CIREBON, LINTAS – Di tengah gencarnya pemerintah berupaya mewujudkan swasembada pangan, berkembang inovasi untuk meningkatkan produksi pangan melalui tanaman padi.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung di Cirebon telah membuat proyek percontohan yang dikenal dengan metode IPHA (Irigasi Padi Hemat Air).
Lokasi proyek percontohan tersebar di tiga Kabupaten (Kabupaten Cirebon, Indramayu dan Majalengka) yang semuanya termasuk dalam areal Daerah Irigasi (DI) Rentang.
Menurut Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung (Cimancis) Dwi Agus Kuncoro saat ditemui Majalah Lintas di Cirebon (15/1/2025), metode inovasi IPHA merupakan pengembangan dari metode penanaman padi sebelumnya yang dikenal dengan metode SRI (System Rice Intensification).
“Kelemahan metode SRI terletak pada aspek penerapannya yang cukup sulit untuk mencapai kondisi ideal yang diharapkan,” kata Dwi.

Dari sisi penggunaan air, metoda IPHA jauh lebih hemat dari pada metoda konvensional yang terlalu boros penggunaan airnya, bisa menghemat sampai 30 persen.
Menurut Agus, padi bukan tergolong tanaman aquatic tetapi semi aquatic, yang membalikkan pendapat kebanyakan orang selama ini.
“Keunggulan metoda IPHA dibanding SRI dan metoda konvensional adalah dalam hal pemanfaatan kearifan lokal,” kata Dwi.
Pada metoda, SRI untuk mencapai kondisi ideal yang diinginkan, petani harus menggunakan jenis bibit padi varietas tertentu dan pemakaian pupuk harus organik.
Sedang pada metoda IPHA petani dibebaskan menggunakan jenis bibit padi yang biasa ditanam demikian juga dengan jenis pupuknya bebas menggunakan pupuk apa saja baik pupuk kimia maupun organik, sehingga petani tidak terbelenggu oleh persyaratan yang sulit mereka penuhi.
Pada cara menanam bibit padipun berbeda, lanjut Dwi, metoda IPHA menerapkan cara menanam bibit padi di mana akar tidak terlalu dalam masuk ke tanah cukup sedalam 2-3 cm dengan kondisi akar seperti membentuk huruf L terhadap batang.
Demikian pula dengan jumlah bibit per lubang tanam pada metoda IPHA cukup sebanyak 2-3 batang bandingkan dengan metoda konvensional yang sebanyak 5-6 batang sehingga praktis menghemat pemakaian bibit padi, sedang pada metoda SRI hanya satu batang namun berisiko gagal bila dimangsa hama padi seperti tikus.
Belum lagi perbedaan pada umur bibit yang ditanam pada persemaian, pada cara konvensional bibit ditanam selama 20-30 hari sedang pada metoda IPHA cukup 12-15 hari sehingga menghemat waktu tanam.
Kolaborasi Antarsektor
Keberhasilan penyelenggaraan proyek percontohan IPHA tidak terlepas dari upaya kerja sama antar sektor terkait seperti peran pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian melalui keterlibatan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Juga, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)/Gabungan P3A (GP3A)/Gapoktan (Gabungan kelompok Tani), kemudian unsur TNI melalui Babinsa serta keterlibatan pendamping lapangan dari RIMP (Rentang Irrigation Modernization Project) sebgai mitra kerja dalam pelaksanaan modernisasi irigasi di Di Rentang.
Salah satu indikator keberhasilan proyek percontohan dengan menggunakan metoda IPHA terbukti dari begitu banyaknya petani yang lahan sawahnya berlokasi di sekitar area percontohan beramai-ramai ikut serta melakukan cara tanam padi dengan metoda IPHA.
Mereka termotivasi oleh keberhasilan metoda IPHA terutama dari sisi meningkatnya produktivitas pertanian sampai 2-3 Ton GKP/Ha, yang semula dengan metoda konvensional hanya diperoleh 7 Ton GKP/Ha (berat gabah kering panen) kini mencapai 10 Ton GKP/Ha, sehingga yang awalnya berupa percontohan (Demplot) kini sudah meningkat menjadi plasma.
Dalam kunjungan lapangan Menteri PU Dody Hanggodo didampingi Direktur Jenderal Sumber Daya Air dan Kepala BBWS Cimacis (4/1/2025) ke salah satu area percontohan disampaikan kepada awak media bahwa IPHA merupakan salah satu “quick wins” Indonesia untuk mencapai swasembada pangan.
Dan IPHA akan diterapkan diseluruh Indonesia karena sistem ini mampu menghemat air sebanyak 30 persen dan terbukti dapat meningkatkan produksi padi dan kesejahteraan petani. (MAL)
Baca Juga: Basuki Hadimuljono: DIR Sebakung Dukung Swasembada Pangan di Wilayah Penyangga IKN