MAKASSAR, LINTAS – Jalur kereta api Makassar–Parepare yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan merupakan langkah awal dalam pembangunan Jaringan Kereta Api Nasional Trans Sulawesi.
Proyek ini dimulai dari Provinsi Sulawesi Selatan, yang dikenal memiliki volume perjalanan penumpang dan barang terbesar di Pulau Sulawesi.
Kepala Balai Pengelola Kereta Api, Ir. Deby Hospital, ST, MSc, menjelaskan bahwa jalur utama (mainline) kereta api sepanjang 142 km ini akan melintasi beberapa pelabuhan dan kawasan industri semen, sehingga menjadi simpul baru dalam jaringan transportasi multimoda di Sulawesi Selatan.
“Pembangunan ini juga sejalan dengan visi “Nawacita” pemerintah dalam mewujudkan kemandirian ekonomi di pulau Sulawesi, khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan,” kata Deby kepada Lintas.
Deby menambahkan bahwa Sulawesi Selatan, sebagai etalase Indonesia Timur, membutuhkan konektivitas antar moda yang baik guna memberikan alternatif transportasi yang efisien bagi masyarakat.
Dengan adanya konektivitas yang lebih baik antara daerah, diharapkan dapat memudahkan pergerakan orang dan komoditas, yang pada akhirnya akan mendorong perkembangan masyarakat dan perekonomian di wilayah ini.
Kereta api di Sulawesi Selatan akan menggunakan teknologi Grade of Automation (GoA) level 0, di mana kereta dikendalikan sepenuhnya oleh masinis secara manual. Selain itu, sistem persinyalan Fixed Block akan digunakan untuk menjaga jarak aman antar kereta.
Lebar rel yang digunakan adalah 1.435 mm (Standart Gauge), yang dikenal memberikan stabilitas lebih baik sehingga memungkinkan kereta api untuk melaju dengan kecepatan lebih tinggi dan mengurangi risiko kecelakaan.
Teknologi perkeretaapian dunia saat ini, hampir 60 persen menggunakan lebar rel 1.435 mm, digunakan di Eropa, Amerika Utara, Tiongkok, Australia dan Timur Tengah. Di Indonesia lebar rel 1.435 mm digunakan di Aceh, kereta cepat Jakarta Bandung (WHOOSH), LRT Jabodetabek.
Keuntungan lebar spoor 1.435 mm di Sulawesi mampu memberikan kestabilan lebih baik sehingga kecepatan kereta api bisa lebih tinggi dan mengurangi potensi terjadinya insiden kereta anjlok atau tergelincir keluar rel dibandingkan dengan rel berjenis spoor sempit.
Sementara itu PT Celebes Railway Indonesia akan bertanggung jawab atas operasional layanan KA Sulsel, dengan tenaga kerja yang sebagian besar adalah lulusan sekolah teknik kedinasan Kementerian Perhubungan.
PT KAI juga bekerja sama dengan PT Sulsel Citra Indonesia dan PT Angkasa Pura Support untuk penyediaan tenaga kebersihan, keamanan, dan pelayanan di stasiun, yang sebagian besar berasal dari warga lokal Sulawesi Selatan.
“Penggunaan kereta api ini diharapkan dapat menghemat waktu tempuh hingga 1,5 kali lebih cepat dibandingkan perjalanan melalui jalan raya. Selain itu, kereta api juga diharapkan dapat menciptakan perilaku masyarakat yang lebih mandiri dan disiplin, serta mengurangi angka kecelakaan di jalan raya,” tutur Deby.
Dampak ekonomi dari pembangunan jalur kereta api ini juga signifikan, terutama dalam pengembangan UMKM di stasiun-stasiun pemberhentian. Sebelum pengoperasian, proyek ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 6.164 orang selama masa pembangunan.
Dengan potensi angkutan penumpang yang tinggi dan pertumbuhan penduduk di atas 8,7 persen per tahun, kereta api ini diharapkan dapat menghemat biaya transportasi dan mengurangi kerusakan jalan akibat muatan berlebih dari angkutan darat lainnya.
“Pembangunan jalur kereta api Makassar–Parepare ini menjadi tonggak penting dalam upaya meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan,” ujar Deby. (AGN/DPR/RYN)
Baca Juga: