Pembangunan Kolam Retensi Terboyo dan Sriwulan menjadi solusi ampuh mengendalikan banjir dari sejumlah sungai besar di wilayah utara Semarang dan Demak.
Adanya kolam retensi yang menjadi bagian dari proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 itu pun berpotensi melahirkan kawasan-kawasan industri baru.
Pembangunan Jalan Tol Semarang Demak Seksi 1 yang menghubungkan Kaligawe-Sayung sepanjang 10,64 km menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 15 persen dan pinjaman (loan) dari Tiongkok 85 persen.
Pengerjaan jalan tol ini terbagi dalam 3 (tiga) paket meliputi: Toll Road Development Of Semarang – Demak 1A, Toll Road Development Of Semarang – Demak 1B dan Toll Road Development Of Semarang – Demak 1C.

Pembangunan kolam retensi jadi bagian dari Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1. Kolam retensi berfungsi sebagai tempat berlabuhnya air dari sejumlah sungai di wilayah Semarang dan Demak.
Skema dari Kolam Retensi Terboyo akan mengendalikan banjir dari Sungai Tenggang dan Sungai Babon. Sementara Kolam Retensi Sriwulan mengendalikan banjir dari sungai Sriwulan.
Kepala Satuan Kerja Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak, Yusrizal Kurniawan, mengatakan bahwa paket Toll Road Development Of Semarang – Demak 1C meliputi pembangunan Kolam Retensi Terboyo seluas 189 hektare dan Sriwulan seluas 28 hektare, serta pembangunan Rumah
Pompa Terboyo dan Sriwulan
Pada Rumah Pompa Terboyo dilengkapi 6 unit pompa, sedangkan Rumah Pompa Sriwulan 4 unit pompa masing-masing berkapasitas 5 m³/detik.
“Pembuatan kolam retensi sebagai pengendali banjir untuk wilayah Semarang dan Demak. Termasuk untuk pengendalian banjir di Jalan Nasional yang menghubungkan Semarang–Demak. Di sana ada kawasan industri yang selalu mengalami banjir akibat hujan maupun rob karena perubahan iklim,” kata Yusrizal, Senin (14/8/2023), kepada Lintas, di Kantor Satuan Kerja Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak.
Baca juga: Pertama di Indonesia, Fondasi Jalan Tol Semarang-Demak dari Bambu
Dampak perubahan iklim serta penurunan muka tanah mengakibatkan kawasan industri di Kaligawe sampai Sayung terhenti kegiatannya karena banjir dan rob.
Kerugian yang timbul akibat bencana yang dipicu pemanasan global itu dampaknya pun tak main-main. Kawasan industri setiap tahun merugi hingga Rp 1,5 triliun.

“Integrasi tanggul laut dengan sistem polder dan kolam retensi sebagai solusi penanganan banjir rob pada Pembangunan Jalan Tol Semarang- Demak Seksi 1. Paket ini bisa menangani banjir rob yang selama ini terus terjadi sepanjang tahun dan jadi sumber masalah di Kaligawe sampai Sayung,” ujarnya.
Pembebasan Lahan
Menurut Yusrizal, pembangunan tangul laut dan kolam retensi masih terkendala masalah pembebasan lahan. Lahan yang dibebaskan itu, merupakan milik warga yang disebut lahan musnah karena sudah terendam air dan tak bisa dimanfaatkan lagi untuk kegiatan apapun.
“Disebut tanah musnah karena sudah terendam air dan juga tidak bisa dimanfaatkan. Namun, warga di sini tetap berhak mendapatkan hak prioritas untuk reklamasi atau rekonstruksi. Pembebasan lahan sudah mencapai 16 persen,” katanya.
Satker Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak dan PPK Pengadaan Tanah Jalan Tol Semarang-Demak, Semarang Harbour dan Semarang ABC bekerja sama dengan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Jawa Tengah melaksanakan proses pembebasan lahan secara bertahap di Semarang dan Demak. Dasar hukumnya yakni Perpres Nomor 27 Tahun 2023 sebagai pengganti Perpres Nomor 52 Tahun 2022.
Perpres Nomor 27 Tahun 2023 menyebutkan adanya hak prioritas dan penilaian kerohiman tidak mendasarkan pada NJOP. Dana kerohiman dihitung oleh Kantor Jasa Penilai Publik / Appraisal.
Besaran Komponen penilaian oleh KJPP diharapkan memenuhi aspek keadilan, mempertimbangkan lokasi dan kondisi bidang tanah. Perhitungan berdasarkan nilai pasar tertinggi dan terbaik. Perhitungan berdasar Standar Penilaian Indonesia (SPI) adalah 30 persen nilai pasar bidang tanah. (PAH/EDW)
Baca Juga: Jagorawi Jalan Tol Pertama, di Manakah Tol Kedua di Indonesia?