Home Fitur Sampah Plastik Jadi Material Jalan Raya

Sampah Plastik Jadi Material Jalan Raya

Share

Membangun jalan raya dengan bahan dasar batu, kerikil, lalu dilapisi dengan aspal sudah biasa. Begitu juga jalan yang terbuat dari semen sudah umum kita lihat. Bagaimana bila jalan terbuat dari sampah plastik? Ini tentu tidak biasa. Beberapa negara, seperti India dan Bangladesh, sudah mencoba berinovasi dan beberapa ruas jalan di negara itu terbuat dari plastik.

Idenya adalah menggantikan polimer murni—yang secara luas digunakan untuk memodifikasi aspal, bahan pengikat dalam konstruksi jalan—sebagai tempat akhir yang bermanfaat untuk plastik yang tidak dapat didaur ulang.

Jika cara ini ditempuh—dan dengan asumsi sekitar 1 ton plastik dibutuhkan untuk 1 kilometer jalan—maka ini berpotensi untuk mengalihkan 57.803 wadah makanan sekali pakai, 2,5 juta sedotan, atau 166.667 kantong belanja sekali pakai dari sampah lautan.

Bagi pencinta lingkungan, informasi ini merupakan hal yang menggembirakan. Dengan membuat jalan berbahan plastik, timbulan sampah plastik yang ada di muka bumi ini bisa dikurangi secara drastis.

Kita peroleh data bahwa pada 2040 limbah plastik global mencapai 430 juta metrik ton. Ini konon akan melebihi berat seluruh ikan di laut pada tahun 2050. Plastik yang diproduksi secara komersial sejak 1950 hingga tahun 2015 sudah diproduksi hampir setara dengan gabungan berat seluruh manusia di Bumi.

Ya, hingga sekarang, plastik sudah menjadi problem dunia, terutama karena dampak yang diakibatkannya, seperti kerusakan ekosistem, spesies makhluk hidup mati, serta mempercepat perubahan iklim yang ekstrem. Ini terutama diakibatkan plastik yang tidak bisa terurai jika berada di dalam tanah. Dibutuhkan waktu 10 tahun hingga 500 tahun, tergantung jenisnya, plastik baru bisa terurai.

Sampah di Asia Selatan

Dari pemberitaan media, kita mendapatkan informasi bahwa Asia Selatan berjuang dengan polusi plastik. Wilayah ini memimpin dunia dalam pembuangan limbah terbuka dengan 334 juta metrik ton per tahun, di mana 40 juta ton di antaranya adalah plastik.

Tanpa tindakan, ditengarai Asia Selatan akan melipatgandakan limbah yang tidak terkelola menjadi 661 juta metrik ton per tahun pada 2050. Kawasan ini menjadi salah satu produsen polusi plastik terbesar di dunia.

Selain itu, produksi plastik menyebabkan emisi gas rumah kaca, dan dengan kenaikan permukaan laut yang sudah terjadi serta keruntuhan ekologi yang mengancam lingkungan, negara-negara di Asia Selatan berada pada risiko yang lebih besar dari dampak perubahan iklim.

Seorang anak memulung sampah di timbulan sampah platik di Bangladesh. | Dok. Istimewa

Negara-negara di Kawasan Asia Tenggara tersebut adalah Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka.

Dalam sebuah laporan Bank Dunia berjudul “Plastic Waste in Road Construction: A Path Worth Paving?”, dirilis 24 Mei 2023, dibeberkan kajian pengetahuan ilmiah tentang penggunaan kembali limbah plastik untuk konstruksi jalan. Artikel ini menggungah pentingnya penelitian lebih lanjut agar inovasi ini bisa diterapkan secara global.

Penelusuran penulis, di India, jalan plastik ini sudah diujicobakan pada jalan sepanjang 2.500 kilometer. Adalah Dr Rajagopalan Vasudevan–dijuluki “Pria Plastik India”–mematenkan hak cipta penggunaan plastik sebagai material konstruksi jalan. Bahkan, hingga sekarang ada sekitar 15 negara telah menerapkan jalan berbahan plastik ini.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Beberapa ruas jalan di kawasan kota mandiri BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, ternyata menggunakan bahan limbah plastik. Dikutip dari Kompas.com, jalan mulus sepanjang 8,5 km berbahan daur ulang sebanyak 410,57 ton sampah plastik.

Sampah plastik yang digunakan berupa sampah plastik kresek sebanyak itu dikumpulkan dari para pemulung yang bergabung dalam Ikatan Pemulung Indonesia (IPI).

Penerapan teknologi jalan plastik di BSD City ini dilakukan oleh Sinar Mas Land bermitra dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri Group) mengembangkan infrastruktur berbasis ekonomi sirkular melalui penerapan aspal plastik sejak 2021.

Jalan berbahan plastik di Jalan Boulevard, kawasan BSD Ciy, Serpong, oleh Sinar Mas Land. | Dok. Sinar Mas Land

Meskipun demikian, dari laporan Bank Dunia, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan terkait penggunaan limbah plastik ini. Perlu dikaji kemungkinan timbulnya mikroplastik yang bisa membahayakan kesehatan manusia.

Dari website Unair, bahaya mikroplastik, seperti yang dihasilkan dari gesekan ban kendaraan dengan jalan konvesional, berpotensi menyebabkan gangguan metabolism, neurotoksisitas dan peningkatan risiko kanker pada manusia. Bahkan, diketahui, mikroplastik bisa mengganggu saluran pernapasan ikan di laut.

Diperlukan penelitian yang lebih ketat untuk dampak negatif yang ditimbulkan, termasuk potensi pelepasan aditif plastik dan spesifikasi teknik, seperti ketahanan terhadap keretakan, juga perlu dipelajari secara mendalam.

Selain itu, juga didorong untuk adanya pedoman agar para pekerja terlindungi kesehatannya dari partikel berbahaya yang mungkin terhirup selama pemrosesan plastik pada suhu tinggi.

Kemudian, jika jalan konvensional dapat didaur ulang, bagaimana dengan jalan plastik ini apakah dapat didaur ulang pada akhir masa pakainya.

Selamatkan Bumi

Ide dan inovasi penggunaan plastik untuk bahan dasar pembuatan jalan ini adalah sebuah terobosan untuk menyelamatkan Bumi dari tumpukan sampah.

Selain itu, jalan plastik juga diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca: satu kilometer jalan plastik dapat menghemat sekitar tiga ton karbon dioksida, dibandingkan dengan pembakaran limbah plastik.

Jalan beraspal yang kokoh, yang penting untuk agenda pembangunan, masih kurang di banyak negara berkembang yang berkembang pesat di Asia Selatan. Jalan merupakan urat nadi aktivitas ekonomi dan sosial serta perdagangan, menghubungkan produsen dengan konsumen, orang dengan pekerjaan, anak-anak dengan sekolah, dan pasien dengan rumah sakit, sehingga meningkatkan aktivitas ekonomi dan mengurangi kemiskinan.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR dan juga kementerian terkait perlu terus mengadakan penelitian dan uji coba penggunaan plastik ini. Tidak hanya menyediakan transportasi bagi warga, tetapi juga berkontribusi pada planet yang lebih bersih. (HRZ)

Oleh:

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.