Home Fitur Bandara Paling Ramah Lingkungan Sejagat, Menggunakan 100 Persen Bahan Daur Ulang

Bandara Paling Ramah Lingkungan Sejagat, Menggunakan 100 Persen Bahan Daur Ulang

Share

Keberlanjutan dan penghematan energi telah menjadi perhatian banyak orang dan lembaga selama beberapa dekade terakhir. Hal itu lantas diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, juga dalam pembangunan infrastruktur. Salah satu yang menerapkan konsep keberlanjutan ini adalah Bandar Udara (Bandara) Baltra. Di manakah letak Bandara Baltra dan apa yang dilakukannya?

Sejarah Bandara Baltra

Bandara Baltra terletak di Isla Baltra, Kepulauan Galapagos, Ekuador. Dibangun di atas bekas pangkalan militer Amerika Serikat selama masa Perang Dunia (PD) II.

Sebelum dikenal dengan nama Baltra, bandara ini disebut Lapangan Udara Pulau Seymour. Digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (USAAF) sebagai pangkalan pertahanan untuk mengamankan garis pantai Amerika Selatan dan Terusan Panama dari kapal selam Jepang selama PD II, dikutip dari Historytimelines.co.

Bandara Baltra, adalah bandara paling ramah lingkungan, karena menggunakan 100 Persen bahan daur ulang. Dok/Istimewa

Pasukan Amerika Serikat tiba di Seymour pada April 1942. Menyusul usainya PD II, pada September 1945, sebagian besar pasukan Amerika Serikat ditarik dari pangkalan militer ini. Fasilitas militer kemudian dinonaktifkan pada April 1946, disusul unit komunikasi pada Februari 1948.

Pasca menarik pasukannya, Amerika Serikat menyerahkan pangkalan ini kepada Pemerintah Ekuador. Pemerintah Ekuador kemudian menggunakan infrastruktur yang tersisa di pangkalan ini untuk kegiatan penerbangan komersial mulai tahun 1963, dikutip dari Airport-technology.com.

Setelah menjadi bandara komersial, bandara ini berfungsi sebagai pintu gerbang penting bagi pengunjung dan peneliti yang menjelajahi ekosistem unik Galapagos. Hingga tahun 1985, Bandara Baltra adalah satu-satunya bandara yang melayani seluruh Kepulauan Galapagos, dikutip dari Aeroaffaires.com.

Perkembangan selanjutnya, pada Juli 2008, Pemerintah Ekuador membuka penawaran internasional untuk pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaan Bandara Seymour. Tender dimenangkan oleh Corporación América Airports (CAAP). Lalu, pada April 2011, Ecogal, anak perusahaan CAAP diberikan konsesi selama 15 tahun oleh Pemerintah Ekuador untuk mengoperasikan bandara bernilai sekitar 35 juta dollar AS ini, dikutip dari Airport-technology.com.

Bahan Ramah Lingkungan

Pascamemenangkan tender dan mendapat konsesi, Ecogal menetapkan tujuan yang ambisius, yakni membangun bandara yang 100 persen ramah lingkungan, yang akan berkontribusi dalam mempertahankan Kepulauan Galapagos sebagai Situs Warisan Dunia.

Desain dan konstruksi bandara yang memiliki landasan pacu tunggal dengan permukaan aspal sepanjang 2.401 meter dan lebar 35 meter, yang diberi nama 14/32, ini dibuat dengan mempertimbangkan lingkungan sekitar sehingga menciptakan dampak minimal terhadap ekosistem, sesuai dengan peraturan US Green Building Council (USGBC), dikutip dari Airporttechnology.com.

Pembangunan bandara mengadaptasi konstruksi yang memanfaatkan alam semaksimal mungkin, yakni memanfaatkan lingkungan, matahari, dan angin di Pulau Baltra untuk menghasilkan energi terbarukan.

Untuk mencapai penghematan energi, bandara berdaya tampung sekitar 300.000 penumpang per tahun dan hanya melakukan pendaratan atau lepas landas pada siang hari, dikutip dari Airport-technology.com, ini seluruhnya dibangun dari bahan daur ulang dan ramah lingkungan.

