Pada akhir 2019 atau sekitar 8 bulan setelah Muhammad Sajjad pindah ke Bangka Belitung (Babel), ia terpilih menjadi anggota Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan pada awal pembentukan Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) Babel di bawah naungan Direktorat Bina Konstruksi. Baginya, setiap balai di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memiliki detail pekerjaan yang menarik dari tahap pengadaan hingga pelaksanaan.
Ketika awal dibentuk, setiap anggota pokja hanya melayani satuan kerja (Satker) sesuai direktorat bernanungnya anggota tersebut. Pokja melayani kebutuhan Satker dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) di bawah Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga. Kemudian, keanggotaan pokja berkembang diisi oleh personel dari direktorat lain sehingga cakupannya melayani seluruh unit organisasi (Unor) yang ada di Kementerian PUPR.
“Unit Layanan Pengadaan (ULP) berkembang, ada perubahan struktural. Jadi, misal pokja Bina Marga juga ada campur orang SDA (Ditjen Sumber Daya Air), ada orang (Ditjen) Cipta Karya-nya. Terus perubahan lagi pembentukan BP2JK yang melayani semua unor,” papar Sajjad (Jumat, 7/7/2023).
Awalnya, Sajjad tidak menguasai ilmu pengadaan barang dan jasa, kemudian ia mendapat pengetahuan tersebut selama bertugas di BP2JK, mulai dari tahap persiapan pengadaan hingga detail pelaksanaan kontrak terkait persyaratan peralatan serta personel. Ilmu ini menjadi bekal Sajjad yang sekarang menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.1 Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II (Satker PJN II) BPJN Babel, terkait salah satu tanggung jawabnya menginventarisasi hasil pengadaan dengan kondisi kenyataan di lapangan.
Ketika berada di BP2JK, Sajjad memiliki ketertarikan pada proses bisnis dan dinamisnya perkembangan peraturan pengadaan barang/jasa. “Mungkin kita melihat ada kekurangan yang kita tutup/tambal dengan peraturan payung hukum dan seterusnya. Jadi, untuk lebih terus berkembang dan semakin baik proses pengadaan di Kementerian PUPR ini,” papar Sajjad.
Sajjad memberi contoh hal spesifik seperti pembuatan kertas kerja di BP2JK dibuat standar yang seragam di seluruh daerah untuk menghindari kesalahan informasi.
‘’Kalo kata Pak Menteri (PUPR), BP2JK itu gerbangnya Kementerian PUPR. Jadi, kalau pengadaannya bagus maka hasil konstruksinya pun bagus,” kutip Sajjad. Para pelaksana pekerjaan fisik di lapangan akan terbantu karena lebih mudah dalam proses kerja dan pengaturan organisasi (proyek).
Pada November 2021, Sajjad mendapat promosi sebagai Kepala Sub Bagian Umum dan Tata Usaha BP2JK Aceh selama 2 bulan. “Cuman nggak lama karena muncul lagi SK tugas balik ke (Ditjen) Bina Marga lagi, tetapi abis itu terjadi kekosongan (penjabat).
Perintah dari pimpinan (Kepala BP2JK Aceh) kalo bisa jangan dilepas, maksudnya tetap dipantau Acehnya,” ujarnya. Sajjad kembali ke Pulau Belitung sebagai PPK 2.1, tetapi masih memantau pekerjaan di BP2JK Aceh. Kondisi bekerja secara jarak jauh membuat Sajjad sungkan kepada pimpinan BP2JK Aceh karena tidak dapat bekerja maksimal dan kemudian posisi yang ditinggalkannya kembali diisi pengganti pada April 2022.
Menurut Sajjad, pekerjaan di Ditjen Bina Marga lebih kepada teknologi pembangunan jalan dan jembatan yang berkembang dengan dinamisasi kasus pada lokasi pelaksanaan proyek. Kondisi infrastruktur jalan dan jembatan di Belitung yang telah masuk kategori mantap sangat ideal untuk percobaan teknologi baru di bidang jalan dan jembatan sebelum diterapkan di daerah lain.
Ia juga sempat belajar tentang pengadaan barang dan jasa menggunakan katalog elektronik (e-Katalog) di BBPJN Jawa Timur- Bali sebelum menerapkan di paket pekerjaan pemeliharaan jalan menyambut pelaksanaan konferensi G20 di Belitung. Pada saat itu, pekerjaan lapis ulang (overlay) aspal sepanjang beberapa kilometer hanya dibutuhkan waktu dua minggu dari pengadaan hingga kontrak dan pekerjaan selesai dalam waktu kurang dari dua bulan.
Pernah di Bank
Pekerjaan administrasi bisnis bukan hal baru bagi Sajjad yang lahir di Jakarta pada 1987. Ia sempat berkarier di bank swasta sesaat setelah lulus sarjana Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2009. “Pengalaman yang cukup menyenangkan sih di bank. Jadi tau bisnis duit itu seperti apa, jualan uang itu seperti apa,” katanya.
Setelah satu tahun bekerja di bank, Sajjad mencoba tes penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) Kementerian PUPR hingga lolos pada akhir 2010. Penempatan awal Sajjad di Satker PJN Bengkulu di bawah naungan BBPJN 3, tetapi hanya dua minggu karena ada perampingan PPK, kemudian lebih banyak berkarier di Sumatera Selatan dan sempat menempuh kuliah pascasarjana di Jurusan Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya (MSTJR) ITB pada 2015.
Sajjad tinggal bersama istri dan putranya di Palembang selama periode 2012 hingga awal 2022, kemudian pindah domisili ke Jakarta. Penugasan yang dinamis di Kementerian PUPR membuat Sajjad harus menjalani long distance marriage (LDM) dengan keluarganya selama beberapa tahun terakhir. Meskipun begitu, teknologi mampu menjembatani mereka untuk dapat komunikasi dengan baik setiap harinya. Tanggung jawab Sajjad dalam pekerjaan tidak menghalangi ia menikmati momen dengan keluarga. Dalam rangka mendukung kesiapan jalan nasional pada arus mudik Hari Raya Idul Fitri di Belitung, Sajjad tidak bisa berkumpul bersama keluarga besar di Jakarta namun ia membawa serta keluarga kecilnya ke Belitung dengan tetap terhubung dengan keluarga besar.
Untuk pengembangan ke depan, Sajjad berkeinginan belajar berbagai teknologi baru terkait pemeliharaan dan pembangunan jalan serta jembatan melalui sejumlah forum pelatihan singkat. Sementara, dalam berkarier ia selalu berusaha memberikan yang terbaik. “Mudah-mudahan kariernya mengikuti,” pungkas Sajjad.
Baca Juga: Joko Sidik Purnomo Ingin Tuntaskan Infrastruktur untuk Warga Babel