Home Berita NHRI dari China Bantu Indonesia Bangun Tanggul Laut dan “Breakwaters”

NHRI dari China Bantu Indonesia Bangun Tanggul Laut dan “Breakwaters”

Share

JAKARTA, LINTAS — Dalam waktu dekat, Nanjing Hydraulic Research Institute (NHRI) akan berkunjung ke Indonesia untuk melakukan kajian tentang rencana kerja sama pembangunan tanggul laut dan pemecah gelombang atau breakwaters. Ini menyusul pertemuan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dengan NHRI di China, beberapa waktu lalu.

Dalam pertemuan tersebut, dikutip dari rilis pers Kementerian PUPR, Basuki bertemu dengan NHRI untuk menjajaki peluang kerja sama pembangunan pemecah gelombang (breakwaters) dan berbagai macam struktur tanggul laut (sea dikes) yang mungkin dapat diterapkan di Indonesia.

Kedatangan NHRI di Indonesia akan meninjau ulang data dan kajian desain dasar yang sudah tersedia yang disusun oleh tim ahli Korea Selatan, Belanda, dan tim Kementerian PUPR.

Basuki menekankan pentingnya dibuat model fisik sea dikes dengan memanfaatkan laboratorium Sumberdaya Air di Bandung dan laboratorium Pantai di Bali Utara.

“Hal ini merupakan transfer of knowledge dari China ke Indonesia. Adapun rencana pembiayaan akan menggunakan skema pinjaman,” tambah Basuki.

Breakwaters tradisional biasanya terbuat dari batu pecah yang dihasilkan dari peledakan gunung, memerlukan waktu lama untuk dibangun dan rentan terhadap kerusakan akibat badai.

Ilustrasi Pemecah Gelombang. | www.aomi.co.jp

Berbentuk “Caisson”

NHRI mengembangkan inovasi baru berupa pemecah gelombang berbentuk caisson, desain atas menyerupai angka delapan dan bagian bawah elips, yang akan ditanam dalam tanah cukup dalam.

Inovasi ini sudah diterapkan di Provinsi Jiangsu, Tiongkok, sepanjang 27 km. Inovasi baru ini lebih berat dan tahan terhadap gelombang, memungkinkan waktu konstruksi tiga kali lebih cepat dan penghematan biaya hingga 30 persen. Selain untuk pemecah gelombang, struktur ini juga dapat digunakan untuk revetment sungai dan sedang dikembangkan untuk kincir angin.

Desain pembangunan pemecah gelombang. | www.aomi.co.jp

Perekayasa Ahli Utama Kementerian PUPR Arie Setiadi mengatakan bahwa Pantai Utara Jawa menghadapi ancaman tenggelamnya area pesisir dengan laju penurunan tanah 15-16 cm per tahun dan masalah tanah lunak yang signifikan.

“Saat ini echosounding dilakukan untuk mengumpulkan data bathimetri dan investigasi tanah dalam perancangan sea dikes sepanjang 22 km dari Bekasi ke Tangerang. Proyek ini dirancang secara terintegrasi dengan tanggul laut yang berfungsi ganda sebagai jalan raya untuk mengurangi kemacetan di Jakarta, dan sebagai bendungan estuari untuk menjadi tampungan air tawar. Namun, perlu perbaikan sanitasi masyarakat terlebih dahulu karena ada 13 sungai yang bermuara di area tersebut, agar tanggul tidak menjadi septic tank,” ujar Arie.

Atas pertemuan teknis ini, Presiden NHRI Dai Liqun mengucapkan terima kasih atas upaya menjalin kerja sama antara Kementerian PUPR dan NHRI. “Segera kami tindak lanjuti,” kata Dai Liqun. (HRZ)

Oleh:

Share

Leave a Comment