Sistem transportasi kereta api (KA) di Indonesia menghadapi tantangan yang masih banyak. Padahal, moda transportasi berbasis rel ini semakin dibutuhkan masyarakat untuk menembus kemacetan dan mengejar ketepatan waktu.
“Tantangan sistem transportasi KA di Indonesia yakni butuh penambahan rute dan ini memerlukan biaya sangat besar karena harus membebaskan lahan perkotaan yang sangat mahal,” kata Pengamat Transportasi Kereta Api Moch S Hendrowijono dalam perbincangan di Podcast MeLintas dengan host Paul Ames Halomoan Siahaan, Selasa (20/2/2023).

Makanya, menurut Hendro, pengelolaan jaringan KA diserahkan Pemerintah kepada BUMN. Karena Pemerintah sendiri belum sanggup membangun lalu mengelola, kecuali MRT Jakarta dan LRT Jakarta yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Tantangan lain di lapangan terutama untuk kereta yang berada di jaringan selevel dengan tanah. Gangguan sosialnya sangat banyak, seperti pelintasan sebidang yang menimbulkan kecelakaan dan memakan korban jiwa.
Hal ini menjadi tantangan berat, terutama bagi KA jarak jauh, dan membuat tidak maksimal dalam beroperasi.
Biaya Besar Pengembangan Infrastruktur Kereta Api
Selain itu, mengembangkan infrastruktur KA juga membutuhkan biaya besar. Seperti biaya modal pembangunan Kereta Cepat Whoosh, juga MRT Jakarta yang harus membuat terowongan.
Whoosh memerlukan bantuan asing untuk teknologi dan permodalannya, di mana dalam perjalanannya muncul biaya tambahan (overrun) yang tidak murah.

Pembangunan jalur Whoosh antara Stasiun Halim di Jakarta Timur hingga Tegalluar di Bandung timur sejauh 142,3 km ditaksir biaya awalnya Rp 91,8 triliun, tapi membengkak jadi Rp 110 triliun lebih sehingga membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki utang besar.
“Sampai saat ini, penumpang Kereta Cepat Whoosh masih dalam taraf mencoba karena masih baru. Rutenya (Jakarta-Bandung) sama sehingga bisa mengancam rute primadona KA sebelumnya (Argo Parahyangan),” lanjut Hendro.
Whoosh yang sempat dikenal dengan nama Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) telah beroperasi secara komersial sejak 17 Oktober 2023.
Beberapa promo yang dilakukan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sempat membuat jumlah penumpang Whoosh meningkat pesat.

Tapi, belakangan ini jumlah penumpang Whoosh mulai menurun, kecuali di hari libur akhir pekan maupun hari besar.
Pemberlakuan Tarif Dinamis dengan harga paling murah Rp 150.000 di jam-jam tertentu diharapkan bisa mengatrol kembali jumlah penumpang Whoosh.
Sementara itu, KA tradisional dengan rute sama Argo Parahyangan dengan tarif nyaris sama Whoosh Kelas Ekonomi, mengalami pengurangan jumlah keberangkatan, disinyalir untuk memperbanyak penumpang Whoosh. Meski ini dibantah oleh pihak KAI.
Untuk perbincangan menarik tentang Tantangan Sistem Transportasi Kereta Api di Indonesia, simak selengkapnya di Podcast MeLintas di channel youtube Majalah Lintas. Segera!
(EDW)
Baca Juga: Urgensi Moda Transportasi Kereta Api





