JAKARTA, LINTAS – Ada yang unik dari Jalan Tol Sibanceh dengan panjang 74,2 km dan 6 seksi ini, yakni dilengkapi dengan 12 terowongan reptil, 2 jembatan primata, dan 1 underpass gajah. Ini dibuat untuk menjaga kelestarian satwa di sekitar Jalan Tol Sibanceh.
Jalan Tol Sibanceh–singkatan dari Jalan Tol Sigli–Banda Aceh–adalah jalan tol pertama di Provinsi Aceh dan merupakan bagian dari Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS). Paket ini yang merupakan proyek strategis nasional (PSN).
Saksikan Video Liputan Lintas soal Jalan Tol Sibanceh
Jalan Tol Sibanceh dibangun berdasarkan kebijakan Pemerintah Provinsi Aceh yang diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo, pada 14 Desember 2018. Pembukaan jalan tol ini merupakan implementasi poin ketiga Nawacita, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran, dengan memberikan prioritas lebih untuk pembangunan infrastruktur fisik di daerah yang masuk kategori 3T, yaitu terluar, terdepan, dan tertinggal. Pembukaan Jalan Tol Sibanceh diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 25 Agustus 2020.
Pembangunan Jalan Tol Sigli–Banda Aceh, khususnya dan JTTS pada umumnya, merupakan kerja bersama semua pemangku kepentingan dan melibatkan baik instansi vertikal maupun Pemerintah Daerah seperti Menko Perekonomian, KPPIP, Kementerian PUPR, BPN, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan yang lainnya.
Jalan Tol Sibanceh terdiri dari 6 seksi, yakni Seksi I (Padang Tiji-Seulimeum) 24,67 km, Seksi II (Seulimeum-Jantho) 6.35 km, Seksi III (Jantho – Indrapuri) 16 km, Seksi IV (Indrapuri-Blang Bintang) 13.5 Km; Seksi V (Blang Bintang-Kuta Baro) 7.7 km, dan Seksi VI (Kuta Baro-Baitussalam) 5 km.
Dari 6 seksi yang direncanakan 5 seksi telah selesai dan telah beroperasi, yakni seksi II-VI dengan total panjang 48,5 km. Seksi I (Padang Tiji-Seulimeum) masih dalam tahap konstruksi dan direncanakan akan rampung pada September 2024 ini.
Adapun yang ditugaskan pemerintah untuk membangun Jalan Tol Sibanceh ini adalah PT Hutama Karya (Persero). Slamet Sudrajat, Direktur Proyek PT Hutama Karya, mengatakan bahwa pembangunan Seksi I (Padang Tiji-Seulimeum) terkendala oleh ketersediaan lahan yang diperlukan untuk pembangunan jalan tol ini.
Saat ditemui oleh Lintas di lokasi, Slamet mengatakan, diperlukan tambahan lahan seluas 18,65 hektar yang diperuntukkan sebagai relokasi sungai dan jalan desa. Agar pembangunan Jalan Tol Sibanceh ini selesai sesuai rencana, lahan yang dibutuhkan harus segera ditetapkan sehingga pengerjaannya dapat segera dilakukan, kata Slamet.
Dampak Jalan Tol Sibanceh
Supartien Komaladewi–yang disapa Dewi–dari Tim Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan, Jalan Tol Sibanceh ini diharapkan dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Sigli. “Kedatangan para wisatawan ke Sigli tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sigli,” kata Dewi.
Sebab, keberadaan Jalan Tol Sibanceh ini mampu memangkas jarak dan waktu tempuh perjalanan dari Banda Aceh menuju Sigli dari sekitar 3 jam menjadi hanya 1 jam perjalanan.
Selain itu, secara ekonomi, Jalan Tol Sibanceh–yang dibangun dengan anggaran Rp 12,5 triliun–ini juga diharapkan meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat Sigli-Aceh. (MSH)