Pada bulan Desember tahun 2020 Kementerian PUPR melantik sejumlah pejabat baru. Di antaranya adalah Direktur Jendral Cipta Karya yang kini dijabat oleh Ir. Diana Kusumastuti, MT. Nama Diana tidak asing lagi di kalangan PUPR, jabatan terakhirnya adalah Direktur Bina Penataan Bangunan, Ditjen Cipta Karya.
Perjalanan karir Diana di PUPR cukup beragam. Dimulai pada tahun 1993 saat Ia masuk sebagai pegawai di Direktorat Bina Program, Diana kemudian berkesempatan untuk bertugas di beberapa sub direktorat seperti Program Rencana Jangka Menengah, Program Air Minum & Penyehatan Lingkungan, serta Program Tata Bangunan & Lingkungan Permukiman.
Diana bahkan berkesempatan untuk berkarya pada direktorat yang bukan bidangnya, yaitu sebagai Kepala Bidang Kajian Kebijakan dan Program, BPPSPAM.
“Saya bertanya-tanya, kenapa saya ditunjuk menjadi Kabid di BPPSPAM, padahal saya seorang arsitek.” Ujar Diana, namun Bapak Dirjen Budi Yuwono kala itu menjelaskan bahwa Diana dibutuhkan untuk kemampuan manajemennya. Sebagai seorang yang berprinsip bahwa bekerja bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk bangsa dan negara, Diana pun menerima tugas itu dengan penuh tanggung jawab.
Pekerjaan Berkesan
Sikap Diana yang selalu siap menerima tugas meskipun diluar keahliannya itu ternyata menjadi salah satu kelebihannya. Sepanjang karirnya, Diana kerap ditugaskan untuk mengerjakan proyek-proyek yang menantang kemampuannya.
“Salah satu pengalaman yang berkesan bagi saya adalah ketika saya ditugaskan sebagai Kasatker Perencanaan & Pengendalian. Tugas saya adalah memimpin seluruh Kasatker di 33 provinsi yang menyusun untuk program dan anggaran di kabupaten kota.” Diana mengenang pengalamannya saat menjabat Kepala Seksi Air Minum & Penyehatan Lingkungan.
“Saya harus berkoordinasi dengan teman-teman di seluruh Indonesia. Kami mengadakan beberapa agenda-agenda dan menyusun suatu buku pedoman perencanaan dan pengendalian. Kami berkomunikasi secara intens setiap hari dan akhirnya menjadi akrab. Sampai sekarang pun kami masih bersahabat, saling berkomunikasi dan memberikan informasi.” Dari pengalamannya ini Diana pun kerap mendapat julukan Ratu Randal.
Pengalaman berkesan lainnya Diana rasakan baru-baru ini saat Ia ditugaskan untuk membangun Rumah Sakit Covid.
“Saya dipanggil pak Menteri Basuki waktu itu dan ditanya, kamu bisa enggak membangun bangunan tapi cepat?”
Diana bersama Menteri PUPR, Kasatgas Covid, serta Panglima TNI kemudian meninjau lokasi eks-pengungsi Vietnam di pulau Galang dan Ia pun ditugaskan untuk membangun rumah sakit dalam jangka waktu satu bulan.
“Saya tidak tahu bagaimana caranya, tapi saya yakin saya bisa. Kami kemudian berkoordinasi dengan LKPP, BPKP, Irjen, dan Kementerian Kesehatan agar kita juga tidak salah karena ini kondisi bencana belum ada acuannya. Saya bersama Bapak Dirjen terus berkoordinasi, dan alhamdulillah semua pihak sangat support, termasuk Kementerian Pertahanan dan Keamanan, TNI Angkatan Udara, dan pihak-pihak yang lain, sehingga Rumah Sakit Galang ini bisa selesai dalam waktu satu bulan.”
Atas keberhasilan tersebut, Ditjen Cipta Karya kemudian mendapat permintaan untuk membangun Rumah Sakit Covid juga di Yogyakarta, Lamongan, Biak, Bangka Belitung, Aceh, dan Manado. Kesemuanya mampu diselesaikan dalam waktu antara satu sampai satu setengah bulan dengan metodologi baru yang cepat.
