JAKARTA, LINTAS – Kementerian Pekerjaan Umum (Kementerian PU) terus memperkuat upaya untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia dengan mengoptimalkan peran bendungan sebagai sumber utama irigasi.
Melalui intensifikasi pembangunan dan rehabilitasi bendungan, Kementerian PU berfokus pada peningkatan luas tanam di daerah irigasi. Proyek ini tidak hanya untuk meningkatkan ketersediaan air bagi pertanian, tetapi juga untuk meningkatkan keandalan irigasi yang berdampak langsung pada produktivitas pertanian.
Salah satu prioritas utama dalam program ini adalah penambahan luas tanam sebesar 231.710 hektar melalui sistem irigasi bendungan yang lebih efisien dan andal. Dengan penguatan infrastruktur irigasi, diharapkan dapat tercapai peningkatan indeks pertanaman (IP) yang signifikan, sehingga mendukung tercapainya target swasembada pangan yang dicanangkan pada 2025.
Bendungan Karian
Salah satu bendungan yang menjadi pilar utama dalam upaya intensifikasi irigasi adalah Bendungan Karian, yang terletak di Kabupaten Lebak, Banten. Dengan kapasitas tampung mencapai 315 juta m³, Bendungan Karian tidak hanya akan memberikan manfaat irigasi untuk 22.000 hektar lahan pertanian, tetapi juga berfungsi sebagai mitigasi banjir dengan kapasitas reduksi mencapai 1.193 m³/detik.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, keberadaan Bendungan Karian sangat penting untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah Banten dan sekitarnya, yang selama ini sangat bergantung pada keberlanjutan pasokan air irigasi. “Dengan adanya Bendungan Karian, kami dapat memastikan ketersediaan air irigasi sepanjang tahun, yang akan meningkatkan produktivitas pertanian,” ujar Dody, Jumat (15/11/2024).
Selain irigasi, Bendungan Karian juga menyediakan 9,10 m³/detik air baku yang dapat dimanfaatkan oleh Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan DKI Jakarta. Pembangunan bendungan ini juga mendukung pembangkit listrik mikrohidro dengan kapasitas 1,80 MW yang dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Bendungan Temef dan Karalloe
Tidak hanya di Banten, Kementerian PU juga memfokuskan optimalisasi fungsi bendungan di wilayah-wilayah yang membutuhkan dukungan irigasi untuk mempercepat peningkatan produktivitas pertanian.
Salah satunya adalah Bendungan Temef yang terletak di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bendungan ini dirancang untuk menampung volume air sebesar 44,9 juta m³, dan akan mengairi 4.500 hektar sawah di daerah tersebut.
Bendungan Temef juga memiliki peran penting dalam mitigasi banjir, dengan kapasitas reduksi mencapai 3.750 hektar area pertanian yang rentan terhadap dampak banjir. Pembangunan bendungan ini juga dilengkapi dengan fasilitas penyediaan air baku 131 liter per detik, serta potensi pembangkit listrik sebesar 1 MW.
Kemudian bendungan Karalloe di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, juga menjadi bagian dari upaya intensifikasi irigasi di wilayah tersebut. Dengan kapasitas tampung 40,53 juta m³, Bendungan Karalloe diharapkan dapat memberikan irigasi untuk 11.950 hektar lahan pertanian.
Selain itu, bendungan ini juga dilengkapi dengan fasilitas pembangkit listrik mikrohidro sebesar 4,50 MW dan dapat mengurangi risiko banjir dengan kapasitas reduksi 49 m³/detik.
Bendungan Leuwikeris
Bendungan Leuwikeris, yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, juga merupakan proyek penting dalam mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut. Dengan luas genangan 242,90 hektar dan volume tampung 81,44 juta m³, Bendungan Leuwikeris diproyeksikan dapat mengairi 11.216 hektar sawah yang ada di sekitar bendungan.
Pembangunan bendungan ini juga akan membantu mengurangi potensi banjir dengan kapasitas reduksi mencapai 59,68 m³/detik, serta menyediakan air baku 0,85 m³/detik untuk kebutuhan domestik dan industri. Dengan investasi sebesar Rp 3,5 triliun, Bendungan Leuwikeris menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan air di wilayah Jawa Barat.
Meningkatkan Ketahanan Pangan melalui Infrastruktur yang Terintegrasi
Menurut Dody Hanggodo, pembangunan bendungan ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui penguatan infrastruktur irigasi. “Bendungan-bendungan ini bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi juga investasi jangka panjang untuk ketahanan pangan dan energi. Dengan adanya irigasi yang lebih andal, kami dapat memastikan produktivitas pertanian tetap terjaga meski dihadapkan dengan perubahan iklim yang semakin tak menentu,” ujar Dody.
Selain itu, dengan adanya tambahan kapasitas irigasi, diharapkan petani dapat memanfaatkan musim tanam lebih baik, meningkatkan hasil pertanian, serta mengurangi kerugian akibat kekeringan dan bencana alam lainnya. Dody juga menekankan pentingnya sinergi antara Kementerian PU, Kementerian Pertanian, serta pihak-pihak terkait lainnya untuk memastikan keberhasilan program ini.
Menuju Swasembada Pangan 2025
Peningkatan kapasitas irigasi melalui pembangunan bendungan ini menjadi salah satu pilar utama untuk mencapai swasembada pangan pada 2025. Dengan peningkatan luas tanam dan produktivitas pertanian yang didorong oleh sistem irigasi yang lebih efisien, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan mencapai kemandirian pangan yang lebih baik.
Pemerintah melalui Kementerian PU berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas infrastruktur irigasi, memperbaiki sistem pengelolaan air, serta meningkatkan akses petani terhadap teknologi pertanian yang lebih maju.
Dengan demikian, intensifikasi bendungan bukan hanya soal menyediakan air untuk pertanian, tetapi juga tentang membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan dan menciptakan masa depan yang lebih sejahtera bagi para petani Indonesia. (GIT)