Makassar, Lintas – Pembangunan infrastruktur untuk memenuhi pelayanan dasar masyarakat Sulawesi Selatan dilaksanakan melalui beberapa program dan kegiatan reguler maupun Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM), termasuk mendukung kegiatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), penanggulangan kemiskinan, dan percepatan penurunan angka stunting.
Pelaksanaan program dan kegiatan di Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulawesi Selatan (BPPW Sulsel) yang bersifat pemberdayaan masyarakat menggunakan skema IBM. Program dimulai dari tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai tahapan operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh masyarakat penerima manfaat. Setiap tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut melalui proses rembug warga untuk mendapatkan penyepakatan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat meminimalkan terjadinya permasalahan yang terjadi.
Dalam penjelasannya kepada Lintas, Selasa (12/7/2022), Kepala BPPW Sulsel Dr Ir H Ahmad Asiri, MSi, menjabarkan beberapa program dan kegiatan yang memrioritaskan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang merupakan salah satu persyaratan dalam pemenuhan readiness criteria pelaksanaan program untuk pemenuhan kebutuhan dasar baik dalam hal penyediaan sarana air minum dan sanitasi.
Sejumlah program tersebut sesuai visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2030, yaitu pemenuhan 100% akses air minum, 0% permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs). Sampai saat ini, BPPW Sulsel telah melakukan kegiatan yang mendukung target tersebut dan menjawab kebutuhan masyarakat terkait pelayanan dasar.
Kegiatan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) dilakukan dengan kegiatan pembangunan, peningkatan, perluasan, dan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) melaui IBM. Penanganan permukiman kumuh melalui kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) melaui IBM.
Untuk peningkatan akses dan layanan sanitasi yang berkelanjutan melalui kegiatan pembangunan dan peningkatan infrastruktur sanitasi, Sanitasi Perdesaan Padat Karya (Sandes), serta program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) melaui IBM. Terdapat juga pembangunan tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, dan recycle (TPS3R) berbasis masyarakat.
Teknologi atasi sampah
Meningkatnya jumlah penduduk sejalan dengan peningkatan jumlah timbulan sampah, dibutuhkan penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat dalam pengolahan sampah. Sejauh ini, BPPW Sulsel memberikan kontribusi dengan menyediakan fasilitas reduksi sampah seperti tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dan TPS3R yang dibangun melalui kegiatan regular atau IBM.
Sarana TPS3R yang telah dibangun berfungsi dalam mengurangi sampah yang diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA) sehingga yang diolah di TPA hanya berupa sampah residu. Teknologi pengolahan sampah RDF (refuse derived fuel) dengan pengolahan sampah minimal 100 ton/ hari telah dilakukan kajian di kawasan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar (Mamminasata) serta beberapa kabupaten/kota yang dekat dengan kawasan industri atau pabrik yang membutuhkan energi alternatif.
Sinergi dengan instansi lain
Dokumen perencanaan sektor daerah menjadi acuan bersama dalam keterpaduan program Bidang Cipta Karya PUPR untuk penanganan lokasi prioritas berdasarkan kajian, keterlibatan stakeholder, dan kolaborasi berbagai potensi sumber pendanaan serta program kegiatan. Sebagai contoh, dalam pengembangan SPAM diupayakan menyinergikan penyediaan air minum sebagai satu kesatuan sistem mulai dari unit air baku, produksi, distribusi, sampai ke layanan.
Saat ini, intervensi program dan kegiatan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui data yang disusun berdasarkan indikator yang jelas seperti data angka kemiskinan, stunting, dan pemenuhan akses air minum ataupun sanitasi yang tersedia secara digital melalui sistem informasi.
Inovasi teknologi IPAL
Pengolahan limbah Kota Makassar merupakan yang pertama dan terbesar untuk pembangunan jaringan perpipaan skala kota di wilayah timur Indonesia. Saat ini, banyak pekerjaan galian di wilayah Kota Makassar merupakan jaringan perpipaan yang mengalirkan air limbah dari rumah warga ke unit IPAL. Sumber limbah dari rumah penduduk ada dua jenis, yaitu grey water dan black water. Penyalurannya dilakukan dari setiap rumah warga (septic tank) langsung masuk ke jaringan perpipaan yang mengalir ke unit IPAL.
PPK Sanitasi Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah II Sulsel Setia Dinnoor, ST, Meng, menjelaskan, ada dua inovasi kegiatan di bidang sanitasi metropolitan sanitation management investment project (MSMIP) di Kota Makassar, yaitu pemasangan pipa PVC dengan metode jacking yang merupakan proyek pertama di Indonesia dan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan sistem moving bed biofilm reactor (MBBR).
Pemasangan pipa PVC dengan metode trenchless/jacking seperti dalam pembangunan MRT tetapi dengan skala yang lebih kecil. Sedangkan, pembangunan IPAL dengan sistem MBBR yang pertama di wilayah timur serta mungkin yang terbesar di Indonesia dengan debit 16.000 m³ per hari dan kapasitas layanan 14.000 kepala keluarga.
Pengolahan air limbah di Indonesia biasanya menggunakan metode konvensional, dengan bak-bak biasa seperti anaerobik, fakultatif, maturasi, dan lainnya. Sedangkan di Makassar, secara penuh menggunakan MBBR yang diadopsi dari luar negeri. Setelah melalui proses pengolahan air limbah, nantinya keluarannya (efluen) untuk sementara masih dibuang ke sungai sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016.
Pemanfaatan efluen sebagai air baku untuk air minum masih belum umum dilakukan di Indonesia. Dari unit IPAL, efluen akan dibuang langsung ke kanal, dengan kondisi kanal tidak digunakan sebagai sumber air minum/ air baku melainkan dibuang ke laut. Dampak negatif air limbah terhadap lingkungan dipastikan akan berkurang.
Progres fisik pembangunan IPAL hampir 50%, sedangkan untuk jaringannya rata-rata sekitar 70% (on going). Pelaksanaan kegiatan pekerjaan fisik ditargetkan sampai 2023, untuk kegiatan operasional dan perawatan satu tahun setelah pembangunan fisik. Pembangunan IPAL pelaksananya adalah KSO PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dengan PT Memiontec Indonesia. (AN)
Baca juga:
Kereta Api Diharapkan Jadi Tulang Punggung Angkutan di Sulawesi Selatan
Jembatan Gantung Makammu II di Takalar Sulawesi Selatan Permudah Akses Warga Perdesaan