Saat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono berpamitan menjelang akhir masa jabatannya, ia meninggalkan lebih dari sekadar sebuah kursi kekuasaan; ia meninggalkan warisan berharga yang terwakili oleh topi legendarisnya.
Topi berlogo PUPR, yang telah menemaninya selama satu dekade, kini dimuseumkan di Galeri Bendungan di Gedung Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) di Jakarta, menjadi simbol dedikasi dan pengabdian tanpa henti.
Topi tersebut, yang berwarna biru dongker dan telah lusuh karena sering terkena terik matahari, bukan hanya sekadar aksesoris. Ia menjadi bagian dari identitas Basuki, sering terlihat di kepalanya saat meninjau proyek infrastruktur dan mendampingi Presiden Jokowi.
Dalam sebuah video yang diunggah di TikTok @kemenpu, Basuki menjelaskan, “Topi saya kalau ditanyakan sekarang ada di Galeri Bendungan jadi masuk museum.”
Ucapan sederhana ini mengandung makna mendalam, topi itu kini menjadi saksi bisu dari kerja keras dan komitmennya terhadap pembangunan Indonesia.
Selama 10 tahun menjabat, Basuki tidak hanya membawa visi pembangunan, tetapi juga mengabdikan dirinya dengan sepenuh hati. Di balik setiap proyek infrastruktur yang sukses, ada cerita tentang pengorbanan, ketekunan, dan kegigihan.
Topi ini menyaksikan semua itu, dari terik panas matahari hingga cuaca buruk, Basuki tak pernah lepas darinya. Ia mengingatkan kita bahwa di balik setiap angka dan statistik pembangunan, terdapat manusia yang bekerja keras, berusaha memberikan yang terbaik untuk negara.
Kisah topi ini juga menyentuh hati karena merefleksikan perjalanan hidup Basuki sebagai pemimpin. Setiap kerutan dan noda di topi itu adalah tanda perjalanan panjang yang telah dilalui, perjuangan yang tak pernah berhenti, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
“Ada dua topi berlogo PUPR yang kini telah disimpan dengan rapi di Galeri Bendungan,” jelasnya, mengisyaratkan bahwa setiap topi memiliki cerita tersendiri, satu dari periode pertama dan satu lagi dari periode kedua jabatannya.
Penyimpanan topi ini ke dalam galeri bukan sekadar penanda akhir dari masa jabatan, namun juga pengingat akan pentingnya dedikasi dalam menjalankan tugas. Bagi banyak orang, topi tersebut mungkin terlihat biasa, tetapi bagi Basuki dan semua yang mengenalnya, topi itu adalah lambang perjuangan dan pengabdian.
Kisah topi legendaris ini adalah sebuah inspirasi. Ia mengajak kita untuk menghargai setiap upaya, sekecil apa pun, yang dilakukan demi kebaikan bersama.
Dalam perjalanan hidupnya yang penuh warna, Basuki Hadimuljono tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun harapan dan impian untuk masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Topi yang kini tersemat di museum adalah warisan yang akan terus dikenang, menggugah semangat generasi mendatang untuk tidak hanya bercita-cita, tetapi juga berjuang mewujudkannya. (GIT)
Baca Juga: Basuki Hadimuljono Optimistis Pengganti Dirinya Mampu Teruskan Pembangunan