JAKARTA, LINTAS – Ikatan Alumni (IKAL) Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna (STTST) menggelar reuni akbar ketiganya pada Sabtu, 12 Juli 2025, sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis kampus ke-41 tahun.
Acara penuh keakraban ini menjadi momen berharga untuk mengenang perjalanan panjang kampus yang telah mengalami beberapa kali transformasi nama dan lokasi sejak berdiri pada 7 Juli 1984.
Ketua IKAL STT Sapta Taruna, Ranto P Rajaguguk, dalam sambutannya menyampaikan kilas balik sejarah kampus serta makna kebersamaan yang menjadi fondasi para alumni.
“Dies Natalis Sekolah Teknologi Sapta Taruna yang ke-41 dimana pada tanggal 7 Juli 1984 yang lalu ATST berdiri dan kemudian pada tanggal 5 Agustus 2023 ATST berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna. Selanjutnya pada tanggal 25 Juni 2024 yang lalu ATST Sapta Taruna bermetamorfosa menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Pekerjaan Umum,” tutur Ranto P Rajaguguk.
Ranto juga mengoreksi informasi terkait jumlah reuni alumni yang telah digelar. Ia menegaskan bahwa kegiatan reuni akbar yang berlangsung pada 12 Juli 2025 ini adalah yang ketiga kalinya.
“Jadi mungkin boleh saya koreksi tadi ke Pak Imam, kita itu sebenarnya sudah yang ketiga kali Pak. Ini reuni yang ketiga kali. Reuni yang pertama dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2005 di Kampus Cawang dimana pada kesempatan itu terbentuklah pengurus IKA Sapta Taruna dimana kami ditunjuk sebagai pengurusnya pada saat itu. Kemudian pada tanggal 19 Oktober 2019 kita mengadakan reuni yang kedua, reuni akbar yang pertama di tempat ini dan saat ini tanggal 12 Juli 2025 kita mengadakan reuni akbar yang ketiga,” jelasnya, di Auditorium Kementerian PU Jakarta, Sabtu (12/7/2025).
Dalam kesempatan itu, suasana nostalgia begitu terasa, terlebih saat Ranto menceritakan perjalanan kampus STT Sapta Taruna yang sempat berpindah-pindah lokasi. Mulai dari kampus pertama di Jalan Pangeran Jayakarta, kemudian pindah ke Jalan Pemuda Rawamangun, ke Jalan DI Panjaitan, hingga kini berlokasi di Jalan Laksamana Malahayati.
Tak hanya mengenang suka duka masa kuliah, Ranto juga mengingatkan jasa para alumni yang telah berkiprah di berbagai sektor strategis di Indonesia. Hingga saat ini, STT Sapta Taruna telah melahirkan 2.190 alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara.
“Sejak pendirinya ATST tahun 1984, saat ini sudah tercatat sebanyak 2.190 orang alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara dengan berbagai aktivitas dan profesi sebagai abdi negara, birokrat, profesional, pengajar, dan pengusaha lainnya,” ungkapnya bangga.
Ranto membeberkan beberapa nama alumni yang kini menduduki posisi strategis, terutama di Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di antaranya Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan Timur, Kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Provinsi Sulawesi Selatan, Kepala Balai SDA, serta Kepala BP2JK Lampung.
“Beberapa teman-teman kita juga banyak yang mengabdi sebagai SM di Kementerian PU dan BUMK dan telah menduduki posisi strategis. Hal ini menjadi sebuah kebanggaan bagi kita semua yang telah membawa nama baik dan almamater,” kata Ranto.
Momen reuni ini juga menjadi sarana penghormatan kepada para dosen yang telah mendidik dan membimbing alumni. Ranto menyampaikan permohonan maaf mewakili seluruh alumni atas segala perilaku semasa kuliah.
“Pada kesempatan yang berbahagia ini, kepada Bapak Ibu dosen yang pernah menuntun kami, mengajari, membimbing kami, dari hati yang paling dalam izinkan kami menyampaikan permohonan maaf bila ada sikap dan kelakuan kami yang tidak berkenan pada masa-masa kuliah, yang mana mungkin pada saat itu kami masih lucu-lucunya, Pak. Mohon maaf, Pak,” ujarnya dengan nada penuh kehangatan.
Dalam semangat kebersamaan, Ranto menegaskan pentingnya alumni Sabta Taruna menjaga integritas, profesionalitas, serta menjauhi segala bentuk penyalahgunaan kewenangan, termasuk korupsi dan kolusi. Menurutnya, alumni STT Sapta Taruna memiliki bekal kuat untuk menjadi bagian dari generasi pembangunan berintegritas.
“Dalam semangat itulah saya ingin menyampaikan satu pesan yang sangat penting. Di tengah peran kita masing-masing sebagai penyelenggara pembangunan, profesional, dan abdi negara, kita juga memegang tanggung jawab moral. Tanggung jawab untuk menjaga etika, menjaga integritas, dan menjauhi segala bentuk tindakan tidak terpuji serta seperti korupsi, kolusi, dan penyalahgunaan wewenang. Saya yakin alumni Sabta Taruna yang mengusung nama besar almamater memiliki bekal kuat untuk menjadi bagian dari generasi pembangunan yang berintegritas,” tegasnya.
Ranto juga mengajak para alumni untuk semakin aktif membangun jejaring alumni dan mendukung pengembangan almamater, terutama sejalan dengan transformasi kampus menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Pekerjaan Umum (STTPU).
“Mari kita jadikan momen ini bukan hanya ajang nostalgia, tapi juga penguat ikatan moral, membangun jejaring alumni yang lebih baik lagi untuk saling mendukung dan menguatkan dengan semangat yang sama dalam bingkai NKRI. Semangat untuk terus maju membangun negeri dengan kepala tegak dan hati yang bersih,” pungkas Ranto.
Reuni akbar bertema “Beda Masa, Satu Rasa, Satu Jiwa” ini, menurut Ranto, menjadi pengingat bahwa meski generasi berbeda, rasa bangga dan solidaritas sebagai bagian dari Sabta Taruna tetap menyatukan para alumni. Selain itu, jiwa membangun negeri terus menjadi fondasi kuat dalam mencetak insan teknik yang tak hanya andal secara akademik, tetapi juga memiliki integritas moral tinggi. (GIT)