Sebagai negara yang medannya terdiri dari gurun yang gersang, Qatar tidak memiliki sumber air permukaan segar dan bercurah hujan rendah. Padahal, tingkat konsumsi air per kapita di Qatar merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Bagaimana negara semenanjung ini memenuhi kebutuhan airnya?
Percepatan pembangunan yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk memberikan tantangan tersendiri bagi Qatar untuk mengelola sumber daya airnya. Pada 1995, jumlah penduduk di Qatar tercatat hanya 500.000 jiwa. Akan tetapi, saat ini, jumlah penduduk mencapai hampir 3 juta jiwa.
Otoritas pengelola sumber daya listrik dan air, Qatar General Water & Electricity Corporation (Kahramaa), dalam keterangan pers. menyebutkan, terjadi peningkatan penggunaan air sebesar 8 persen per tahun selama 20 tahun terakhir. Kahramaa juga memaparkan, pada 2020, tingkat konsumsi air tertinggi sebesar 438 juta galon per hari. Sementara pada 2021 konsumsi mencapai 536 juta galon per hari atau sekitar 500 liter/orang/hari.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kemapanan ekonomi dapat memengaruhi kemapanan sumber daya air. Meskipun Qatar memiliki sumber air alami yang sangat kecil, tetapi karena Qatar merupakan negara yang kaya, mereka mampu menghasilkan air. Seluruh penduduk Qatar dapat menikmati air bersih selama 24 jam setiap hari. Masyarakat tidak merasakan Qatar sebagai negara yang rawan air. Qatar memenuhi kebutuhan airnya melalui tiga sumber, yaitu desalinasi air laut, air tanah, dan air daur ulang.
Desalinasi Air Laut
Air laut merupakan sumber air yang sangat penting bagi Qatar. Sekitar 50 persen kebutuhan air bersih dipenuhi dari air laut yang telah didesalinasi. Sumber ini diperuntukkan bagi masyarakat perkotaan dan industri.
Pemerintah Qatar berinvestasi cukup besar untuk membangun pabrik desalinasi. Saat ini terdapat 3 pabrik utama, yaitu Ras Abu Fontas B-1, Ras Laffan-A, dan Ras Laffan-B, dengan total kapasitas produksi sekitar 2,27 juta meter kubik per hari.
Sebagian besar pabrik desalinasi masih menggunakan teknologi termal, dimana air laut dipanaskan untuk menghasilkan uap air yang kemudian didinginkan sehingga didapatkan air murni. Akan tetapi proses ini membutuhkan banyak energi dan masih menghasilkan larutan garam yang tidak ramah lingkungan.
Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini pemerintah Qatar mulai bergeser pada teknologi reverse osmosis (RO). Dengan metode ini, air laut diproses untuk menghilangkan kotoran, kemudian ditekan melewati membran berpori sehingga cairan terpisah menjadi dua, yaitu air bebas garam dan air garam yang pekat.
Larutan air garam yang pekat diencerkan terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke laut agar tidak merusak lingkungan. Sementara, air yang bebas garam disimpan dalam tangki dan kemudian didistribusikan untuk dikonsumsi.
Teknologi RO ini, selain merupakan yang tercanggih saat ini, juga merupakan proses yang lebih efisien serta ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit.
Air Tanah
Sumber air lain yang juga sangat penting bagi Qatar adalah air tanah. Pasokan air tanah didapatkan dari curah hujan dan aliran air dari negara tetangga, yaitu Kerajaan Arab Saudi. Sekitar 30 persen kebutuhan air di Qatar dipenuhi dari air tanah, peruntukan utamanya adalah untuk pertanian.
Akan tetapi, akuifer, atau lapisan tanah yang mengandung air, sangat terbatas. Kedalaman tabel air bervariasi, antara kurang dari 1 meter di area dekat garis pantai, hingga lebih dari 70 meter di beberapa daerah lain.
Menurut Qatar Environment and Energy Research Institute, laju pengambilan air tanah lima kali lebih besar dari laju perbaruan alaminya sehingga kualitas air tanah semakin lama semakin menurun karena secara alami, saat air tawar diambil, air laut ditarik dari bawah tanah untuk mengisi celah.

Pengukuran kualitas air yang dilakukan di berbagai sumur di Qatar, menunjukkan bahwa 95 persen sampel air tidak cocok untuk irigasi pertanian, dengan lebih dari 60 persen memiliki tingkat salinitas yang akan menyebabkan kerugian pertanian. Dengan demikian, air ini hanya cocok untuk menanam tanaman yang sangat toleran terhadap garam.
Untuk mengelola air tanah agar dapat berkelanjutan, Kahramaa merehabilitasi dan mengaktifkan lebih dari 300 sumur resapan yang ada di sekitar Qatar untuk meningkatkan pengisian ke sistem akuifer. Pada saat yang sama, Kahramaa juga mengembangkan sekitar 60 sumur resapan atau injeksi dan observasi, untuk meningkatkan resapan air hujan langsung ke zona penyimpanan.
Pengelolaan sistem pembaruan air tanah ini tidak mudah dilakukan di Qatar karena sifat bawah tanah yang karst atau berpori sehingga air di permukaan tanah selalu merembes dan mengalir ke dalam tanah. Untuk itu, pada 2019, Kahramaa menganggarkan sekitar 2,6 miliar riyal Qatar untuk proyek-proyek peningkatan zona penyimpanan air tanah dan upaya-upaya peningkatan pengisian ulang (recharge) air tanah pada sistem akuifer.
Air Daur Ulang
Satu-satunya sumber air yang surplus di Qatar adalah air daur ulang, atau hasil dari limbah cair yang diolah. Menurut Ministry of Development, Planning and Statistics, 50 persen air limbah dikumpulkan dan 60 persen di antaranya diolah pada tingkat dasar.
Pada 2019, jumlah air limbah yang diolah mencapai 276 juta meter kubik, atau sekitar 99,3 persen dari total air limbah yang terkumpul.
Air daur ulang ini digunakan untuk pertanian, menyirami lansekap dan taman, serta mengisi danau-danau buatan. Air daur ulang ini juga memiliki peran yang penting dalam industri pendingin (cooling industry). Diperkirakan industry pendingin ini mengkonsumsi hampir 73 juta meter kubik air daur ulang, atau sekitar 17 persen dari permintaan penggunaan air daur ulang.
Dalam strategi pembangunan nasional (national development strategy), Qatar berupaya untuk memperluas penggunaan air daur ulang untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air di kawasan industri. Akan tetapi, saat ini Qatar masih kekurangan infrastruktur untuk menyalurkan air daur ulang kepada para pengguna potensial.
Upaya Preservasi
Sadar akan keterbatasan sumber daya airnya, Qatar terus melakukan upaya-upaya untuk mengamankan ketersediaan air bersih bagi negaranya.
Tercatat, Qatar telah menyusun strategi-strategi yang meliputi regulasi, investasi pengembangan infrastruktur, penelitian, serta kampanye-kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi air. (LCA)
Baca Juga: Ketika Hujan Jadi “Kambing Hitam” Penyebab Banjir