JAKARTA, LINTAS – Pembangunan konstruksi Bendungan Budong-Budong, yang merupakan bendungan pertama di Sulawesi Barat, sudah mencapai 27 persen hingga Minggu (25/2/2023).
“Pembangunan bendungan pertama di Sulawesi Barat ini masih dalam tahap penyelesaian konstruksi dengan progres fisik 27 persen,” ujar Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Kementerian PUPR Dedi Yudha Lesmana.
Dedi mengatakan, kontrak konstruksi proyek strategis nasional (PSN) ini dimulai sejak 8 Desember 2020. Sementara pekerjaan konstruksi bendungan dimulai September 2023 dengan anggaran sebesar Rp 1,02 triliun.
Dari rilis pers Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Minggu (25/2/2024), disebutkan, bendungan yang terletak di Desa Salulebo, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, itu memiliki daya tampung 65,18 juta meter kubik air.
Pembangunan bendungan yang dikerjakan oleh kontraktor PT Abipraya-Bumi Karsa, KSO dan Konsultan Supervisi PT Indra Karya-PT Tuah Agung Anugrah-PT Ciriajasa EC, KSO, kata Dedi, dalam rangka pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi (DI) seluas 3.577 hektar.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus Pemerintah tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing, tetapi juga pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat.
“Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Basuki.
Manfaat Air Baku
Dijelaskan Basuki, Bendungan Budong-Budong juga memiliki potensi manfaat air baku sebesar 410 liter per detik. Kabupaten Mamuju Tengah sebagai daerah yang tengah berkembang diperkirakan akan banyak kegiatan pembangunan, baik di bidang pertanian lahan basah maupun kegiatan industri, yang membutuhkan air baku dari sumber air bendungan.
Selain irigasi dan penyediaan air baku, pembangunan bendungan ini juga sangat diperlukan sebagai pengendali banjir untuk kawasan rawan bencana, seperti Kecamatan Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa, dengan mereduksi 60 persen dari 341,59 meter kubik/detik menjadi 106,76 meter kubik /detik.
Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah dilalui tujuh sungai, yakni Sungai Budong-Budong, Lumu, Karama, Karossa, Benggaulu, Kamansi, dan Panggajoang, yang mengalir dari daerah perbukitan di bagian timur menuju ke daerah pesisir arah barat dan bermuara di perairan laut Selat Makassar. Bendungan Budong-Budong akan dibangun dengan membendung Sungai Salulebbo yang merupakan anak sungai Budong- Budong.
Kabupaten Mamuju Tengah memiliki luas wilayah 306.527 km persegi yang didominasi dengan lahan kering sekitar 38 persen dan sekitar 24 persen lahan kering sekunder.
Kabupaten ini terdiri dari lima kecamatan, yakni Kecamatan Tobadak, Pangale, Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa, dengan komoditas unggulan seperti tanaman pangan padi dan palawija serta perkebunan sawit, kakao, kelapa, jeruk, kopi, tanaman obat, dan aromatika (nilam).
Daerah layanan Bendungan Budong-Budong meliputi Daerah Irigasi Tobadak, Sulobaja, Bambadaru, Sallogata, Tinali, Barakkang, dan Lembah Hada. (HRZ)