Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, baik untuk diminum maupun kebutuhan sehari-hari lainnya. Untuk memenuhinya, berbagai cara dilakukan, di antaranya dengan membuat bendungan.
Bendungan, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 27/PRT/M/2015 Tentang Bendungan, adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton, yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Sementara, waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
Sederhananya, bendungan adalah sebuah struktur yang dibuat oleh manusia untuk menahan dan menampung air sehingga membentuk suatu tampungan air atau waduk.
Bendungan dibangun dengan beberapa fungsi yang menyertainya, yakni untuk menahan dan menampung air atau pengendali bencana, sumber air bersih bagi masyarakat, irigasi pertanian, dan juga sebagai pembangkit listrik.
Ada banyak bendungan di dunia yang berukuran besar. Namun, dalam artikel ini yang dibahas adalah bendungan terbesar berdasarkan ukuran waduk atau daya tampung air yang dimilikinya. Nah, bendungan yang mendapat predikat terbesar di dunia berdasarkan ukuran waduknya ialah Bendungan Kariba di Zimbabwe.

Sejarah
Bendungan Kariba adalah bendungan lengkung beton yang terletak di Ngarai Kariba, di lembah Sungai Zambesi, di perbatasan Zambia dan Zimbabwe.
Bendungan ini memiliki tinggi 128 meter dan panjang 579 meter. Untuk membangunnya, bendungan ini menggunakan 1,036 juta meter kubik beton, dikutip dari Water-technology.net.
Hasil dari pembangunan bendungan ini terbentuklah Danau Kariba yang membentang sepanjang 280 kilometer. Dengan daya tampung 185 miliar meter kubik, Danau Kariba disebut sebagai waduk buatan terbesar di dunia, dikutip dari Zambiawaterforum.org.
Ide pembangunan bendungan muncul pada awal 1950-an, dari Pemerintah Rhodesia (sekarang Zimbabwe) dan Rhodesia Utara (sekarang Zambia), yang merupakan “koloni federal” di Kerajaan Inggris. Saat itu, kedua negara tersebut berencana memanfaatkan kekuatan Sungai Zambesi, dikutip dari Historytimelines.co.
Ide pembangunan itu direalisasikan beberapa tahun kemudian. Pada 6 November 1955 pembangunan bendungan dimulai dan selesai pada 1959. Sedari awal, pembangunan bendungan ini ditujukan untuk menghasilkan listrik bagi kedua negara penggagasnya dan memperlancar irigasi di wilayah sekitarnya.
Pembangunan Bendungan Kariba berlangsung dua tahap. Pembangunan tahap pertama selesai pada tahun 1959 dan tahap kedua selesai pada tahun 1977. Adapun total biaya pembangunan bendungan sebesar US$ 480 juta dikutip dari En.wikipedia.org.
Pada awalnya, bendungan ini dikelola oleh Central African Power Corporation. Namun, sekarang dimiliki dan dioperasikan oleh Otoritas Sungai Zambesi, yang dimiliki bersama oleh Zimbabwe dan Zambia.

Memasok 6.700.000.000 Kilowatt-Jam Listrik
Danau Kariba terletak di antara Zambia dan Zimbabwe. Terbentuk dari pembendungan Sungai Zambesi di Ngarai Kariba atau pembangunan Bendungan Kariba.
Danau Kariba memiliki kapasitas sangat besar, menyerupai laut pedalaman. Prestasi teknik ini, yang dicapai melalui kolaborasi antara insinyur dan perusahaan konstruksi Inggris, Italia, dan Afrika Selatan, memungkinkan pembangkitan listrik tenaga air dalam jumlah besar, dikutip dari Historytimelines.co.
Adapun jumlah pasokan listrik yang dihasilkannya ialah sekitar 6.700.000.000 kilowatt-jam listrik setiap tahunnya. Dikelola oleh perusahaan Kariba North Bank dan South Bank, masing-masing di Zambia dan Zimbabwe, dikutip dari Britannica.com.
Untuk menghasilkan listrik sebesar itu, Bendungan Kariba memiliki dua pembangkit listrik tenaga air yang berada di bawahnya. Pembangkit listrik tenaga air ini dibuat menggunakan serangkaian tabung di bawah air. Ketika air mengalir melalui tabung, ia mendorong serangkaian bilah yang berputar, memicu generator yang menghasilkan listrik, dikutip dari Study.com.
Tak hanya memasok listrik untuk Zimbabwe dan Zambia, bendungan ini juga memfasilitasi perluasan pertanian dan industri di wilayah tersebut melalui proyek irigasi dan stabilitas pasokan air. Selain itu, bendungan ini pun telah menjadi destinasi wisata utama. Ia menarik para pengunjung untuk menyaksikan keindahannya yang menakjubkan dan pemandangan air yang mengalir melalui saluran pelimpah.
Secara keseluruhan, Bendungan Kariba menunjukkan keberhasilan pembangunan proyek infrastruktur skala besar. Selain itu, kerja sama juga menjadi hal penting dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan ini. Para insinyur dan perusahaan konstruksi dari berbagai negara terlibat untuk mewujudkan struktur ini. Lalu, dua negara bersepakat dan bekerja sama sebagai pemilik dan pengelola bendungan untuk kepentingan negara dan masyarakatnya.
Indonesia juga memiliki ratusan bendungan. Bendungan-bendungan tersebut dibangun untuk mendukung ketahanan air dan pangan. Di antara 292 bendungan yang dimiliki Indonesia hingga 2024, yang terbesar ialah Bendungan Jatiluhur yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bendungan ini memasok listrik sebesar 187,5 megawatt. Selain itu, dibangun pada waktu yang hampir bersamaan dengan Bendungan Kariba, yakni tahun 1957. (MSH)
Baca Juga: Bandara Chongqing Wushan, Bandara di Atas Awan