapan banjir ke kampung, tepatnya di RT 001 RW 001, Kelurahan Rua, dan jalan nasional,” kata PPK 2.1 Provinsi Maluku Utara Ali kepada majalahlintas.com.
Anggiat menggambarkan, banjir bandang tersebut menghanyutkan berbagai material dari puncak gunung, seperti batu-batu besar, pasir, batang pohon. Longsoran itu menutupi jalan nasional sepanjang 80 meter di Kelurahan Rua.
“Jalan nasional di STA 2+600 mengalami luapan air karena bendungan di belakang kampung jebol. Akibatnya, air langsung meluap ke arah kampung. Jalan sepanjang 80 meter tertimbun longsoran setinggi 2 meter,” kata Ali.
Selain curah hujan, pengamatan Anggiat, banjir meluap karena terjadinya penyempitan sungai. Akibatnya, air tidak dapat melewati aliran sungai, tetapi langsung meluap ke jalan dan perumahan warga Kelurahan Rua.
“Sungai, yang juga disebut kali mati, ini hanya memiliki air pada saat hujan. Pada musim kemarau sungai ini tidak atau hanya memiliki sedikit air. Air dari sungai ini yang meluap ke jalan dan masuk ke perumahan warga,” kata Anggiat.
Untuk diketahui, jalan nasional ini tidak mengalami kerusakan. Meski demikian, timbunan material yang terbawa oleh banjir mengakibatkan jalanan tidak dapat dilalui pada hari pertama bencana. Jalan dapat digunakan kembali pada hari kedua, setelah gabungan tim PUPR, BWS, Dinas Kota Ternate, Basarnas, TNI, Polri, dan juga masyarakat bekerja sama untuk membuka dan membersihkan jalan.
Pembukaan dan pembersihan jalan dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti excavator dan dump truck. Alat berat ini berasal dari penyedia setempat (kontraktor) dan BWS.
“Penyedia jasa setempat, yang memiliki kontrak di Ternate, menurunkan 6 dump truck. BWS membantu dengan menurunkan 3 ekskavator dan 2 buah dump truck,” kata Anggiat.
Korban jiwa akibat banjir bandang ini adalah 19 orang meninggal dan 7 orang luka-luka. Sementara kerugian teridentifikasi, yaitu rumah rusak berat sebanyak 18 unit, rusak ringan 21 unit, serta terdampak 33 unit.
Relokasi Pengungsi
Demi keamanan dan keselamatan, penduduk Kelurahan Rua, baik yang rumahnya terdampak maupun tidak diungsikan ke SMK 4. Pengungsian dilakukan kepada seluruh warga guna mengantisipasi bencana susulan.
Sementara itu, Pos Komando (Posko) Penanganan Bencana Banjir Bandang Kelurahan Rua mencatat, hingga 2 September 2024 warga yang mengungsi di SMK Negeri 4 berjumlah 73 keluarga atau 241 jiwa.
Terkait pengungsi, Pemerintah Kota Ternate telah menyediakan lahan relokasi sekitar 2,6 hektar bagi warga Kelurahan Rua yang terdampak banjir bandang. Lahan relokasi ini, dikutip Kompas.com, terletak di samping Puskesmas Jambula dan tidak jauh dari kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Ternate. Luas lahan relokasi adalah 2,6 hektar dan diperuntukkan bagi 25 rumah warga terdampak.
Pemerintah kota mengatakan, jumlah rumah yang akan direlokasi mungkin akan bertambah. Rumah yang tidak rusak, tetapi berada dalam radius larangan untuk pemukiman juga akan direlokasi.
Pembangunan Jembatan
Tak hanya relokasi warga dari lokasi bencana, untuk antisipasi jangka panjang, jalan raya yang dilalui banjir bandang, menurut rencana, akan dibongkar dan dibangun jembatan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi dari kali mati.
Setelah ditemukannya korban terakhir pada Minggu (1/9/2024), Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, operasi pencarian dan evakuasi akan ditutup.
Meski operasi pencarian dan evakuasi telah ditutup, status tanggap darurat bencana masih akan berlangsung hingga 7 September 2024. Pemerintah Kota Ternate telah menetapkan status tersebut melalui Surat Keputusan Wali Kota Ternate Nomor 205/III.6/KT/2024, terhitung 14 hari sejak ditetapkan pada 25 Agustus 2024. (FDH/MSH)
Baca Juga: Pascabanjir, Kementerian PUPR Pulihkan Jalan Putus di Kelurahan Rua, Ternate