Buku “IKN Bukan Kota Fisik”

Pada Maret 2022, para gubernur dari seluruh provinsi di Indonesia membawa air dan tanah. Kemudian diberikan kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di kawasan Titik Nol Kilometer Ibu Kota Nusantara (IKN). Selanjutnya, digelar prosesi penyatuan air dan tanah. 

Presiden pun menuangkan dan menyatukan air dan tanah tersebut ke dalam sebuah gentong. 

“Pada hari ini, Senin, 14 Maret tahun 2022, kita hadir bersama-sama di sini dalam rangka sebuah cita-cita besar dan pekerjaan besar yang akan kita segera mulai, yaitu pembangunan Ibu Kota Nusantara. Saya hadir di sini bersama-sama dengan 34 gubernur dari 34 provinsi di seluruh Tanah Air, bersama-sama dengan 15 tokoh masyarakat dari Kalimantan Timur,” demikian sambutan Jokowi. 

Itulah benang merah pembangunan ibu kota negara sebagai visi Kota Ideologis bangsa, yang merepresentasikan simbol identitas bangsa Indonesia yang berada di lapangan luas artefak Nusantara. 

Dengan melihat benang merah tersebut, pembangunan IKN bukanlah sekadar produk teknis kota fisik. IKN adalah Kota Ideologis. Kota yang berbicara tentang energi revolusioner untuk mengeksplorasikan cinta Tanah Air dan rasa kebersatuan. 

Begitu kita “koor” dengan reaktivasi cincin-teoritisi teknokrat-arsitektur IKN semenjak prosesi penyatuan air dan tanah di kawasan Titik Nol, semenjak itu pula kita kor dengan visi Kota Ideologis yang memberlakukan efek ideologis dari mesin kerja simbol kegiatan yang berurusan dengan negara bagi kesejahteraan rakyat. 

Di mana ada ketimpangan wilayah, di sana tidak ada kesejahteraan umum. Kota Ideologis bangsa dengan demikian adalah mercusuar bagi ruang untuk tumbuh kembangnya layar Indonesia-sentris. 

Dari sudut pandang tersebut, buku ini kami susun berjudul IKN Bukan Kota Fisik. Ini adalah buku reflektif; Cerminan dari pelipatgandaan harapan terhadap pemberlakuan efek ideologis sesuai biopikir alinea keempat UUD 1945.