JAMBI, LINTAS – Pada akhir Desember 2023, wilayah Sungai Penuh di Kabupaten Kerinci mengalami banjir besar yang berlangsung dari tanggal 29 hingga 31 Desember. Hujan ekstrem dengan curah hingga 141 mm per hari menjadi penyebab utama bencana ini.
Intensitas hujan yang tinggi dan durasi yang panjang memperparah kondisi, bahkan banjir terus terjadi hingga Januari 2024. Curah hujan mulai meningkat pada 26 Desember dengan intensitas bervariasi antara 40 hingga 100 mm per hari, sehingga air sungai belum sempat surut sebelum hujan kembali turun. Akibatnya, daerah sekitar Sungai Penuh dan Kerinci tetap tergenang air hingga akhir Januari.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VI, David Partonggo Oloan Marpaung menjelaskan selain curah hujan ekstrem, buruknya pengelolaan sampah di sekitar wilayah sungai menjadi salah satu penyebab utama banjir.
Sampah yang menumpuk di aliran sungai menyebabkan sumbatan dan mengganggu aliran air. Infrastruktur pengendali banjir yang ada juga tidak memadai, terutama di Sungai Batang Merawo, sehingga tidak mampu menampung debit air yang besar.
“Di lapangan, kita melihat bagaimana pembuangan sampah yang memperparah sumbatan di sungai. Infrastruktur pengendali banjir juga belum cukup memadai. Tanggul yang ada ternyata tidak mampu menahan debit air, ditambah dengan aktivitas penambangan yang menyebabkan erosi dan sedimentasi. Jadi, penyebabnya multi efek,” ujar David kepada Lintas, Kamis (19/9/2024) di Jambi.
Aktivitas penambangan yang tidak terkendali di sekitar wilayah ini turut memperburuk situasi banjir. Penambangan yang menyebabkan erosi dan sedimentasi mengurangi kapasitas sungai untuk menampung air, sehingga air meluap dan menyebabkan banjir yang berkepanjangan.

Upaya Struktural dan Non-Struktural
Menurut David, sebagai tanggung jawab utama dalam mengelola sumber daya air, BWS Sumatera VI telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi banjir.
Upaya ini mencakup pembangunan infrastruktur pengendali banjir seperti bendungan, kolam retensi, dan tanggul. Namun, David menekankan bahwa upaya struktural semata tidak cukup tanpa didukung oleh upaya non-struktural.
“Kita harus meningkatkan koordinasi antar pihak, termasuk dalam hal perizinan pembukaan lahan dan pengelolaan sampah,” tambah David.
Adapun salah satu rencana yang akan dilakukan adalah pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) regional untuk mengatasi masalah sampah di Kerinci dan Sungai Penuh.
Kolaborasi antara pembangunan infrastruktur fisik dan pengelolaan lingkungan diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di masa depan. Langkah-langkah ini diambil agar wilayah Sungai Penuh lebih siap menghadapi musim hujan berikutnya dan dapat mengurangi dampak banjir yang merugikan masyarakat.
“Dengan adanya kombinasi solusi struktural dan non-struktural, diharapkan ancaman banjir di Sungai Penuh bisa diatasi secara efektif, menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat setempat,” tutur David. (BSP/CHI)
Baca Juga: BWS Sumatera VI Normalisasi Danau Kenali, Tersisa 20 Ribu Meter Kubik Galian Sedimen