JAKARTA, LINTAS — Layanan transportasi umum TransJabodetabek terus diperluas untuk memfasilitasi mobilitas warga di wilayah Bodetabek menuju Jakarta.
Sepanjang 2025, pemerintah meluncurkan enam rute baru yang menghubungkan kawasan-kawasan permukiman di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dengan pusat kegiatan ekonomi dan perkantoran di ibu kota.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menyebut pengembangan layanan ini sebagai langkah strategis dalam mengurangi kemacetan, meningkatkan konektivitas antardaerah, serta memperbaiki kualitas udara di kawasan Jabodetabek.
“Transportasi umum berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu kota. Ia mendukung mobilitas masyarakat, distribusi barang dan jasa, serta mendorong investasi,” ujar Djoko yang juga akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata.
Rute pertama yang diluncurkan adalah trayek Alam Sutera–Blok M yang mulai beroperasi pada 24 April 2025. Trayek sepanjang 59,7 kilometer ini melewati Tol Jakarta–Merak dan dilayani oleh 24 unit bus yang beroperasi hingga 60 kali per hari.
Rute ini dianggap memiliki potensi tinggi karena menghubungkan kawasan padat hunian dan pusat aktivitas komersial. Terdapat 15 titik pemberhentian dari Alam Sutera ke Blok M dan 19 titik dari arah sebaliknya.
Baca Juga: Transjabodetabek T31 Blok M–PIK 2 Resmi Diluncurkan, Perkuat Konektivitas Jakarta–Banten
Selanjutnya, pada 15 Mei 2025, pemerintah meresmikan rute Perumahan Vida (Kota Bekasi) menuju Cawang (Jakarta Timur) dengan jarak sekitar 42 kilometer.
Layanan ini menggunakan 12 unit bus dengan frekuensi keberangkatan setiap 10 menit pada jam sibuk dan setiap 20 menit di luar jam sibuk. Rute ini melewati Tol Jakarta–Cikampek dan Tol JORR. Enam titik pemberhentian tersedia dari Bekasi ke Cawang, sementara dari Cawang ke Bekasi hanya terdapat lima titik.
Rute ketiga yang dioperasikan pada 22 Mei 2025 adalah jalur PIK 2 (Kabupaten Tangerang) ke Blok M. Rute terpanjang sejauh 72,8 kilometer ini dilayani oleh 20 unit bus dengan waktu tempuh antara 165 hingga 180 menit.
Trayek ini melewati Tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo dan Tol Dalam Kota, melintasi 18 titik pemberhentian saat berangkat dari PIK 2 dan 12 titik saat kembali dari arah Jakarta.
Pada 4 Juni 2025, rute baru kembali dibuka, yakni dari Sawangan (Depok) menuju Terminal Lebak Bulus (Jakarta Barat). Trayek ini melewati wilayah Cinangka, Parung Bingung, Jalan Ciputat Raya, serta Tol Depok–Antasari dan dilayani oleh 10 unit bus. Dari arah Depok terdapat enam titik pemberhentian, sementara dari arah Lebak Bulus terdapat tujuh titik.
Rute Terminal Baranangsiang (Bogor)–Blok M diresmikan pada 5 Juni 2025. Jalur ini memiliki panjang sekitar 60 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Layanan ini dilayani oleh 16 bus dan melewati Tol Jagorawi. Rute dari Bogor ke Blok M memiliki 13 titik pemberhentian, sedangkan arah sebaliknya memiliki 10 titik.
Pada hari yang sama, perpanjangan rute koridor 13 dari Puri Beta ke Halte CBD Ciledug juga mulai beroperasi. Perubahan ini menjadikan jalur 13 kini melayani rute Ciledug–Tegal Mampang, yang melewati 14 halte saat berangkat dan 13 halte saat kembali. Rute sepanjang 30 kilometer ini dilayani oleh 22 bus dengan waktu tempuh sekitar dua jam.

Kawasan Permukiman
Djoko Setijowarno menegaskan bahwa keberadaan TransJabodetabek sangat penting untuk menjangkau kawasan permukiman yang menjadi titik awal perjalanan warga.
Berdasarkan data, terdapat 2.010 perumahan di kawasan Jabodetabek, dengan klasifikasi 158 perumahan kelas atas, 268 perumahan menengah, dan 1.584 perumahan kelas bawah. Sebanyak 1.951 perumahan berada di wilayah mitra Jakarta, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek).
Ia menyebut, perumahan kelas menengah dan bawah inilah yang justru paling membutuhkan akses ke transportasi umum. Pemerintah daerah didorong untuk menyediakan angkutan pengumpan (feeder) yang terhubung ke halte-halte TransJabodetabek terdekat.
“Angkutan lokal seperti angkot bisa direformasi agar menjadi feeder. Ini bisa menjadi solusi efektif, apalagi banyak perumahan yang belum tersentuh layanan bus,” jelas Djoko.
Baca Juga: Transjakarta Tambah Pemberhentian Baru untuk Rute Pulo Gebang-Pulo Gadung via PIK
Ia juga menyarankan agar pemetaan ulang terhadap kawasan-kawasan yang belum dilayani angkutan umum dilakukan secara kolaboratif oleh pemerintah daerah. Wilayah seperti Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi masih memiliki potensi bangkitan perjalanan yang bisa dilayani oleh TransJabodetabek.
Untuk mendukung efisiensi perjalanan, Djoko menyarankan pengaktifan kembali Jalur Kendaraan Berpenumpang Banyak atau HOV Line di jalan tol, seperti yang pernah diterapkan sebelum pandemi.
Jalur ini dirancang khusus untuk kendaraan yang membawa dua orang atau lebih, termasuk bus dan kendaraan carpooling. Menurutnya, keberadaan HOV Line akan mendorong efisiensi lalu lintas, mengurangi emisi gas buang, serta mempercepat perjalanan.
“Kalau kita ingin transportasi publik jadi pilihan utama, maka ekosistemnya harus dibangun dengan menyeluruh. Bukan hanya soal bus, tapi juga feeder, tol, dan integrasi antarmoda. Ini tugas bersama antara pusat dan daerah,” pungkas Djoko. (CHI)