Sambas, Lintas – Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Barat melalui Satuan Kerja Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok secara bertahap membangun jalan paralel perbatasan di Kalimantan Barat. Salah satunya adalah ruas Temajuk – Aruk sepanjang 61,93 Km yang masuk dalam Kabupaten Sambas.
“Saat ini masih berjalan 1 (satu) paket pembangunan jalan untuk wilayah Temajuk – Aruk, yaitu Pembangunan Jalan Temajuk – Aruk (MYC) yang akan ditargetkan selesai pada akhir Desember 2022,” demikian disampaikan Windiarto Abisetyo, ST. selaku PPK Perbatasan 1 Provinsi Kalimantan Barat.
M.Yusuf selaku Ass.Perencanaan & Pemograman Satker Paralel Perbatasan Prov. Kalimantan Barat saat meninjau ke lapangan
Menurutnya, secara umum seluruh ruas jalan dibawah pengelolaan PPK Perbatasan 1 Prov. Kalimantan Barat sudah fungsional dan dapat dilewati, namun pada ruas Temajuk – Aruk masih dalam proses pekerjaan meningkatkan kondisi tanah menjadi aspal. Sedangkan pada ruas Aruk – Bts. Kec. Siding/Seluas sepanjang 525 meter masih berupa jalan tanah.
“Curah hujan yang cukup tinggi juga menjadi tantangan tersendiri karena akan mengakibatkan jalan akses yang sedang dalam proses penurunan grade menjadi licin dan terhambat,” ujarnya.
Meski demikian, pembangunan jalan ruas Temajuk – Aruk diharapkan dapat tuntas sesuai target yang ditentukan, sehingga dapat menjadi wajah pembangunan Indonesia yang dapat dibanggakan dan akan meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat di wilayah perbatasan.
M.Yusuf selaku Assisten Perencanaan dan Pemrograman Satker Pararel Perbatasan Nanga Badau Entikong Aruk Temajuk menambahkan paket peningkatan struktur jalan mulai dari Temajuk menuju PLBN Perbatasan Aruk di programkan selesai tahun 2022.
Adapun maksud dan tujuan dibangunnya pembangunan jalan ini agar dapat mengurangi waktu tempuh dan mobilisasi yang sangat berpengaruh ke masyarakat sekitar yang berada di dusun Naswangsang.
Ruas Jalan Temajuk – Aruk diharapkan dapat tuntas agar dapat ditempuh dengan waktu singkat
“Dimana semula pada umumnya masyarakat disini sebelumnya harus memakan waktu kurang lebih 1 hari untuk kerumah sakit yang hanya ada di Ibu Kota Sambas dengan menggunakan jalur lalu lintas air untuk menuju Pusat Kota tersebut dengan jalan perbatasan ini bisa lebih cepat hanya dengan memakan waktu 3 jam,” jelasnya.
Lanjutnya, begitu juga untuk mobilisasi hasil pertanian yang awalnya bisa satu hari bahkan kadang bermalam dijalan karena mobilisasi lewat sungai, dengan adanya jalan ini sekarang bisa ditempuh dengan waktu tempuh yang sangat singkat bisa 2-3 jam kalau angkutan berat.
Sementara untuk kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah masalah material, karena sekarang diwajibkan semua material yang digunakan itu harus menggunakan IUP.
“Jadi ada kendala dari segi waktu untuk mobilitas material, karena material yang mempunyai IUP itu jauh dari lokasi penanganan pekerjaan. Itu kendala kita, sehingga dengan segala upaya kita bagaimana material itu bisa cepat sampai di lokasi pekerjaan,” tutupnya.
