JAKARTA, LINTAS – Proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, yang menjadi proyek infrastruktur terpanjang di Bali, kini kembali memasuki proses lelang ulang setelah beberapa kali mengalami keterlambatan.
Saat ini, proyek yang diperkirakan membutuhkan investasi sebesar Rp 25,4 triliun ini telah mencapai tahap prakualifikasi.
Meskipun sempat mengalami perpanjangan, BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) mengumumkan bahwa batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi untuk peserta lelang akan jatuh pada 6 Desember 2024.
Proyek jalan tol sepanjang 96,84 kilometer ini merupakan bagian penting dari upaya pemerintah untuk meningkatkan konektivitas di Bali, dengan rencana membentang melalui tiga kabupaten, 13 kecamatan, dan 58 desa.
Pembangunan tol ini dibagi dalam tiga seksi: Seksi 1 Gilimanuk-Pekutatan (53,6 km), Seksi 2 Pekutatan-Soka (24,3 km), dan Seksi 3 Soka-Mengwi (18,9 km).
Namun, meskipun proyek ini memiliki nilai strategis dan menjadi salah satu prioritas infrastruktur, perjalanan pembangunan tol Gilimanuk-Mengwi terbilang penuh rintangan.
Sebelumnya, lelang proyek ini sempat gagal setelah pemrakarsa awal gagal memperoleh investor yang memadai untuk mendanai pembangunan. Kondisi ini menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan, meskipun peletakan batu pertama atau groundbreaking sudah dilakukan pada 10 September 2022.
Menurut dokumen yang diterbitkan BPJT pada Selasa, 12 November 2024, proyek ini kini diperkirakan menelan biaya lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Nilai investasi proyek ini mengalami kenaikan sebesar Rp 800 miliar, dari semula Rp 24,6 triliun menjadi Rp 25,4 triliun.
BPJT juga menjelaskan bahwa ruang lingkup proyek ini akan mencakup pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol secara keseluruhan.
Pemerintah Indonesia juga berkomitmen memberikan dukungan konstruksi untuk seksi 3, yaitu ruas Soka hingga Mengwi. Dukungan ini diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan dan mengurangi beban bagi investor swasta yang terlibat dalam proyek ini.
Proyek jalan tol yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas infrastruktur dan mendorong perekonomian Bali ini telah mengalami sejumlah hambatan sejak awal.
Pembangunan yang terbagi dalam beberapa seksi ini menghadapi tantangan tidak hanya dalam hal pendanaan, tetapi juga dalam koordinasi antarberbagai pihak yang terlibat, termasuk pemerintah daerah dan investor.
Selain itu, proyek ini diharapkan mampu mengurangi kemacetan lalu lintas di Bali, terutama di jalur-jalur yang sering dilalui wisatawan domestik maupun mancanegara.
Keberadaan jalan tol ini juga diprediksi akan memberikan dampak positif terhadap sektor pariwisata dan ekonomi lokal di Bali mengingat provinsi ini sangat bergantung pada sektor pariwisata yang padat lalu lintas.
Harapan dan Tantangan ke Depan
Meski proyek ini telah memasuki tahap prakualifikasi lelang ulang, tantangan besar masih menanti. Terutama, bagi investor yang tertarik, mereka harus siap dengan skema pendanaan yang kompleks dan jangka panjang, serta menghadapi proses perizinan yang memakan waktu.
Mengingat proyek ini memiliki jangka waktu pengerjaan yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak, diharapkan proyek ini tidak lagi menemui hambatan seperti yang terjadi sebelumnya.
Dengan harapan yang tinggi agar proyek ini dapat segera terwujud, publik dan berbagai pihak menantikan perkembangan lebih lanjut. Terlebih, keberhasilan proyek ini akan membawa dampak besar bagi kemajuan infrastruktur di Bali, meningkatkan mobilitas, dan tentunya menjadi salah satu solusi atas masalah kemacetan yang kerap terjadi di Pulau Dewata.
Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi menjadi bukti nyata dari tantangan besar yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur skala besar di Indonesia. Ke depannya, diharapkan pemerintah dan semua pemangku kepentingan dapat mengatasi berbagai hambatan yang ada, demi menciptakan konektivitas yang lebih baik untuk masyarakat dan dunia usaha di Bali. (GIT)