Kayu dan batu vulkanik digunakan sebagai dasar struktur bandara. Lalu, panel surya dan 3 turbin angin digunakan sebagai penghasil energi bandara, dikutip dari Aeroaffaires.com.

Bandara Baltra, adalah bandara paling ramah lingkungan, karena menggunakan 100 Persen bahan daur ulang. Dok/Istimewa

Pemasangan sistem tenaga surya ini menandai tonggak penting dalam komitmen Bandara Baltra terhadap pelestarian lingkungan, dikutip dari Hitorytimelines.co.

Adapun terminal bandara seluas 6.000 meter persegi, yang dibangun pada tahun 2012 dengan biaya lebih dari 24 juta dollar AS, menggunakan tabung baja daur ulang yang diperoleh dari aktivitas pengeboran minyak di wilayah Amazon.

Terminal baru dibangun menggunakan 80 persen material daur ulang. Bahan-bahan tersebut, termasuk batu dan kayu, diambil dari terminal lama. Air dari wastafel dan toilet pun diolah dan digunakan kembali untuk mengairi tanaman di sekitarnya, dikutip dari Airport-technology.com.

Sementara, untuk mencukupi kebutuhan airnya, Bandara Baltra menggunakan desalinasi air laut, yakni proses membuat air asin menjadi air tawar dengan cara sederhana menghilangkan garam dari badan air.

Penerapan konsep hemat energi ini berdampak sebagian besar ruangan di dalam gedung terminal tidak memiliki air conditioner (AC). Untuk menyiasati kondisi tetap nyaman sepanjang tahun, maka desain bioklimatik diintegrasikan pada bandara. Orientasi terminal baru dan optimalisasi cahaya alami serta ventilasi alami meminimalkan kebutuhan energi.

Menerima Penghargaan Leed Gold

Karena komitmen dan konsistensi Bandara Baltra menggunakan teknologi ramah lingkungan, yakni bahan ekologis dan daur ulang, maka Bandara Baltra mendapat pengakuan sebagai bandara ekologis pertama di dunia. Hal ini juga yang membuatnya diganjar penghargaan Leed Gold pada tahun 2014.

Penghargaan Leed Gold diberikan oleh United States Green Building Council (USGBC) atas desain dan konstruksi yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan energi, penerangan, konsumsi air, dan penggunaan bahan ekologis dan daur ulang, dikutip dari Aeroaffaires.com.

Adapun Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) adalah sistem pemeringkatan bangunan ramah lingkungan yang paling banyak digunakan di dunia, dikutip dari Usgbc.org.

Selain mendapat Leed Gold, Bandara Baltra juga menjadi bandara pertama di Amerika Latin dan Karibia yang memperoleh sertifikat Netral Karbon. Penghargaan ini diberikan oleh Airports Council International (ACI) atas keberhasilan bandara mengelola, mengurangi, dan mengimbangi seluruh emisi karbon yang dihasilkan oleh operasinya, dikutip dari Ecogal.aero.

Turunkan Emisi Karbon

Praktik bangunan ramah lingkungan menjadi lebih penting dari sebelumnya. Bangunan ramah lingkungan dinilai menghemat uang, meningkatkan efisiensi, menurunkan emisi karbon, dan menciptakan tempat yang lebih sehat bagi manusia.

Hal ini sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim dan memenuhi tujuan-tujuan Environmental, Social, and Governance (ESG), meningkatkan ketahanan, dan mendukung masyarakat yang lebih adil, dikutip dari Usgbc.org.

Berbicara tentang pembangunan berkelanjutan, Indonesia juga tak ketinggalan. Pembangunan di Indonesia telah mulai menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan, khususnya di Ibu Kota Nusantara atau IKN. (MSH)

Baca Juga: MRT Jakarta Siapkan Sistem Pembayaran Martipay, Agustus Diluncurkan

Share

Leave a Comment

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.