Seorang nenek berkerudung dipapah oleh seorang perempuan muda, sekitar 17 tahun, masuk di Stasiun Pondok Ranji, Tangerang Selatan.
Petugas satpam stasiun di peron 1 terlihat mendekat dan menanyakan tujuan si nenek. Mengetahui si nenek akan naik kereta yang ke arah Stasiun Tanah Abang berarti harus pindah ke peron 2.
Petugas Satpam dengan sigap mengarahkan sang nenek dan temannya untuk pindah peron melalui jalur penyeberangan yang dibatasi pagar yang bisa dibuka-tutup.
Nenek yang lanjut usia itu tidak harus melalui terowongan untuk pindah ke peron 2.
Stasiun Pondok Ranji di Tangerang Selatan, Banten, ini memang menyediakan jalur penyeberangan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi warga lanjut usia, ibu hamil, dan warga difabel.
Kita bersedih dengan berita yang sempat viral pada 2022 tentang penolakan petugas KRL bagi seorang penyandang difabel untuk naik KRL Yogyakarta Solo. Insiden itu mesti dijadikan pelajaran agar pelayanan transportasi umum lebih ramah bagi difabel.
Dijaga Ketat
Demi keamanan, jalur penyeberangan khusus ini dijaga ketat oleh petugas satpam yang siaga di pintu pagar besi silver.
“Kalau enggak dijaga, bisa-bisa ada penumpang yang nyelonong dan ada kereta masuk, bisa bahaya, Mas,” kata Udin, petugas Satpam yang ditanyai Majalah Lintas, Senin (3/7/2023).
Dari pengeras suara, petugas stasiun terus mengingatkan penumpang agar tetap berhati-hati. Selain memberikan informasi terkait kereta yang akan segera masuk dan stasiun tujuan akhir, petugas juga mengingatkan bahwa jalur penyeberangan khusus disediakan bagi penumpang khusus juga.
Terowongan
Penumpang di luar kategori yang disebutkan harus melalui terowongan (underpass) untuk pindah peron. Ketika masuk stasiun Pondok Ranji, jika hendak ke stasiun akhir Tanah Abang, penumpang harus pindah ke peron 2 dengan melalui terowongan.
Memang, sejumlah stasiun kereta api membuat jalur terowongan bagi penumpang untuk pindah peron. Sejumlah anak tangga harus dituruni lalu berjalan melalui terowongan lalu menaiki tangga lagi. Tangga dibagi dua jalur, kiri dan kanan, dengan pagar pembatas. Yang kiri untuk penumpang yang turun dan kanan untuk penumpang yang naik.
Jika bukan terowongan, untuk pindah peron, penumpang melalui flyover. Hal itu bisa dilihat di Stasiun Tanah Abang atau di Stasiun Palmerah dan Kebayoran Lama.
Terlihat seorang ibu hamil juga diarahkan untuk melalui jalur penyeberangan itu. Petugas tidak langsung membukakan pintu karena ada kereta dari arah Stasiun Kebayoran Lama masuk stasiun.
Ibu hamil itu menunggu sampai kereta diberangkatkan lagi. Setelah kereta meninggalkan stasiun, petugas satpam itu pun mempersilakan ibu hamil untuk menyeberang sambil membuka pintu. Di seberang sudah ada satpam yang bertugas membukakan pintu bagi si ibu.
Keberadaan jalur penyeberangan ini sangat dibutuhkan oleh penumpang berkebutuhan khusus. Penumpang lansia tentu sangat kepayahan ketika harus melalui terowongan saat pindah kereta.
Sebagai informasi, jalur kereta api dari Pondok Ranji hingga bisa mengakses hingga ke Rangkasbitung. Urutan stasiunnya, Stasiun Tanahabang, Palmerah, Kebayoran, Pondokranji, Jurangmangu, Sudimara, Rawabuntu, Serpong, Cisauk, Cicayur, Parungpanjang, Cilejit, Daru, Tenjo, Tigaraksa, Cikoya, Maja, Citeras dan Stasiun terakhir Rangkasbitung.
Sistem transportasi, termasuk kereta api, di Jakarta dan di daerah lain memang terus berbenah. Pelayanan terhadap penumpang sudah makin membaik.
Mengutip Heru Budi Hartono, Pj Gubernur DKI Jakarta, dalam tulisannya di Kompas.id (4/2/2023), berjudul “Jakarta, Kota Bijak dan Cerdas”, bahwa Kota Jakarta akan menyediakan berbagai ruang publik yang ramah bagi kaum difabel.
“Solidaritas antarwarga dapat dilihat di ruang kerja, kecamatan-kecamatan, jalan-jalan, dan sarana transportasi publik. Di berbagai ruang publik tersedia sarana dan akses bagi kaum difabel, juga ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) tempat orang-orang dan keluarga bisa rekreasi dan menikmati hidup, serta transit-oriented development (TOD) yang memang berciri milenial, istimewanya bagi kaum muda. Jakarta semestinya memang unggul dalam meningkatkan kebahagiaan masyarakatnya.”
Meskipun begitu, beberapa keluhan dari pengguna kereta yang diutarakan kepada Majalah Lintas, antara lain, tidak ratanya lantai kereta api dengan lantai peron stasiun. Ini menyulitkan penumpang yang berkursi roda. Kemudian jarak dinding kereta api dan lantai peron masih terlalu lebar dan berpotensi membuat penumpang, terutama anak kecil, kejeblos. (MDF)