Warga Jakarta yang peduli banjir tentu mengenal nama Bendung Katulampa di aliran Sungai Ciliwung, tepatnya di Kota Bogor. Semula bendung Katulampa yang berdiri sejak tahun 1911 berfungsi sebagai irigasi persawahan dibagian hilirnya, namun kini lebih banyak berperan sebagai barometer/indikator peringatan dini banjir yang akan mengalir ke daerah di bagian hilirnya di Depok dan Jakarta.
Sungai Ciliwung yang mengalir dari Puncak tepatnya di Situ Cisaat di kawasan Gunung Mas melalui Kota Bogor Depok dan Jakarta kerap menimbulkan bencana banjir akibat luapan sungai, baik di dibagian hulu maupun hilir.
Untuk kejadian banjir di bagian hilir (Depok dan Jakarta) ketinggian muka air sungai selalu dipantau secara “real time” dari Bendung Katulampa oleh petugas bendung yang cukup dikenal masyarakat dan kerap muncul di media bernama Andi Sudirman.
Laporan ketinggian muka air di Bendung Katulampa disampaikan sesuai dengan tingkat bahaya banjir yang terjadi. Informasi ini sangat berguna bagi aparat dan masyarakat untuk mengantisipasi dan mempersiapkan dampak banjir yang akan datang dalam hitungan jam di daerah/kawasannya masing-masing.
Sebagaimana diketahui perjalanan aliran banjir dari Bendung Katulampa ke Jakarta memerlukan waktu sekitar 8-9 jam dan ke Depok butuh waktu sekitar 3 jam. Informasi tingkat bahaya banjir disampaikan dalam bentuk status siaga banjir.
Dihitung tinggi muka air di atas mercu bendung kurang dari 80 cm (mulai siaga IV), kemudian siaga III (80-120 cm), siaga II (120-200 cm), dan yang paling tinggi siaga I (di atas 200 cm).
Baca Juga: Dua Bendungan di Puncak Redam Banjir 2,3 Juta m3 yang Akan Masuk Jakarta
Kejadian banjir yang menimpa warga Jakarta Senin (3/3/2025) yang baru lalu, terpantau ketinggian muka air di Bendung Katulampa sempat mencapai siaga I, sekalipun kemudian mengalami penurunan sampai siaga IV.
Menurut Andi penyebab banjir ketika itu lebih banyak disebabkan oleh aliran Sungai Ciliwung yang didominasi oleh aliran dari anak Sungai Ciliwung (Ciesek).
Sungai Ciesek bermuara di Sungai Ciliwung di ruas antara Bendungan Ciawi-Sukamahi dengan Bendung Katulampa, sehingga di luar sistem Bendungan Ciawi-Sukamahi.
Oleh karenanya, ketika ditanya tentang keberadaan ke dua bendungan di hulu, Andi bersyukkur dengan adanya kedua bendungan dapat mengurangi debit banjir yang mengalir ke Bendung Katulampa.
“Bila tidak ada kedua bendungan, banjir yang kemarin terjadi bisa lebih besar dari status siaga I dan akan berakibat fatal terhadap kehidupan masyarakat di hilir serta terhadap konstruksi bendung itu sendiri,” ujar Andi yang sudah bertugas selama 40 tahun sebagai penjaga bendung Katulampa. (MAL)
1 comment
Lintas mantap