Sumber informasi tepercaya seputar infrastruktur,
transportasi, dan berita aktual lainnya.
13 February 2025
Home Fitur Sabo Dam dan Kegunaannya

Sabo Dam dan Kegunaannya

Share

Indonesia adalah negara dengan curah hujan yang cukup tinggi. Juga, memiliki sekitar 130 gunung api aktif yang dapat meletus. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan mengalami bencana alam, seperti letusan gunung api, banjir lahar, gempa bumi, longsor, dan banjir bandang, yang tak jarang menyebabkan hilangnya permukiman dan nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya melayang.

Salah satu peristiwa bencana alam yang baru terjadi di Indonesia ialah bencana banjir bandang di Ternate, Maluku Utara pada 25 Agustus 2024.

Sebagai tindak lanjut penanganan bencana dan mengantisipasi bencana susulan, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan akan memperbaiki jalur 15 sungai mati dan membangun 20 sabo dam di setiap sungai di Ternate. Desain pembangunan sabo dam ini ditargetkan selesai akhir tahun 2024.

Rencana pembuatan sabo dam di Ternate ini disampaikan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau lokasi banjir bandang di Rua, Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa (3/9/2024).

Baca Juga: Pascabanjir, Kementerian PUPR Pulihkan Jalan Putus di Kelurahan Rua, Ternate

“Di Ternate ada sekitar 15 kali mati atau barangka. Kami akan membangun 20 sabo dam yang tersebar di sungai bagian selatan yang akan kami desain sampai akhir tahun. Setiap sungai minimal ada 2 sabo. Di bagian utara sudah ada 22 sabo,” kata Basuki, dikutip dari siaran Pers yang diterima Majalahlintas.com, Selasa (3/9/2024).

Sabo dam telah lama dikenal di Indonesia. Bahkan, Indonesia telah memiliki ratusan sabo dam yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Open Data PUPR, diketahui bahwa jumlah sabo dam di Indonesia hingga tahun 2023 adalah 428. Terbanyak berada di Jawa Tengah dengan jumlah 132.

Sabo dam adalah bangunan yang dibuat di sepanjang sungai yang berfungsi untuk menahan aliran air dan material sedimen yang berpotensi menghantam permukiman. Bangunan pengendali aliran debris atau lahar ini dibangun melintang pada alur sungai.

Sabo berasal dari bahasa Jepang, yakni sa yang berarti pasir dan bo yang berarti pengendalian.  

Teknologi sabo adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengantisipasi aliran debris dan pengendalian sedimen dalam suatu bentang alam, khususnya sungai dan gunung.

Bangunan sabo dapat berupa sabo dam (chekdam, consolidation dam, supporting dam), tanggul/tanggul pengarah, kantong sedimen, bank protection (reverment, groyne, sod, riprap, dsb), dikutip dari Data.pu.go.id

Dengan adanya sabo dam, peringatan dini banjir dapat diberikan dan dampak kerusakan akibat material yang terbawa air juga bisa diminimalisir.

Sabo Dam

Sebagai pengendali aliran lahar, bangunan sabo dam berfungsi sebagai penahan sementara lahar yang akan turun dari hulu ke hilir semaksimal mungkin. Selanjutnya, lahar dialirkan sesuai kapasitas tampung bangunan hilir.

Sabo dam mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung, dan mengalirkan sedimen atau material yang terbawa oleh aliran dan meloloskan air ke hilir.

Untuk menjaga fungsi sabo dam sebagai pengendali banjir lahar tetap optimal, maka perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan.

Perawatan sabo dam dilakukan dengan pembersihan rutin. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Basuki saat meninjau infrastruktur sabo dam di Sabo Dam Kali Gendol di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (5/6/2023).

“Dirawat dan dijaga dengan dibersihkan secara rutin. Bersihkan dengan semprotan air bertekanan tinggi dan terus dirawat seluruh fungsi teknisnya,” kata Menteri Basuki, dilansir dari laman Kementerian PUPR (5/6/2023).

Diterapkan di Indonesia sejak 1970

Teknologi sabo berasal dari Jepang. Pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970 sejak kedatangan Tenaga Ahli Bidang Teknik Sabo dari Jepang Mr. Tomoaki Yokota, dikutip dari Kompas.com (20/2/2024).

Terkait penerapan teknologi sabo di ndonesia, sejak tahun 1970, sudah lebih dari 350 tenaga ahli sabo dari Jepang yang datang ke Indonesia untuk membantu mendesain sabo. Sebaliknya, Indonesia juga sudah mengirim 100 engineer Indonesia ke Jepang untuk mempelajari sabo.

Kerja sama Indonesia-Jepang di bidang teknologi sabo ini terjalin sebagai wujud kerja sama Indonesia-Jepang dalam kerangka Colombo Plan dan kesamaan zona.

“Penerapan teknologi sabo dam ini merupakan salah satu hasil penting dari kerja sama Indonesia dengan Jepang yang sudah terjalin sejak 1958 di dalam kerangka Colombo Plan,” kata Menteri Basuki, dikutip dari Nasional.kompas.com (21/6/2023).

Menteri Basuki juga mengatakan, kerja sama teknologi sabo dam bisa terjalin karena Indonesia dan Jepang merupakan negara yang berada di zona cincin api Pasifik (ring of fire), yang menyebabkan kedua negara sering mengalami erupsi gunung berapi.

Sabo dam berbeda dengan bendungan pada umumnya. Bendungan pada umumnya memiliki beragam fungsi seperti penampung air untuk irigasi, bahan baku air minum, pembangkit listrik, bahkan sebagai tempat wisata. Sementara, sabo dam hasil teknologi Jepang ini memiliki fungsi khusus, yakni sebagai bangunan pengendali aliran debris atau lahar yang dibangun melintang pada alur sungai untuk menahan aliran air dan material sedimen yang berpotensi menghantam permukiman.

Untuk kondisi Indonesia yang rawan bencana, teknologi sabo menjadi salah satu alternatif terbaik dalam upaya penanggulangan bencana alam akibat erosi, aliran sedimen, dan proses sedimentasi. (MSH)

Oleh:

Share

Leave a Comment

ARTIKEL TERKAIT

Majalah Lintas Official Logo
Majalahlintas.com adalah media online yang menyediakan informasi tepercaya seputar dunia infrastruktur, transportasi, dan berita aktual lainnya, diterbitkan oleh PT Lintas Media Infrastruktur.
Copyright © 2023, PT Lintas Media Infrastruktur. All rights reserved.