JAKARTA, LINTAS — Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal memiliki karakteristik wilayah yang terdiri atas banyak pulau dengan kondisi infrastruktur jalan yang belum sebaik di Pulau Jawa atau Bali. Hal ini membuat keberadaan layanan angkutan perintis, baik laut, udara, maupun darat, menjadi sangat penting untuk mendukung mobilitas masyarakat di daerah tersebut.
Menurut Ki Darmaningtyas, Pengamat Transportasi dari INSTRAN, layanan bus angkutan perintis berperan vital di NTT karena layanan transportasi komersial tidak selalu ekonomis bagi warga.
“Kalau layanan transportasinya bersifat komersial, maka biayanya akan sangat mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat. Karena itu, angkutan perintis amat diperlukan untuk menjamin aksesibilitas warga,” ujarnya dari keterangan tertulis pada Kamis (2/9/2025)
Peran Penting Angkutan Bersubsidi
Darmaningtyas menjelaskan, layanan bus angkutan perintis ditujukan untuk menyediakan transportasi dengan tarif terjangkau namun tetap memberikan keuntungan wajar bagi operator. Selisih antara tarif komersial dan tarif yang dibayar masyarakat ditanggung oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Suatu rute dikategorikan layak menjadi layanan angkutan perintis bila tingkat keterisiannya (load factor) kurang dari 70%. Bila keterisiannya di atas 70%, rute tersebut dapat dikembangkan menjadi layanan komersial.
“Selama masyarakat masih sangat membutuhkan transportasi di rute yang keterisiannya rendah, maka layanan perintis harus tetap dijalankan,” jelasnya.
Saat ini, layanan bus angkutan perintis di NTT beroperasi di tiga pulau utama, yakni Timor, Flores, dan Sumba, dengan rute-rute seperti Kupang–Ayotupas–Besikama (230 km), Ende–Maronggelo (185 km), dan Waingapu–Tabundung (190 km). Sejak 2024, operator swasta seperti PO Sinar Jaya mulai ikut serta melayani angkutan perintis di wilayah tersebut.