Selama satu dekade terakhir, Indonesia telah meletakkan tonggak sejarah dalam pembangunan infrastruktur jalan tol yang menghubungkan Pulau Sumatera secara menyeluruh. Pada Hari Ulang tahun (HUT) ke-63 PT Hutama Karya, kita merayakan pencapaian luar biasa dalam pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS), sebuah proyek ambisius yang telah membawa transformasi signifikan bagi masyarakat dan perekonomian.
Dalam usia yang ke-63 ini, PT Hutama Karya sudah sepantasnya tidak hanya merayakan pencapaian membangun JTTS, tetapi juga momen untuk merenungkan perjalanan yang telah dilalui.
Sepuluh tahun yang lalu, bahkan jauh sebelumnya, wacana tentang sebuah jalan tol yang menghubungkan ujung barat hingga ujung timur Sumatera mungkin masih terdengar seperti impian yang jauh dari realitas. Namun, dengan tekad, kerja keras, dan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, impian itu telah menjadi kenyataan.
Pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin pun menerbitkan Peraturan Presiden No 100 Tahun 2014 yang kemudian diubah dengan Peraturan Presiden No 117 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Jalan di Sumatera. PT Hutama Karya menerima amanah itu dan mulai membangun Jalan Tol Trans-Sumatera tersebut.
Dengan total panjang jalan tol mencapai lebih dari 2.700 kilometer, JTTS telah membawa dampak yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur Sumatera. Hingga saat ini, progres pembangunan JTTS telah mencapai lebih dari 80 persen, dengan sebagian besar ruas jalan tol telah beroperasi secara penuh atau dalam tahap akhir konstruksi.
Seperti diberitakan majalahlintas.com, PT Hutama Karya (HK) terus melanjutkan pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) dengan menargetkan seluruh jalan tol tahap I tuntas sepanjang 972 km pada tahun 2024.
Adapun Tahap I itu rinciannya Jalan Tol Sigli–Banda Aceh Seksi I Padang Tidji–Seulimum sepanjang 25 km; Jalan Tol Binjai–Langsa Seksi III Tanjung Pura–Pangkalan Brandan sepanjang 19 km; Jalan Tol Indrapura–Kisaran Seksi II Lima Puluh–Kisaran sepanjang 32 km; Jalan Tol Kuala Tanjung–Tebing Tinggi–Parapat Seksi III dan IV Tebing Tinggi–Pematang Siantar sepanjang 58 km; Jalan Tol Padang–Pekanbaru Seksi I Padang–Sicincin sepanjang 37 km, dan Seksi V Bangkinang–Pangkalan Tahap I (Bangkinang–Koto Kampar) sepanjang 25 km.
Dampak Positif
Tidak hanya itu, JTTS juga telah memberikan dampak positif yang nyata bagi perekonomian regional dan nasional. Menurut data terbaru, dengan adanya JTTS, waktu tempuh dari Lampung ke Aceh dapat dipangkas hingga 60 jam. Jadi, perjalanan yang biasanya memakan waktu berhari-hari, kini bisa ditempuh dalam waktu yang jauh lebih singkat berkat keberadaan JTTS. Ini sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi waktu dan mempercepat konektivitas antarwilayah di Pulau Sumatera.
Selain itu, JTTS otomatis meningkatkan mobilitas barang dan orang, serta membuka peluang investasi dan pengembangan bisnis di sepanjang koridor jalan tol.
Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Berbagai tantangan teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi telah dihadapi dan diatasi dengan kerja keras dan ketekunan. Dalam prosesnya, pembangunan JTTS telah memberikan banyak pelajaran berharga tentang pentingnya kesinambungan, partisipasi masyarakat, serta perlunya menjaga harmoni antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.
Salah satu keberhasilan yang dilakukan oleh PT Hutama Karya, yakni menjamin keberlanjutan satwa dan lingkungan di sekitar proyek JTTS. Sebagai contoh, Jalan Tol Pekanbaru–Dumai telah menjadi jalan tol pertama di dunia dengan fasilitas lintas bawah (underpass) khusus gajah.
Banyak kalangan mengapresiasi inisiatif dan terobosan yang dilakukan oleh PT Hutama Karya, terlebih-lebih para pencinta lingkungan hidup. Bahkan, Presiden Jokowi saat meresmikan ruas ini, datang menyaksikan langsung saat gajah melintas memanfaatkan underpass khusus tersebut.
Pada momen perayaan HUT ke-63 dan bertepatan 10 tahun pembangunan JTTS, PT Hutama Karya sudah pada jalur yang tepat terbukti dengan berbagai penghargaan yang diterima sepanjang 10 tahun terakhir.
Salah satu PT Hutama Karya (Persero) meraih sejumlah penghargaan bergengsi di bidang konstruksi digital, seperti The Best Paper Research International Awardterkait Analisis Reduksi Emisi Karbon-Proyek Bendungan Semantok untuk kategori Environmental Sustainability pada kompetisi ke-23 International Conference on Construction Applications of Virtual Reality, di Florence, Italia
Lalu, Juara 1 Infrastructure Category-Proyek Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) Ruas Sigli–Banda Aceh pada kompetisi ASEAN Federation of Engineering Organizations (AFEO) BIM Competition 2023, di Bali (23/11/2023).
Penghargaan ini menegaskan dan memperkuat posisi Hutama Karya di industri konstruksi sebagai leader yang kreatif dan inovatif.
Tugas menyelesaikan JTTS hingga tuntas sudah membentang di depan mata. Keberhasilan yang sudah diraup adalah modal utama PT Hutama Karya dalam melangkah membangun negeri. Kerja sama bersama pemerintah, baik pusat dan daerah, serta dukungan dari masyarakat akan meringankan langkah menyambungkan Pulau Sumatera.
Infrastruktur, selain mempermudah konektivitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga menjadi warisan bagi generasi selanjutnya untuk dimudahkan dalam membangun bangsa.
Tidak dimungkiri, dampak negatif pembangunan selalu saja mengiringi. Akan tetapi, lewat komunikasi dan pengalaman sukses PT Hutama Karya bisa meminimalkan secara arif dan bijaksana berbagai dampak negatif tersebut.
Selamat ulang tahun yang ke-63, PT Hutama Karya! Semoga semangat dan dedikasi kita terus menginspirasi perjalanan pembangunan bangsa ini menuju masa depan yang gemilang. (Paul Ames Halomoan Siahaan)