Stasiun Jatake BSD, Simpul Baru Transportasi Urban

Di tengah pesatnya pertumbuhan kawasan Tangerang dan sekitarnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali melangkah progresif dengan menghadirkan Stasiun Jatake—sebuah infrastruktur transportasi masa depan yang lahir dari kolaborasi strategis dengan PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSD).

Lebih dari sekadar stasiun baru di lintas Tanah Abang–Rangkasbitung, Jatake dirancang sebagai simpul mobilitas yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan dan ruang hidup masyarakat urban.

Hingga awal Mei 2025, pembangunan Stasiun Jatake telah mencapai progres fisik sebesar 75,9% dan ditargetkan rampung pada Juli mendatang. Kehadirannya menandai sejarah baru sebagai stasiun pertama hasil kemitraan KAI dengan pihak swasta yang mengusung konsep seamless connection langsung ke area komersial.

“Stasiun Jatake menjadi stasiun pertama hasil kolaborasi KAI dan swasta dengan konsep seamless connection ke area pusat perbelanjaan,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, belum lama ini.

Mobilitas dan Gaya Hidup yang Menyatu

Mengusung pendekatan transit oriented development (TOD), Jatake akan memberikan kemudahan akses tak hanya bagi pengguna Commuter Line, tapi juga bagi masyarakat yang ingin menikmati fasilitas publik dan gaya hidup di kawasan BSD. Langkah ini memperkuat posisi KAI sebagai penyedia layanan transportasi publik yang adaptif terhadap kebutuhan masyarakat modern.

Anne menjelaskan bahwa pembangunan stasiun ini didanai melalui skema creative financing tanpa mengandalkan dana APBN, menjadikannya contoh nyata efisiensi dan inovasi yang bisa dicapai melalui kolaborasi antara BUMN dan sektor swasta.

“Stasiun ini dirancang sebagai simpul transportasi urban yang efisien, nyaman, dan terhubung langsung dengan pusat aktivitas masyarakat,” jelas Anne.

Langkah ekspansi ini tidak datang tanpa alasan. Dalam dua tahun terakhir, jalur Tanah Abang–Rangkasbitung mengalami lonjakan pengguna yang signifikan.

Jika pada 2022 jumlah pengguna Commuter Line mencapai 48 juta orang, maka pada 2023 melonjak menjadi hampir 65 juta. Tren ini berlanjut pada 2024 dengan total 73 juta penumpang.

Baca Juga: Presiden Prabowo Resmikan Terminal Khusus Haji dan Umroh di Bandara Soetta

Pada kuartal pertama 2025 saja, jalur ini telah melayani lebih dari 19 juta pelanggan. Stasiun Jatake pun disiapkan untuk menyerap lonjakan volume ini sekaligus mendistribusikan penumpang secara lebih merata.

Lebih dari sekadar sarana transportasi, kehadiran Stasiun Jatake diharapkan menjadi pengungkit pertumbuhan kawasan di sekitarnya. Peningkatan aksesibilitas akan memicu aktivitas ekonomi lokal, meningkatkan nilai properti, serta menciptakan titik temu baru bagi masyarakat.

Dukungan dari Kementerian Perhubungan melalui pemberian izin konsesi menandai sinergi kuat antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta dalam membangun transportasi publik yang tangguh dan berkelanjutan.

Masa Depan Transportasi Publik

Dalam skala lebih luas, Stasiun Jatake merupakan perwujudan arah baru pengembangan transportasi publik di Indonesia—berbasis kolaborasi, efisiensi, dan responsif terhadap tantangan urbanisasi. Bagi KAI, ini adalah strategi jangka panjang yang akan menjadi pola pembangunan ke depan.

“Stasiun Jatake bukan hanya infrastruktur fisik, tetapi juga representasi dari kolaborasi, inovasi, dan keberpihakan KAI terhadap kebutuhan mobilitas masyarakat urban yang terus berkembang,” tutur Anne.

Dengan konsep yang menyatukan mobilitas, gaya hidup, dan pertumbuhan kawasan, Stasiun Jatake siap menjadi simbol baru transportasi publik Indonesia—lebih terhubung, inklusif, dan berorientasi masa depan. (CHI)

Baca Juga: 107 Tahun Stasiun Manggarai: Dari Jejak Sejarah Kolonial Menuju Pusat Transit Terbesar di Indonesia