Jakarta, Info Babel — Pendekatan melalui komunikasi persuasif terhadap masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan pekerjaan selesai tepat waktu. Cara tersebut dibuktikan, Leni Suwaini, ST, MT, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.3, Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Provinsi Bangka Belitung.
Itulah segurat cerita pengalaman Leni, menjawab tantangan menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul ketika akan memulai pekerjaan baru, dalam wawancara online kepada Lintas, Senin (21/3/2022).
Ia menceritakan situasi menghadapi penolakan dari masyarakat setempat saat menangani proyek pembangunan trotoar dalam kota Pangkalpinang-Sungailiat di tahun 2021.
“Banyak bangunan liar, masyarakat menolak dilakukan pembongkaran, pendekatan dengan komunikasi persuasif merupakan langkah yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,” ujar Leni.
Seolah menjawab tantangan, ibu dua anak yang bekerja di tengah lingkungan kerja yang didominasi laki-laki tidak menyurutkan motivasinya dalam bekerja.
“Penyesuaian diri merupakan kunci utama, sebagai perempuan yang berada di lingkungan kerja yang mayoritas laki laki, bagaimana kita menempatkan posisi dan menjaga sikap bahwa kita adalah perempuan,” ungkap Leni.
Menurut Leni Suwaini, suasana kekeluargaan di Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Bangka Belitung, kerja sama tim PPK 1.3, dukungan dari Kepala Satker (Kasatker) PJN Wilayah I dan Kepala Balai PJN Bangka Belitung, menjadi semangat selama mengemban tugas sebagai Pejabat Pembuat Komitmen 1.3 Bangka Belitung, sehingga pekerjaan dan tanggung jawab yang berat menjadi lebih ringan.
“Semua permasalahan baik di lapangan maupun di kantor bisa disampaikan dan didiskusikan dengan para Kasi, Kasatker dan Kepala Balai” ujarnya.
Setidaknya 14 tahun mengabdikan diri di Kementerian PUPR, mempunyai banyak pengalaman baru, seperti terjadi beberapa waktu lalu, ketika harus berhadapan dengan pedagang kaki lima di sepanjang lokasi pembangunan trotoar di Kota Pangkal Pinang dan Sungai Liat di Kepulauan Bangka Belitung.
“Kami melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat terkait banyaknya pedagang kali lima yang berdiri di sepanjang bahu jalan, kemudian saya dan tim juga turun langsung untuk menjelaskan kepada masyarakat. Alhamdullilah, semua persoalan dapat diselesaikan tepat waktu dan kondisi sekarang sudah lebih baik” ungkap Leni.
Pengalaman tersebut sejalan dengan keseharian Leni dalam lingkungan keluarga. Ia sangat menekankan pentingnya komunikasi dengan keluarga, ayah, ibu, suami dan kedua putranya yang sudah mulai beranjak dewasa.
“Anak-anak harus dekat dengan kita (orangtua), jarak bukan menjadi penghalang untuk menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga,” pungkasnya.
Jauh dari keluarga bukanlah hambatan bagi Leni untuk terus bekerja. Dukungan keluarga serta saling percaya, khususnya suami dan anak-anak menjadi motivasi utama dalam bekerja.
“Kepercayaan dan dukungan keluarga adalah kunci utama kesuksesan dalam bekerja” ungkap Leni.
Leni sebagai anak bungsu bisa dibilang mandiri. Hal ini tak lepas dari nasihat orangtua yang selalu mengingatkan dirinya, bahwa perempuan itu harus mandiri, harus punya cita-cita yang tinggi.
“Saya selalu ingat nasihat orangtua saya sampai sekarang. Dan nasihat tersebut dilanjutkan kepada anak-anak saya.”
“Perempuan harus punya cita-cita dan mimpi, jangan menyerah sampai mendapatkan apa yang menjadi tujuan hidup kita. Bermimpi dengan harapan, bahwa mimpi itu adalah sesuatu yang harus kita digapai, dan berjuang agar mimpi itu dapat terwujud,” pesan Leni, menutup wawancara online bersama Lintas. (*)
Baca juga: Dina Febriniputri: Menjadi Kartini yang Tangguh dan Bisa Mandiri