Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ditegaskan bahwa pemerintah wajib menyediakan layanan transportasi yang aman, nyaman dan terjangkau kepada masyarakat. Karena itu, pemerintah daerah pun memiliki kewajiban mengadakan sistem angkutan massal yang memadai.
Pemerintah Kota Tangerang mewujudkannya dengan menghadirkan Bus Tangerang Ayo—yang dikenal dengan sebutan Bus Tayo—dan Angkot Si Benteng.
Bus Tayo dan Angkot Si Benteng dikenal juga sebagai Bus Rapid Trans Tangerang Ayo (BRT Tayo). Keduanya telah diintegrasikan menjadi satu-satunya sistem transportasi publik di wilayah Banten yang dikelola oleh Pemerintah Kota Tangerang.
Para penumpang pun menyambut antusias kehadiran moda transportasi angkutan kota ini karena tarifnya pun hanya Rp 2.000 jauh-dekat. Lagi pula, sopir Bus Tayo dan Si Benteng diberi waktu mengetem di setiap halte paling lama 15-20 menit.
Transportasi ini di bawah tanggung jawab Dishub dan PT Tangerang Nusantara Global (TNG) Kota Tangerang dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau.
Sejarah Bus Tayo dan Si Benteng
Dilansir dari laman Tangerangkota.go.id, Dishub dan PT Tangerang Nusantara Global (TNG) Kota Tangerang mengelola Bus Tayo sejak Desember 2019 dan Si Benteng sejak Januari 2021.
Bus Tayo, yang menggunakan bus merek Hino FB 130 ini, menampilkan desain yang unik. Mirip dengan karakter Tayo the Little Bus dalam film anak-anak. Dengan daya tampung untuk 27 tempat duduk dan 13 penumpang berdiri, Bus Tayo ditenagai oleh mesin WO4D-TN 4 dan memiliki karoseri yang dibuat oleh PT Karyatugas Paramitra.
Sementara Si Benteng, memiliki desain dengan mengusung tema Retro ala 1990-an. Dengan menggunakan basis Suzuki Carry baru.
Mengutip Direktur Umum PT TNG Kota Tangerang Edi Candra, Bus Tayo dioperasikan dengan empat koridor yang masing-masing memiliki 10 unit bus. Keempat koridor tersebut adalah koridor satu, dengan rute Poris Plawad-Gor Jatiuwung-Jatake, koridor dua, dengan rute Poris Plawad-Cibodas, koridor tiga, dengan rute Ciledug-Tangcity, dan koridor empat, dengan rute Cadas-Pintu Masuk M1 Bandara Soetta.
Perbatasan Permukiman
Data Agustus 2022, 40 Bus Tayo mengangkut 46.100 penumpang dan 80 angkot Si Benteng mengangkut 24.482 penumpang.
Sementara Angkutan Si Benteng, kata Edi, melayani sembilan rute berbeda dengan empat kode warna yang berbeda. Beberapa di antaranya mencakup rute Gandasari-Gajah Tunggal, Gajah Tunggal-Kampung Ledug, Taman Cibodas-Situ Bulakan, Terminal Cimone-Pasar Lama, Perumahan BTN Pasir Jaya-GOR Gandasari. Selain itu, tersedia juga rute Terminal Cimone-Koang Jaya, Terminal Cimone-Jalan Dipati Unus-Jalan Gandasari, Terminal Cimone-GOR Pabuaran Tumpeng, dan yang terbaru, yaitu rute Kavling Perkebunan Raya-RS Melati.
“Si Benteng milik Kota Tangerang ini, memang memiliki konsep rute permukiman. Jalurnya memang masuk ke perbatasan permukiman, menjadikan angkutan umum utama dari permukiman masyarakat, menuju jalur kota, kawasan perkantoran maupun kawasan pasar,” kata Edi.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang, Suhaely mengatakan, dengan adanya layanan ini, Kota Tangerang menjadi satu-satunya wilayah di Provinsi Banten yang mengelola sistem transportasi publik.
Kedua transportasi ini, bisa dengan menggunakan pembayaran digital. Penumpang memiliki opsi untuk melakukan pembayaran secara nontunai dengan mudah, cukup dengan memindai QR code yang ada pada handphone ke barcode yang disediakan. Metode pembayaran ini mendukung platform seperti OVO, GoPay, Dana, serta Link Aja.
Dilengkapi dengan fasilitas AC lengkap, pemutaran musik penuh, sistem CCTV, dan pintu otomatis. Bus Tayo dan Si Benteng melayani perjalanan setiap hari dari pukul 05.00 pagi hingga 19.00 malam. (MDF)
Baca Juga: Ridwan Kamil Bertemu Jokowi dan Menhub, Usulkan 3 Transportasi Massal di Bandung Raya