JAKARTA, LINTAS — Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan penerapan sistem transaksi tol nontunai nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF), yang diharapkan dapat membawa revolusi dalam pengelolaan arus kendaraan di jalan tol.
Teknologi ini tidak hanya bertujuan memperlancar alur kendaraan, tetapi juga mengurangi dampak negatif seperti kemacetan, polusi udara, dan konsumsi bahan bakar yang berlebihan di gerbang tol.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Rachman Arief Dienaputra, mengungkapkan bahwa penerapan sistem MLFF bertujuan untuk menggantikan penggunaan gardu tol konvensional.
“Dengan tidak adanya gardu, kendaraan bisa melintas kapan saja tanpa terhambat antrean di gerbang tol, yang pada akhirnya akan mempercepat alur kendaraan,” katanya, ditemui di sela-sela kegiatan Konstruksi Indonesia 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (6/11/2024).
MLFF adalah teknologi yang memungkinkan transaksi tol dilakukan secara otomatis, tanpa perlu adanya pemberhentian kendaraan di gardu tol. Ini memungkinkan kendaraan terus bergerak dengan lancar, mengurangi waktu yang biasanya terbuang di gerbang tol yang penuh dengan antrian, terutama pada jam sibuk.
Penerapan sistem ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi transportasi, terutama di jalan tol dengan volume kendaraan yang tinggi.
Langkah Transisi
Meskipun rencana penerapan teknologi ini sudah mendapat banyak dukungan, Kementerian PU menyarankan agar ada tahap transisi sebelum sistem MLFF diterapkan sepenuhnya.
Salah satu bentuk transisi tersebut adalah dengan menerapkan Single Lane Free Flow (SLFF) terlebih dahulu. Menurut Rachman, uji coba sistem SLFF akan dimulai di Tol Bali Mandara, yang dipilih karena memiliki Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) yang lebih rendah dibandingkan dengan jalan tol lainnya, serta merupakan ruas tol yang terpisah dan tidak terhubung langsung dengan ruas lain, mengurangi potensi risiko kegagalan sistem yang lebih luas.
“Setelah uji coba di Bali Mandara berhasil, baru kita akan memperluas penerapan SLFF dan kemudian MLFF ke ruas-ruas tol lainnya,” tambahnya.
Langkah ini dianggap penting untuk memastikan bahwa teknologi yang diterapkan berjalan dengan baik dan tidak menyebabkan masalah besar di lapangan.
Aplikasi Cantas
Sistem MLFF menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk mendeteksi posisi kendaraan yang melintas, serta aplikasi Cantas yang memungkinkan proses pembayaran tol secara nirsentuh dan otomatis.
Aplikasi ini terintegrasi dengan data Electronic Registration and Identification (ERI) yang dikelola oleh Korlantas Polri, yang mencatat informasi kepemilikan kendaraan.
Dengan sistem ini, setiap kendaraan yang terdaftar dapat melakukan transaksi tol secara otomatis saat melintas di pintu tol, tanpa perlu berhenti atau melakukan interaksi fisik dengan petugas atau perangkat di gardu tol.
Selain mempercepat alur kendaraan, penerapan MLFF diharapkan dapat membawa berbagai manfaat lainnya, termasuk efisiensi biaya operasional dan pengurangan konsumsi bahan bakar kendaraan.
Tanpa adanya antrian panjang di gerbang tol, kendaraan tidak perlu berhenti atau memperlambat laju, sehingga lebih sedikit bahan bakar yang terbuang.
Selain itu, mengurangi kemacetan di pintu tol dapat berdampak langsung pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara, yang sering kali meningkat akibat pembakaran bahan bakar yang tidak efisien di jalan tol.
Menurut Rachman, implementasi sistem ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Penerapan teknologi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap penghematan energi dan pengurangan dampak lingkungan yang dihasilkan oleh sektor transportasi.
Proyek MLFF ini juga masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN), yang menandakan pentingnya teknologi ini dalam mencapai visi Indonesia untuk mengoptimalkan infrastruktur jalan tol dan meningkatkan kualitas layanan transportasi.
Dengan volume transaksi harian yang mencapai lebih dari 4 juta transaksi, sistem ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam mengelola arus lalu lintas di jalan tol yang semakin padat.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski berbagai manfaat telah diprediksi, penerapan sistem MLFF ini tentu tidak tanpa tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain adalah kesenjangan teknologi, masalah integrasi data kendaraan, serta kesiapan infrastruktur digital yang harus disiapkan untuk mendukung sistem ini di berbagai ruas tol.
Oleh karena itu, uji coba yang dilakukan di Bali Mandara akan menjadi krusial dalam menentukan keberhasilan sistem ini sebelum diperluas ke wilayah lain.
Rachman berharap implementasi MLFF bisa dipercepat dengan tetap memperhatikan aspek kesiapan teknis dan sosial-ekonomi.
“Kami berharap teknologi ini bisa diterapkan lebih cepat dan merata di seluruh Indonesia. Ini adalah langkah besar untuk memperbaiki sistem transportasi kita,” ujarnya.
Penerapan teknologi Multi Lane Free Flow (MLFF) menjanjikan perubahan signifikan dalam pengelolaan transportasi jalan tol di Indonesia.
Selain memperlancar arus kendaraan, sistem ini juga diharapkan dapat mengurangi kemacetan, polusi udara, dan pemborosan bahan bakar yang selama ini menjadi masalah di gerbang tol.
Dengan uji coba yang akan dimulai di Tol Bali Mandara, diharapkan sistem ini dapat diterapkan secara lebih luas, memberikan dampak positif bagi perekonomian dan lingkungan Indonesia dalam jangka panjang. (GIT)