Jakarta, Lintas – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan infrastruktur Penanganan Dampak Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pembangunan infrastruktur ini diharapkan menjadi permukiman baru yang tangguh terhadap bencana sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman.
“Pemerintah membangun rumah masyarakat terdampak bencana bukan hanya memperbaiki kerusakannya, tetapi juga mengharapkan adanya permukiman baru yang tangguh terhadap bencana sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman,” kata Menteri Basuki, melansir siaran pers Kementerian PUPR, Selasa (28/2/2023).
Pembangunan Penanganan Dampak Erupsi Gunung Semeru berupa Rumah Khusus. Rumah Khusus ini dilengkapi dengan sejumlah infrastruktur dasar permukiman, seperti drainase, air minum, sanitasi, dan jembatan serta pembangunan Jembatan Besuk Koboan.
Melalui Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa IV, Direktorat Jenderal Perumahan, Kementerian PUPR membangun Rumah Khusus Tipe 36 sebanyak 1.951 unit. Alokasi anggaran yang disiapkan senilai Rp 350,55 miliar.
Pekerjaan dilakukan oleh PT Brantas Abipraya dan PT Hutama Karya sejak Januari 2022. Rumah Khusus ini telah dihuni oleh masyarakat pada Idul Fitri 2022 lalu.
Pembangunan Hunian
Selain membangun Rumah Khusus, Kementerian PUPR, melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur, Direktorat Jenderal Cipta Karya juga melengkapi hunian dengan sejumlah fasilitas infrastruktur dasar permukiman. Fasilitas-fasilitas infrastruktur yang dimaksud berupa drainase, air minum, sanitasi, dan jembatan dengan total luas 81,55 hektar.
“Untuk instalasi air minum, dibangun reservoir berkapasitas 300 meter kubik, pipa jaringan distribusi sepanjang 5.280 meter, dua unit broncapture, serta pelintasan dan aksesori untuk menyambung saluran rumah sebanyak 1.951 sambungan rumah (SR). Total kapasitas penyediaan air minum sebesar 25 liter per detik untuk 2.000 keluarga yang bersumber dari Kali Tunggeng dengan debit 10 liter/detik, Kali Pitik 5 liter/detik (gravitasi), dan Hutan Bambu dengan debit 10 liter/detik dengan biaya sebesar Rp 17 miliar,” papar Direktur Jenderal Perumahan Iwan Suprijanto.
Sementara untuk prasarana sanitasi, dibangun instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) berkapasitas 80–500 keluarga dan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) berkapasitas 2.000 keluarga. Anggaran pembangunannya sebesar Rp 57,5 miliar.
Hunian tetap (huntap) ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial (fasum fasos). Fasos dan fasum itu guna mengakomodasi kegiatan sehari-hari masyarakat, seperti masjid, sekolah, sarana olahraga, lapangan, ruang terbuka hijau (RTH), dan pasar.
Kemudian, melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan Jembatan Besuk Koboan yang sebelumnya roboh akibat terjangan material vulkanik saat erupsi Gunung Semeru.
Jembatan pengganti dibangun dengan panjang 140 meter. Nilai kontraknya sebesar Rp 160 miliar. PT Adhi Karya (Persero) adalah kontraktornya dan PT Virama Karya (Persero) sebagai konsultan. Saat ini, pembangunan fisiknya telah mencapai 97,1 persen dan ditargetkan rampung pada akhir Februari 2023. (*/BAS)