JAKARTA, LINTAS – Ruas jalan nasional di Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, yang mengalami longsor kini sedang dalam tahap perbaikan permanen.
Menurut Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (Satker PJN) Wilayah II Provinsi Aceh, Ir. Akbar Hikmi, ST., MT, longsor terjadi karena adanya pergerakan tanah dan aliran air di bawah permukaan tanah di area perbukitan. Meski demikian, arus lalu lintas tetap bisa dilalui dengan adanya pengaturan lalu lintas dan rambu-rambu peringatan.
Untuk mengatasi gangguan mobilitas, pihak Satker PJN II telah membuat jalan sementara di samping lokasi longsor yang memungkinkan kendaraan melintas dari dua arah. Langkah darurat ini, bersama dengan pemasangan rambu peringatan, bertujuan untuk menjaga kelancaran dan keamanan para pengguna jalan.
“Dampak dari longsor ini sangat terasa bagi mobilitas masyarakat dari Aceh Singkil ke Sumatera Utara maupun sebaliknya,” ujar Akbar Hikmi, Rabu (24/9/2025).

Ia menambahkan, “Selain itu, hal ini juga berdampak signifikan pada perekonomian karena harga barang menjadi lebih mahal.”
Proyek perbaikan longsor ini tidak menggunakan metode khusus, melainkan mengandalkan struktur pengaman longsor berupa beton struktur retaining wall dengan pondasi bore pile.
Selain itu, akan dipasang pipa berlubang (perforated pipe) berdiameter 8 inci di bawah permukaan tanah di sisi kiri dan kanan jalan untuk mengalirkan air bawah permukaan menuju box culvert, sehingga mencegah akumulasi air yang bisa memicu longsor kembali.
Total anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan struktur pengaman longsor ini mencapai Rp 22 miliar dengan panjang penangananan sepanjang 350 meter dan per tanggal 23 September 2025, realisasi fisik dari proyek ini telah mencapai 49,26%.
Proyek ini menghadapi tantangan besar, yaitu waktu pelaksanaan yang singkat dan masuknya musim hujan di akhir tahun. Meskipun demikian, pihaknya optimis bahwa pekerjaan dapat diselesaikan sesuai target kontrak, yaitu pada 31 Desember 2025.
Mitigasi Jangka Panjang
Mengenai rencana jangka panjang, Akbar mengungkapkan, pentingnya mitigasi dan penelitian lebih mendalam untuk mencegah longsor serupa di masa depan. Menurutnya, setiap daerah memiliki karakteristik tanah yang berbeda sehingga perlu pengujian lebih mendalam seperti uji lapangan, uji laboratorium, dan analisis tambahan.
Salah satu parameter uji lapangan menggunakan geofisika, misalnya electrical resistivity. Kemudian untuk uji laboratorium menguji kuat geser tanah dan analisis tambahan seperti studi curah hujan dan hidrologi.
Baca Juga: Teknologi IG Strong CB dari Jepang Resmi Masuk Indonesia, Solusi Rumah Tahan Gempa
Saat ini, usaha yang dapat dilakukan adalah pemeliharaan dan pembersihan saluran air yang sudah ada. Selain itu, tim juga berupaya mengendalikan aliran air hujan dengan membuat tali-tali air agar tidak mengarah ke lereng yang berisiko longsor.
Dengan adanya pembangunan ini, diharapkan kelancaran mobilitas dan pengiriman logistik dapat terjamin, sehingga perekonomian masyarakat tidak lagi terganggu. (ROY)