Masih banyak lagi proyek-proyek menarik yang pernah ditangani oleh alumnus Universitas Diponegoro ini, seperti Sistem Penyediaan Air Minum di Unggulan dan Jatiluhur, rehabilitasi Pasar Johar Semarang dan Pasar Atas Bukit Tinggi, revitalisasi Stadion Manahan Solo, pembangunan venue-venueAsian Games di Jakarta dan Palembang, revitalisasi Masjid Istiqlal, persiapan Ibu Kota Negara baru, dan lain sebagainya.
“Bekerja di PUPR sangat menarik buat saya sebagai seorang Arsitek, karena di sini tidak hanya mengurusi masalah arsiteknya saja, tapi masih ada banyak hal yang bisa dipelajari terkait dengan teknologinya, regulasinya, dan sebagainya.” Diana melanjutkan.
“Menurut saya, pekerjaan saya berkesan semuanya karena saya senang dengan kegiatan-kegiatan ini. Kalau kita jalankan dengan ikhlas dan dengan senang hati tentunya akan menjadikan kita enjoy.”
Dukungan Keluarga
Ketika ditanya mengenai reaksi keluarganya terhadap kesibukkannya, Diana mengatakan bahwa tantangannya sebagai seorang ibu adalah Ia harus membawa keluarganya.
“Saya memang senang travelling bersama keluarga, nah setiap pergi bersama keluarga, saya tidak lupa untuk mampir ke proyek-proyek yang saya kerjakan. Kebetulan suami dan seorang anak saya juga arsitek, jadi mereka juga senang dan akhirnya support juga ke saya. Jadi mereka lihat-lihat sendiri, saya sambil mengurusi proyek.”
Urusan menjaga kesehatan pun tidak luput dari perhatiannya. Sebagai ketua paguyuban ibu-ibu di kompleks rumahnya, Diana rutin mengajak ibu-ibu untuk senam bersama. Demikian juga dengan keluarga besarnya, setiap akhir pekan Ia selalu mengumpulkan kakak dan adiknya untuk badminton dan makan pagi bersama.
“Ini sesuatu yang harus saya imbangi. Yang pertama, saya jadi punya semangat untuk olah raga, lalu saya juga bisa silaturahmi dengan keluarga. Ini sangat penting bagi saya.”
Tantangan Ke Depan
Hasil kerja keras ibu dari tiga anak laki-laki ini tidak sia-sia. Pada tahun 2020 kemarin, Diana memperoleh penghargaan kategori Pejabat Pimpinan Tinggi Teladan pada ajang Anugerah ASN 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB).
Namun demikian, Diana tidak lantas berpuas diri. Ia terus memicu dirinya agar dapat menjadi orang PUPR. Tidak hanya sebagai pegawai PUPR, tapi orang PUPR yang bekerja keras, bergerak cepat, dan bertindak tepat serta meningkatkan tingkat kejujuran, integritas, termasuk kerja sama, dan menjunjung tinggi nama baik Kementerian PUPR.
“Saya harus melaksanakan program kerja yang sudah disusun dengan sebaik-baiknya sesuai dengan target waktu yang sudah ditetapkan, dan saya mencoba tetap semangat untuk membangun infrastruktur permukiman yang layak dan berkelanjutan, untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.”
Diana melanjutkan bahwa harapannya adalah untuk membangun infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi sehingga dapat berfungsi dengan baik, seperti slogan Ditjen Cipta Karya, yaitu Satu Cipta Karya, Cipta Karya Satu.
“Kita memberi semangat kepada seluruh Balai. Kemarin kita sudah mendapatkan Zona Integritas untuk Balai Teknik Air Minum Cipta Karya, dan saya berharap tahun ini kita harus berkomitmen agar ada Balai-Balai lain yang nanti juga mendapatkan Zona Integritas dan Zona Bebas Korupsi.”
Sebagai penutup, Diana menitipkan pesan agar wanita Indonesia harus memiliki mimpi dan jangan takut untuk meraihnya.
“Saya mempromosikan kesetaraan gender menjadi bagian utama dari strategi pembangunan untuk memberdayakan masyarakat, untuk semua orang, tidak hanya laki-laki, tapi perempuan pun bisa mengentaskan dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka. Berkinerjalah dengan baik, nanti orang lain yang akan melihat dan menilai kita.” [LA]